Jangan Dikira Enak Hidup di Daerah PPKM - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

01 Agustus 2021

Jangan Dikira Enak Hidup di Daerah PPKM

TINGGAL di daerah yang terkena PPKM Darurat, kini namanya PPKM Mikro Level Empat, jangan dikira enak. Semua serba dibatasi. Jalan-jalan kena portal. Ada banyak aparat berseragam. Hilir mudik menunaikan tugas d jalanan, di pasar, dan di batas-batas daerah.

Musriadi Musanif, S.Th.I

Mau keluar kota, takut. Jangan-jangan, ketika hendak pulang penjagaan sudah ketat. Susah juga jadinya untuk bisa sampai ke rumah. Pulang ke kota sendiri, perlu memperlihatkan sertifikat vaksin dan surat tanda sudah melakukan pemeriksaan dokter dengan hasil negatif Covid-19.


Ekonomi rakyat merosot. Pedagang kecil di pasar tak bisa ‘menggalas’. Pukul 20.00 WIB, lampu-lampu jalan dan di pusat keramaian dimatikan. Semua jadi gelap. Tujuannya? Menyuruh semua orang segera pulang ke rumah. Berkurung dengan menutup pintu rumah rapat-rapat.


Berbeda dengan warga Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan kota-kota Jawa Bali yang luas, Kota Padang Panjang itu hanya ‘seluas telapak tangan’. Kota Bukittinggi ‘seluas gabungan dua telapak tangan’, dan Kota Padang ‘seluas nyiru’. Tapi ketiga kota di Sumbar itu terkena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 12 Juli hingga 25 Juli 2021 lalu.


Padang Panjang yang diramaikan masyarakat dari kawasan Batipuah, Batipuah Selatan, dan X Koto di Kabupaten Tanah Datar benar-benar marasai. Jangankan pasar pusat yang menjual berbagai kebutuhan hidup, Pasar Bukit Surungan yang khusus untuk memperdagangkan sayur mayur saja, lengang.


Begitu pula terminal bis regional, tempat bus-bus tujuan Pulau Jawa, Medan, Jambi, Palembang, dan Bengkulu menaikkan dan menurunkan penumpang, juga tempat transit penumpang dari dan ke Pariaman, Lubuk Basung, Pasaman Barat, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Sepinya minta ampun!


‘’Toke tidak masuk,’’ begitu jawab seorang petani di kawasan X Koto yang membiarkan tanamannya tidak dipanen, walaupun sudah masanya untuk dipetik dan dijual ke Pasar Bukit Surungan.


Selama PPKM Darurat, rupanya banyak toke sayur dari berbagai kota di Sumbar, Riau, dan Jambi tak berani datang ke Padang Panjang. Mereka takut tak bisa masuk kota, atau tidak dibiarkan pulang ke tempat asal, setelah bertransaksi di pasar sayur mayur terbesar di bagian tengah Sumbar itu.


Warga ber-KTP Padang Panjang juga bukan main sulitnya. Akses keluar masuk kota diportal. Kalau ingin masuk lagi, harus punya sertifikat vaksin dan test antigen dengan hasil negatif. Tidak bisa keluar masuk Batipuh X Koto untuk membeli hasil pertanian. Tidak bisa ke Danau Singkarak untuk memancing. Tidak bisa ke Pasar Kotobaru atau ke Bukittinggi. Takut tak bisa pulang lagi, karena dilarang masuk Kota Padang Panjang.


Ketika saya menulis di akun media sosial, menyiarkan kabar tentang rencana pemerintah mengakhiri PPKM Darurat di Kota Padang Panjang, luar biasa sambutan masyarakat. Berita yang bersumber dari Dinas Kominfo itu, diakses ribuan orang hanya dalam waktu kurang dari tiga jam.


BACA JUGA Pemerintah Pusat Beri Isyarat PPKM Darurat Padang Panjang Bisa DisudahiSah, Padang Panjang Sudahi PPKM DaruratBelajar di Padang Panjang Masih Dalam Jaringan


Ini merupakan isyarat, masyarakat –terutama yang terhubung dengan media sosial—tidak suka dengan PPKM Darurat itu. Mereka heran, sama herannya dengan kita yang tidak terjalin medsos, kota sekecil Padang Panjang bisa-bisanya terkena PPKM Darurat, walaupun Kepala Dinas Kesehatan Nuryanuwar sudah menjelaskan detail, tapi hati nurani rakyat ‘tidak terima’ kota mereka yang indah, yang kecil, yang sejuk itu, terkena PPKM Darurat yang penetapannya dilakukan pemerintah pusat.


Syukurlah. Kini Padang Panjang dan Bukittinggi sudah berada di asesmen level tiga. Masih banyak aktivitas masyarakat yang dibatasi, terutama kegiatan-kegiatan yang dapa memicu kerumunan. Tetapi jalan-jalan sudah tak diportal lagi. Akses keluar masuk kota tak ditutup lagi.


Benar adanya. Jangan dikira enak tinggal di daerah yang terkena PPKM Darurat, terutama kota-kota kecil seperti Padang Panjang. Untuk itu, marilah kita dengar dan amalkan seruan pemerintah: Covid-19 jangan dipandang remeh, apalagi mengaku-ngaku tidak percaya. Tegakkan protokol kesehatan dengan disiplin dan penuh kesadaran.


Demi kita, demi sanak saudara, demi anak cucu, dan demi menjauhkan PPKM Darurat dari Ranah Minangkabau.(MUSRIADI MUSANIF, wartawan utama pada Harian Umum Singgalang/Instruktur Bimbingan Menulis dan Jurnalistik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad