Cerpen Maya Dekati Realitas - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

21 Juni 2021

Cerpen Maya Dekati Realitas

PADANGPANJANG, POTRETKITA – Capaian Maya Sandita di dunia sastra dan kepenyairan, tidak hanya membuat bangga dirinya sendiri. Kebanggaan itu menyelusup deras ke almamater dan komunitas tempat dia menempa diri.

Maya Sandita
'’Capaiannya amat membanggakan. Pada cerpennya, ia tak sekadar berkutat pada masalah diri sendiri, tetapi juga memungut realitas sosial yang ia jadikan realitas sastra,’’ kata Ketua Prodi Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang Dr. Sulaiman Juned, Senin (21/6), di Padang Panjang.


Sulaiman yang juga dikenal sebagai seorang sutradara dan sastrawan menyatakan hal itu, terkait dengan uraiannya pada bedah buku kumpulan cerpen berjudul Ruang Tunggu, karya Maya Sandita, alum ISI sekaligus angota Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang.


Maya saat ini berdomisili di Batam, setelah menyelesaikan pendidikannya di Kota Padang Panjang. Selain mengajar, dia juga mengkhitmadkan diri di dunia sastra dan kepengarangan. Cerpennya banyak diterbitkan berbagai media terkemuka, baik yang terbit di Jakarta maupun kota lainnya.


“Kebaruan-kebaruan cerpen Maya membuktikan, dia adalah penulis yang melek pada kondisi kekinian yang terjadi. Maya adalah penulis potensial yang telah berproses sejak ia masih menjadi mahasiswi di ISI Padang Panjang. Di masa itu, Maya juga aktif berkegiatan di Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang,’’ katanya.


Sulaiman menyebut, di awal-awal proses kreatifnya, Maya menulis puisi dan naskah teater. Ia tak segan bertanya pada apa pun yang menjadi kendala dalam proses kreatifnya.


Setamat kuliah, jelas Sulaiman yang juga merupakan penulis buku kumpulan puisi Rajah (2020), Maya memilih Batam sebagai daerah rantaunya. Ia bermukim di sana, menjadi seorang pendidik untuk sebuah lembaga kursus yang ia kembangkan. Namun demikian, ia tak melepaskan bakat menulisnya.


“Beberapa tahun terakhir, Maya aktif menulis cerpen, dan cerpen-cerpennya hampir setiap pekan kita baca di koran-koran lokal dan nasional,” ujar Sulaiman.


Sepakat pada pendapat Sulaiman, Tati Y. Adiwinata, cerpenis asal Bandung, menyebut Maya sebagai penulis cerpen yang punya ciri khas pada cerita-ceritanya. Yang paling kentara ditandai, narasi Maya bermain pada rima, sehingga cerpen Maya ketika dibaca asyik, tuturannya lancar, dan membuat pembaca betah untuk membaca hingga titik paling akhir.


“Seandainya Maya bertahan dan fokus di ranah cerpen, saya memastikan Maya akan menjadi penulis masa depan Indonesia yang diperhitungkan karya-karyanya,” kata Tati.


Sementara Muhammad Subhan menyebut, cerpen Maya berangkat dari hasil riset yang dilakukan penulisnya dengan sungguh-sungguh. Seperti pada cerpen Tanya di Sepanjang Sungai, di Rimbun Hutan, penulisnya langsung mendatangi lokasi untuk melihat bagaimana kondisi hutan di Rimbang Baling (Kampar, Riau) yang tak luput dari pembalakan liar dilakukan oknum tidak bertanggung jawab.


“Begitupun pada cerpen Penabur Bunga, Maya melihat realitas kekinian ketika terjadi demontrasi besar-besar menolak RUU Omnibus Law, dan hal serupa dijumpai pada beberapa cerpen lainnya,” kata penulis Novel Rumah di Tengah Sawah itu.


Buku Kumpulan Cerpen Ruang Tunggu karya Maya Sandita diterbitkan Penerbit Egypt van Andalas, sebuah penerbit independen di Kota Padang Panjang, Sumatra Barat.


Di ranah kepenulisan, Maya Sandita dikenal sebagai sutradara, aktor, dan penulis. Ia alumnus Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang (2019). Beberapa cerpennya pernah diterbitkan dalam antologi juga media cetak lokal dan nasional.


Ia meraih Juara 1 dalam Lomba Menulis Cerita Rakyat Berbahasa Minangkabau tingkat provinsi yang diadakan Disbud Sumatera Barat, Juara 1 Lomba Menulis Sastra Minangkabau Tema Kaba tingkat provinsi yang diadakan oleh Disbud Sumatera Barat, Juara 2 Lomba Menulis Cerita Rakyat Sawahlunto tingkat Nasional yang diadakan komunitas KOLOM Sawahlunto, dan Juara 1 Lomba Menulis Cerita Rakyat Berbahasa Minangkabau tingkat provinsi yang diadakan oleh Disbud Sumatera Barat pada 2018 lalu.(Musriadi Musanif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad