Penanganan Stunting Harus Bersama - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

14 Oktober 2022

Penanganan Stunting Harus Bersama

PASBAR, POTRETKITA.net - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sumatera Barat, bersama Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) menggelar Diskusi Panel.


Diskusi panel Manajemen Kasus Stunting tahun 2022 tahap II di Pasaman Barat, bertempat di Simpang Ampek, Kamis (13/10), dibuka Kepala DPPKBP3A Pasbar Anna Rahmadia, dihadiri Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat, diwakili Koordinator Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Rismiati, Direktur RSUD Pasbar Yandri, perwakilan OPD terkait, perwakilan Puskesmas, stakeholder terkait lainnya.


Sebagai narasumber pada diskusi panel itu, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Deden Antoni, Dokter Spesialis Anak Henni, Ahli Gizi Novi Erni, dan Ahli Psikologi Fera Ferdial. Setelah masing-masingnya menyampaikan materi, dilanjutkan diskusi dan penyampaian usul, saran sekaligus masukan dari peserta.


Kepala DPPKBP3A Pasbar Anna menyampaikan, kasus stunting merupakan permasalahan serius yang harus ditangani secara tepat dan menyeluruh, karena dampak yang ditimbulkan akan sangat merugikan, terlebih bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kelangsungan pembangunan bangsa dan negara di masa yang akan datang. 


"Kerugiannya sendiri bukan hanya pada masa depan anak itu sendiri, namun akan berdampak juga pada keluarga yang bersangkutan. Dan penanganannya harus dilakukan secara bersama, termasuk lintas sektoral, seperti jajaran Kantor Kementerian Agama Pasbar," jelasnya. 


Ia juga menjelaskan, diskusi panel pada kasus stunting ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran, mengetahui penyebab risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran sebagai upaya pencegahan dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa. 


"Diskusi ini menjadi tolak ukur bagi kita semua yang terlibat dalam penanganan kasus stunting yang ada di Pasbar dalam hal pelaksaannya di wilayah masing-masing sesuai dengan  perkembangan yang sudah ada di lapangan," ucap Anna.


Anna juga mengajak setiap stakeholder untuk bekerjasama secara maksimal dalam penanganan kasus stunting, sehingga angka stunting di Pasbar menurun. 


Ia berharap, pendampingan dilaksanakan sesuai wilayah masing-masing kepada keluarga beresiko harus terus direalisasikan, sehingga masalah tersebut dapat diatasi dan tidak terlalu berisiko kepada lingkungan sekitarnya. 


Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat melalui Koordinator Bidang KBKR Rismiati menjelaskan, tujuan digelarnya diskusi panel adalah untuk melakukan intervensi penurunan stunting melalui pendampingan keluarga yang memiliki manajemen yang baik, responsive dan efektif, mengidentifikasi permasalahan solusi dan tratment yang tepat pada kasus stunting yang membutuhkan pembahasan lanjutan.


Di samping itu ia juga menjelaskan bahwa berdasarkan data SSGI Prevalensi balita stunting di Kabupaten Pasaman Barat berada pada prevalensi 24,0 persen untuk itu harus ditekan agar anak stunting semakin kecil di Pasaman Barat. 


"Diharapkan seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan angka  stunting berperan aktif sesuai dengan tugas yang sudah diemban  sehingga percepatan penangan angka stunting lebih baik kedepannya," harap Rismiati. (gmz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad