Oleh
Masnurdin Tanjung
3. BERSYUKUR
Syukur adalah rasa senang ketika menpapat nikmat baik sedikit ataupun banyak dengan mengucapkan Alhamdulillah tanda kita gembira walaupun nikmat itu sedikit, rasa senang itu akan membuat hati gembira dan dada terasa lapang, karena berarti usaha yang dilakukan tidak sia-sia.
Dengan leganya hati maka maka pikiran akan dapat bekerja dengan baik dan mampu mengolah yang lain, maka kehidupan akan menjadi rantai keberhasilan yang membawa kepada kebahagiaan. Andai terjadi kegagalan, maka hati yang lega dapat mendorong pikiran untuk menganalisa kegagalan itu dan akan menemukan penyebabnya, dengan demikian kegagalan berikutnya dapat dihindari dan hatipun akan bersyukur lagi karena memperoleh pelajaran dari kegagalan tersebut.
Hal ini sesuai dengan janji Allah di dalam Al-Quran, Jika kamu bersyukur maka pasti Allah akan melipat gandakan rezkinya kepada kamu, dan jika kamu tidak mau bersyukur atau mengingkari ketentuan Allah, maka azab Allah akan sangat pedih kepada orang yang tidak mau bersyukur itu.
Penyebab orang tidak mau bersyukur adalah karena keinginan dan kebutuhannya banyak dalam kehidupan, tidak rela dengan yang sedikit, sehingga ia tak pernah merasa puas dan tidak mensyukuri apa yang telah dia dapatkan.
Orang seperti ini, berapapun harta yang dimilikinya, tetap tidak akan pernah merasa cukup dan tetap berusaha mencari tambahannya, namun dia tidak pernah gambira dengan apa yang telah dicapainya dan akan selalu gelisah hatinya karena belum mendapatkan semua keinginannya, ia akan seperti orang yang meminum air laut yang semakin diminum akan semakin haus.
Makanya Nabi Muhammad SAW menegaskan, bahwa orang yang tidak mampu mensyukuri nikmat yang sedikit maka dia tidak akan mampu pula mensyukuri nikmat yang banyak. Karena keinginan hawa nafsu maka walaupun seandainya seseorang telah memiliki dua lembah emas, tentu dia akan selalu gelisah karena ingin mendapatkan satu lembah emas lagi. Dan dia baru akan berhenti kalau mulutnya telah disumbat dengan tanah karena ajal telah menjemputnya.
Semoga kita termasuk orang yang bersyukur terhadap nikmat yang sedikit, sehingga dengan rasa syukur itu dari hari kehari nikmat itu selalu bertambah dan bertambah, hatipun menjadi lega dan pikiran akan selalu terbuka maka kita akan sukses meraih kebahagiaan.
4. TAWAKKAL KEPADA ALLAH
Tawakkal artinya berserah diri kepada Allah, ia mengandung makna penerimaan sepenuhnya terhadap kenyataan diri dan hasil usahanya sebagaimana adanya, atau dengan perkataan lain mampu diri dengan diri sendiri atau mampu menerima kenyataan di apa adanya.
Tawakkal adalah salah satu cara untuk meraih ketentraman batin. Orang yang tidak mau atau tidak bisa menerima dirinya sebagaimana adanya maka ia akan merasa tertekan, gelish, cemas, mudah tersinggung dan sangat mungkin akan terserang gangguan kejiwaan.
Sebagai contoh seorang yang merasa dirinya kurang tampan atau cantik, apakah karena kulitnya hitam atau hidungnya pesek, atau karerna badannya terlalu gemuk atau terlalu kurus yang menyebabkan dirinya merasa kurang atau kurang percaya diri merasa tidak dihargai orang lain dan mudah tersinggung. Orang seperti ini dapat dikatakan tidak mampu menerima dirinya sebagaimana adanya, atau tidak mau menyerah kepada Allah (tidak tawakkal)
Banyak orang yang mengalami kegagalan dalam usaha mencari nafkah, mencari pekerjaan, menuntut ilmu, atau mencari jodoh, karena usaha kerasnya dianggapnya tidak menemukan hasil maka ia kecewa serta lupa menyerahkan urusannya kepada Allah akhirnya ia larut dalam keputus asaan.
Kita sering mendengar orang berkata “tawakkal sajalah” seolah-olah orang tersebut menyerah saja kepada Allah tapi tanpa berusaha. Padahal tawakkal itu adalah menyerahkan urusan yang dihadapi kepada Allah dengan sepenuh hati, tanpa ada keraguan sedikitpun, setelah usaha dilakukan dan segala pertimbangan sudah dibuat, maka dengan ketetapan hati kita melaksanakannya lalu kita bertawakkal kepada Allah.
Allah berfirman dalam Surat Ali Imran Ayat 159 yang artinya “Apabila kamu sudah membulatkan tekad untuk melakukan sesuatu setelah melakukan pertimbanyan yang matang, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.”
Semoga kita termasuk orang yang disayangi Allah karena tawakkal kita dan termasuk orang yang dijamin oleh Allah untuk tercapainya segala urusannya. Karena Allah telah menjamin bahwa orang-orang yang bertawakkal akan tercapai usahanya dangan sebab bertawakkal itu.
BACA JUGA : Terapi Mandiri Terhadap Gangguan Kejiwaan
5. TAUBAT NASUHA
Merasa diri bersalah merupakan salah satu penyebab gangguan kejiwaan, untuk menanggulanginya seseorang harus merasa bahwa kesalahannya itu telah dimaafkan, banyak orang yang merasa sangat menderita ketika ia merasa dirinya berdosa, bila perasaan ini dibiarkan berlarut-larut orang ini akan mengalami gangguan kejiwaan dengan berbagai gejala antara lain yang dikenal dengan psikosomatik, yaitu penyakit tubuh yang disebabkan oleh kegoncangan jiwa seperti lumpuh pada salah satu anggota tubuh, hilangnya kemampuan melihat walaupun matanya tidak sakit atau rasa takut yang tidak beralasan.
Agar kegoncangan jiwa itu tidak bertambah berat harus ada tempatnya mengadu dan memohon pertolongan. Tempat mengadu itu hanya satu yaitu Allah SWT, Tuhan yang maha Kuasa atas segala sesuatu, maha Pengasih lagi maha Penyayang, maha Pengampun dan Penerima taubat.
Agama Islam mengajarkan apabila sesorang melakukan kesalahan maka orang tersebut harus memohon ampun kepada Allah, bahkan setiap orang beriman dianjurkan memohon ampun kepada Allah baik ia merasa bersalah atau tidak bersalah, karena tidak selamanya orang sadar atas perkataan, perbuatan dan kelakuannya.
Allah telah berjanji untuk menerima taubat siapapun juga, sebanyak apapun kesalahannya, dengan syarat dilakukan dengan kesadaran yang sungguh-sungguh dan bertekad tidak akan mengulangi lagi kesalahan itu, taubat seperti ini dinamakan dengan taubat nasuha.
Kelapangan dada akan terasa apa bila seseorang telah berhasil mengungkapkan segala perasaan yang menekan selama ini, apalagi kalau itu diungkapkan kepada Allah melalui taubat nasuha tanpa ada orang lain yang melihat, perasaan akan lega, kemampuan berpikir tumbuh kembali, dan urat-urat syaraf berpungsi dengan wajar, muka akan kembali ceria , karena telah terbebas dari beban perasaan yang menghimpit selama ini akibat dosa yang dilakukan.
Allah memang marah kepada orang yang berdosa, tetapi Allah tidak pernah marah kepada orang-orang yang bertaubat, malah sebaliknya Allah akan menyayangi orang-orang yang bertaubat dan selalu akan bersama dengan orang-orang yang bertaubat “Innallaaha yuhibbut tawwaabiina wayuhibbul mutathahhiriin” yang artinya sesungguhnya Allah menyayangi orang-orang yang bertaubat dan menyayangi orang-orang yang mensucikan diri.
Semoga di dalam hati sanubari kita selalu ada kesadaran untuk mengakui kesalahan yang pernah kita lakukan, lalu memohon ampun kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, supaya kita tidak dikejar-krjar oleh dosa dan terhindar dari gangguan kejiwaan atau tertekan batin.
6. SELALU MENGINGAT ALLAH
Orang-orang yang beriman hati mereka akan selalu tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram (Q.S. 13; Ar-Ra’d ayat 28).
Bukankah ingat itu tanda adanya cinta dan cinta itu adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan.
Salah satu cara untuk menenangkan hati yang gundah dan menentramkan jiwa yang gelisah adalah dengan mengingat Allah, dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang kita alami adalah merupakan ketentuan dan ketetapan dari Allah, dan Allah tidak pernah menetapkan hal yang tidak tepat terhadap hamba-Nya, kalau ada sesuatu yang tidak kita senangi belum tentu itu tidak baik bagi kita karena bisa saja kita membenci sesuatu padahal sesuatu yang kita benci itu sebenarnya akan membawa keberuntungan kepada kita.
Dan bisa saja kita menyukai sesuatu padahal hal yang kita sukai itu akan membahayakan kita. Allah yang Maha Mengetahui, lagi maha bijaksana telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian dan telah Menciptakan segala sarana untuk meraih apapun yang kita butuhkan.
Allah telah menetapkan manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk mengadukan segalah keluhan jiwa kita kapanpun kita menginginkannya, dan Berjanji akan memberikan apapun yang kita minta dan kapanpun kita mengajukan permintaan.
Tentu saja harus diiringi keyakinan bahwa Dialah Yang Menciptakan dan mengajari kita bagaimana cara hidup yang benar dan baik, Dialah yang Menghidupkan dan Mematikan kita, Dialah yang Memberi makan dan Memberi minum kita, dan Dialah yang Menyembuhkan penyakit yang kita derita, setelah kita berusaha sesuai dengan kemampuan kita. Ditangan-Nyalah segala keputusan tentang hidup kita, dan apa bila ia menghendaki sesuatu maka Dia cukup dengan mengatakan “Kun” maka terjadilah apa yang dikehendakinya itu.
Dalam keadaan bagaimanapun kita harus selalu ingat dan menyandarkan urusan kita kepada Allah, dalam keadaan susah dan sulit kita mengingat Allah yang maha Menolong dan Melindungi, dengan itu kita akan terjauh dari kegelisahan jiwa, kekecewaan dan keputus asaan.
Ketika mendapat nikmat kita ingat kepada Allah yang memberi nikmat itu, dan kita tidak menjadi otang sombong dan membanggakan diri sebagai salah satu penyakit jiwa yang menyebabkan kita dijauhi oleh orang lain. Ketika kita melakukan dosa, kita ingat Allah, maka kita langsung memohon ampun kepada-Nya, maka legalah hati kita dan jiwapun menjadi tenang.
Semoga kita termasuk orang Islam yang menjalani hidup ini dengan ketenangan hati luar biasa, ketika dapat kesulitan mengingat Allah dengan bersabar. Ketika mendapat nikmat dan kesenangan mengingat Allah dengan penuh rasa syukur. Dan ketika melakukan kesalahan mengingat Allah dengan beristighfar.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar