Muhammadiyah Waspadai Kekerasan Seksual dan Verbal di Pengungsian - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

30 November 2022

Muhammadiyah Waspadai Kekerasan Seksual dan Verbal di Pengungsian

CIANJUR, potretkita.net - Para relawan Muhammadiyah di bawah koordinasi Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), saat ini masih berjibaku membantu para korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur.


Selain ikut menangani kondisi darurat dalam masa tanggap darurat, MDMC juga melakukan trauma healing anak dan menciptakan pengunsian aman dari berbagai bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan seksual dan verbal.


"MDMC berkomitmen untuk menciptakan kegiatan respon tanggap darurat gempa bumi di Cianjur bebas dari kekerasan, baik itu kekerasan seksual dan lainnya, yang mungkin terjadi di lokasi pengungsian para penyintas yang dikelola oleh MDMC," ujar Khotimun Sutanti, wakil sekretaris MDMC PP Muhammadiyah.


Menurutnya, saat ini di pos koordinasi dan pos pelayanan Muhammadiyah di Cianjur dipasang banner-banner tegak bertuliskan Safeguarding MDMC. Di bawahnya tertulis “MDMC berkomitmen untuk menciptakan ruang aman dan bebas dari diskriminasi dan kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Kami tidak mentoleransi tindakan kekerasan diskriminatif, eksploitatif dalam bentuk apapun”.


Kemudian, imbuhnya, diikuti dengan panduan jika mengalami, melihat, mendengar, mengetahui atau mencurigai telah terjadi kekerasan di ruang lingkup kegiatan penanggulangan bencana oleh MDMC agar menyampaikan aduan melalui beberapa saluran yang sudah disediakan.


“Dalam situasi darurat, baik oleh bencana alam maupun lainnya, tingkat kerentanan terjadinya kekerasan terhadap perempuan, anak dan kelompok rentan lainnya itu biasanya potensinya lebih tinggi,” katanya.


Kalau kita bicara tentang perlindungan, menurutnya, tidak hanya keamanaan dari sisi bangunan fisik seperti gedung tidak ambruk atau keamanan tranportasi dan keamanan lainnya, tapi juga keamanan dari kekerasan seksual serta bentuk kekerasan lainnya.


Bentuk-bentuk kekerasan itu memang pernah terjadi seperti di Palu, Lombok dan bahkan di beberapa negara, baik dilakukan oleh komunitas sesama pengungsi atau komunitas sekitar dari pengungsian. “Bahkan ada juga yang dilakukan oleh pegiat kemanusiaan,” ujar wanita yang akrab disapa Imun ini.


Untuk itu, MDMC berkomitmen menerapkan sistem PSEA atau Protection from Sexual Exploitation and Abuse (Perlindungan dari Eksploitasi Seksual dan Kekerasan). Sistem ini, tegasnya, PSEA ini kita buat untuk menjaga, menciptakan ruang aman bagi pengungsi, relawan, staf dan komunitas.


Melalui pemasangan banner-banner itu, wujud sosialisasi bahwa MDMC itu tidak mentoleransi adanya kekerasan seksual yang terjadi, di dalam setiap penyelenggaraan kegiatan MDMC.


“Dalam penanggulangan bencana maupun kegiatan manapun, termasuk respon yang dilakukan oleh siapapun yang selama itu dalam ruang lingkup MDMC,” ungkapnya.


Untuk saluran pengaduan, MDMC menyediakan 2 jalur yaitu di lokal Cianjur ada dari Nasyiatul Aisyiyah (NA) Kabupaten Cianjur dan yang kedua yaitu saluran PSEA di MDMC PP


“Person dari Nasyiatul Aisyah (NA) di sini yang nanti stand by untuk menerima pertama kalau misalnya ketemu kasus kekerasan seksual yang terjadi ataupun bentuk kekerasan yang lain termasuk itu kan kadang KDRT juga terjadi,” tuturnya.


MDMC juga akan mendorong tim psikososial untuk mulai membantu mensosialisasikan sistem PSEA ini. “Ke depan kita akan lebih banyak juga supaya tim psikososial ikut menggali juga ketika mereka berada di lapangan,” pungkasnya.(muhammadiyah.or.id; ed. mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad