Galundi Singkarak Festival Ajang Pertemuan Budaya dan Olahan Anak Nagari - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

18 Oktober 2022

Galundi Singkarak Festival Ajang Pertemuan Budaya dan Olahan Anak Nagari

TANAH DATAR, POTRETKITA.net - Cerita sukses Galundi Singkarak Festival (GSF) 2019, masih melekat erat dalam ingatan. Kini, kita akan kembali menyaksikan event berbasis masyarakat Nagari Batu Taba, Kecamatan Batipuah Selatan itu. 

BASRIZAL DT. PANGULU BASA

Bila tidak ada aral melintang, GSF 2022 akan dihelat pada 29-30 Oktober ini, di Galundi, pinggiran Danau Singkarak yang indah itu, dalam wilayah Nagari Batu Taba. Ada banyak atraksi seni budaya yang akan tampil, seperti pacu biduak, silek tuo langkah ampek, peragaan batik galundi di atas air, maarak talam, makan bajamba, dan lain-lain.

 

Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Batu Taba Basrizal Dt. Pangulu Basa menjelaskan,  GSF merupakan festival rakyat anak Nagari Batu Taba yang mengkolaborasikan, mempertemukan, dan menyatukan berbagai aktivitas kreasi seni budaya Minangkabau dengan hasil olahan pertanian, perkebunan, dan perikanan dalam satu peristiwa bersama.

 

“Jadi GSF diharapkan kedepannya mampu menjadi ruang pertemuan, ruang silaturahmi bagi siapapun yang datang ke acara tersebut, khususnya untuk anak Nagari Batu Taba. Ruang yang dimaksud tentu terbuka untuk umum,” jelasnya.

 

Artinya, imbuh beliau, siapa saja yang datang ke peristiwa tersebut. Selain menjadi ruang pertemuan, GSF juga diharapkan mampu menjadi ruang promosi bagi Nagari Batu Taba.

ARAK-RAKAN JAMBA PADA PEMBUKAAN GSF 2019

BACA JUGA


Apapun potensi yang dimiliki oleh Nagari Batu Taba, seperti keindahan alamnya, hasil olahan alamnya berupa pertanian, perkebunan, dan perikanan, termasuk dalam hal ini adalah potensi seni budaya, aktifitas sosial masyarakat, benda bersejarah yang dimiliki nagari. Semua ituujarnya, bisa dipromosikan melalui peristiwa GSF.

 

Singkatnya, jelas Dt. Pangulu Basa, GSF adalah peristiwa anak nagari Batu Taba yang disebut festival, berbasis masyarakat. Artinya, festival tersebut dipelopori, dikerjakan, oleh masyarakat, ide dan konsepnya tumbuh dari masyarakat itu sendiri, termasuk pembiyaannya. Seperti slogan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

 

“Ini sudah dibuktikan pada penyelenggaraan GSF pertama. Pengerjaan dilakukan secara  gotong royong. Anggaran pelaksanaan juga dihimpun dari anak Nagari Batu Taba, baik yang di rantau maupun yang di ranah. GSF sebagai sebuah festival berbasis masyarakat, di awal terselenggaranya sudah mampu membuktikan bahwa festival tersebut mandiri,” ujarnya. 

 

Satu lagi, jelasnya, kenapa harus berbasis masyarakat? Berbasis masyarakat artinya juga tentang kepemilikan yang jamak. Semua anak Nagari Batu Taba berhak mengklaim kalau festival itu milik mereka. Festival seperti ini tidak bisa diklaim secara sepihak oleh pihak manapun, apakah dari pemerintah atau swasta. Jadi jelas, festival ini adalah milik anak Nagari Batu Taba.(mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad