Oleh Yansen
(Warga Muhammadiyah Padang Panjang, Jurnalis & Youtuber)
SUDAH saatnya kader Persyarikatan Muhammadiyah, memegang peranan penting di percaturan politik praktis. Alih-alih merasa selalu menjadi kue rebutan di setiap iven pemilu.
Bukan tanpa sebab, jika selama ini kader Muhammadiyah selalu berada dalam posisi dimanfaatkan. Salah posisi dan terlalu ke pinggir, adalah penyakit kronis yang harus segera disembuhkan. Tabiat suka menunjuk ke dalam lapangan, tanpa mau lelah-lelah berlari mengejar bola, saya kira mulai berurat-mengakar.
Kalaupun ada yang bisa berperan dan maju ke tengah, namun perannya hanya sebagai figuran. Sebatas pelengkap saja. Itupun harus tebal telinga dinyinyiri teman seiring. Inilah yang barangkali, akibat dari bergesernya pemahaman sebagai manusia yang seharusnya sebagai pemberi manfaat, malah nyaman dimanfaatkan orang lain.
Di setiap zaman, Muhammadiyah tidak pernah kekurangan aktor intelektual di bidangnya. Namun selalu keteter di jalur politik praktis. Ejawantah penerapan ideologi tunggal Muhammadiyah sebagai wadah amar makruf nahi mungkar, inilah yang belum benar-benar duduk.
Kader dibiarkan berpolitik praktis sesuai hawa nafsunya saja. Sehingga seketika, banyaklah warna partai dalam tubuh Muhammadiyah saat ini. Beda paham dengan teman, loncat ke sebelah. Lalu saling mengeluarkan taktik playing victim.
Padahal kita tahu, perbauran berbagai warna dalam satu wadah, hanya menghasilkan satu warna saja yaitu warna hitam. Maka sudah seharusnya, jargon Muhammadiyah tidak ikut berpolitik praktis, tapi kadernya boleh berpolitik, disatukan lagi dalam wadah yang diimpikan pendirinya, yaitu harus mengacu kepada gerakan amar makruf nahi mungkar, sehingga warna Muhammadiyah kembali jelas.
Sebagai ormas beraliran politik praktis sesuai syariat Islam. Walaupun nantinya terlihat tidak populer. Karena sesungguhnya 'intansurullah yansurkum. Biarlah nanti Allah yang menolong para penolong agamanya.
Menurut saya, Muhammdiyah harus segera ubah fungsi dari wadah berbaur bagi seluruh warna, menjadi wadah bagi warna khas berasas Islam dengan ciri khas amar maruf nahi munkar saja. Tapi perlu juga ditekankan, stop sama sekali warga dan kader-kader Muhammadiyah dari ideologi parpol penista agama dan syariat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar