Perempuan Lebih Tangguh dari Lelaki dalam Situasi Bencana - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

25 Agustus 2021

Perempuan Lebih Tangguh dari Lelaki dalam Situasi Bencana

YOGYAKARTA, POTRETKITA.net -- Realitas lapangan membuktikan, kalangan perempuan lebih tangguh dari lelaki di situasi bencana. Perempuan selalu punya cara untuk tetap survive. Hal itu berbeda dengan situasi normal yang terjadi justru sebaliknya.

bnpb.or.id
''Jika dalam situasi nirmal, laki-laki Indonesia ya lebih superior dalam aspek peran sosial, dalam situasi bencana keadaan terbalik. Bahkan pengalaman saya di dalam menanggulangi bencana ini melihat banyak perempuan yang terlibat baik memasak di dapur umum dan bapak bapaknya Cuma merokok, duduk. Ibu-ibu itu semangat bangkitnya lebih tinggi dibandingkan dengan bapak-bapak,” ungkap Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah Rahmawati Husein.


Mengutip laman resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah muhammadiyah.orid; Rahmawati yang akrab dengan sapaan Amma itu menjelaskan, aktivitas tanggap darurat yang dilakukan oleh kelompok perempuan acapkali tidak memiliki alur yang jelas. Menurutnya, hal itu disebabkan keterbatasan akses kepada kelompok perempuan, terlebih perempuan Indonesia dalam pendidikan kebencanaan.


Meski memiliki semangat bangkit lebih kuat dari kelompok laki-laki, tapi perempuan Indonesia yang sebagian besar masih terkurung dalam budaya patriarki menyebabkan bencana yang datang, memiliki dampak berlipat ganda kepada kelompok perempuan ini.

Rahmawati Husein (foto dook sebelum pandemi covid19)
“Perempuan  mengalami dampak bencana lebih besar, mereka tidak memiliki peluang untuk lari duluan karena posisi mereka yang  dirumah ditambah lagi  harus lari bawa anaknya, atau juga dititipin orang tua dan sebagainya,” ucapnya.


Oleh karena itu, menurut Amma sekurangnya ada tiga hal yang perlu perempuan ketahui supaya bisa selamat dari bencana, yakni pengetahuan, kesadaran, dan tindakan. Ketiganya jika sudah dimiliki oleh kelompok perempuan, termasuk laki-laki diharapkan akan meminimalkan dampak bencana.


“Pengetahuan itu penting karena ibu itu menjadi madrasah pertama bagi anak atau sumber informasi bagi anak. Kemudian yang kedua ada peningkatan kesadaran, misalnya kalo ada bencana itu apa yang harus dilakukan. Tidak hanya pengetahuan tetapi peningkatan kesadaran untuk bertindak. Ketiga tindakan nya misal ada bencana gempa bumi mereka harus mengetahui caranya lari, evakuasi, tempat berkumpul itu adalah tindakan,” sambungnya.


Ketika masyarakat mengalami kejadian di luar kemampuannya untuk merespon, peran non government organization (NGO) memiliki arti penting bagi masyarakat. Sebab, peran pemerintah dalam memenuhi hak-hak warganya kerap tidak menjangkau sampai level bawah.


“Maka itulah peran ormas atau peran komunitas atau kelompok-kelompok misal PKK, Dasa Wisma atau AISYIAH dan Nasyiatul Aisyiah itu bisa memfasilitasi ini,” ungkapnya.


Terkait respon bencana pada level komunitas yang paling kecil, keluarga, Muhammadiyah melalui MDMC dan LLHPB ‘Aisyiyah memiliki program Keluarga Tangguh. Program ini dimaksudkan supaya tercipta keluarga yang mampu mengenali resiko, keluarga yang mampu merespon bencana, dan keluarga yang mampu meminimalisir dampak bencana.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad