PADANG, POTRETKITA.net – Sapi Friesian Holstein (FH) yang diternakkan di negara tropis, belum memproduksi susu seoptimal dari negara aslinya, yakni North Holland dan Friesland, dan Schleswig-Holstein di Jerman Utara.
Disamping, disebabkan karena faktor suhu lingkungan, juga karena pemberian asupan makanan sapi yang belum maksimal untuk memproduksi susu. Namun, hal ini tidak menjadi pelemah semangat bagi peternak sapi perah. Inilah tantangannya untuk sukses berusaha, termasuk peternak di Kota Padang.
Kelompok Tani Harapan Makmur berlokasi di Air Dingin, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah, yang dibentuk pada tahun 2011, menjadi salah
satu penyuplai penting komoditi susu segar untuk pasar Kota Padang.
Saat ini, peternak memelihara 15 ekor sapi perah yang terdiri dari 5 ekor
betina produktif, 2 ekor anakan, dan 2 ekor indukan, 5 ekor sapi jantan dan 1
ekor sapi yang sedang kering kandang. Sapi betina baru mampu berproduksi
rata-rata 10 liter/ekor/hari, hanya mencapai 1/3 produktifitas sapi FH aslinya
di daerah subtropis. Angka ini dibawah rata-rata data nasional yaitu 15
liter/ekor/hari. Masalah utama yang dihadapi oleh peternak adalah penyediaan
pakan ternak yang berkualitas secara konsisten.
Salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan
baru-baru ini oleh dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas yakni, upaya
peningkatan produksi susu sapi perah mendekati titik optimum di wilayah tropis
yaitu 15 liter/ekor/hari, untuk mendampingi kelompok tani Harapan Makmur.
Penyuluhan tentang usaha perbaikan pakan dilaksanakan di kelompok. Setelah
itu, peternak diajak untuk menanam tumbuhan perdu Lamtoro Australia, atau lebih
dikenal dengan nama Lamtoro Taramba, yang bibitnya sudah disiapkan oleh tim
kegiatan.
Dr. Hilda Susanty, selaku ketua kegiatan menjelaskan bahwa, “Peternak
harus dikenalkan dulu dengan tanaman tersebut sebagai jenis hijauan unggul
untuk pakan sapi perah, sehingga mampu memotivasinya untuk membudidayakan
selama dan setelah pendampingan oleh akademisi”.
Sebelumnya, Hilda dan mahasiswanya sudah beberapa kali turun lapang untuk
mendampingi kelompok tani ini, diantaranya menjelaskan manajemen sanitasi
peternakan, melakukan uji mastitis subklinis pada setiap Sapi FH laktasi (masa
produksi susu), ungkap Fatri Susanti, ketua kelompok tani.
Selama ini, peternak menyediakan pakan hijauan rumput gajah, rumput
lapang, dan konsentrat komersil. Lamtoro Taramba dikenalkan untuk
mengoptimalkan nutrisi yang dikonsumsi oleh sapi perah. Salah satu perdu ini
-tumbuhan rendah yang berkayu dan bercabang-cabang- mengandung protein tinggi
(23-24 persen), sehingga dapat diberikan sebagai hijauan tunggal (100 persen)
atau kombinasi rumput dan lamtoro.
Dr. Riesi Sriagtula yang diundang oleh tim pengbadian, sebagai narasumber
ahli hijauan makanan ternak, menyatakan bahwa Lamtoro jenis ini mudah untuk
dibudidayakan, bisa dipanen mulai dari 6 bulan penanaman, mudah dipetik, karena
pohonnya tidak meninggi namun merebak rendah dari permukaan tanah.
Peternak harus bisa juga membedakan dengan jelas, yang mana tanaman
lamtoro biasa dan yang mana lamtoro Australia atau Taramba ini, karena bentuk
fisiknya yang hampir sama.
Tim kegiatan pengabdian kepada masyarakat beranggotakan Eli Ratni, S.Pt.,
M.P. dan Dr. Kusnadidi Subekti, S.Pt., MP, dosen di Fakultas Peternakan Unand. ‘’Kegiatan
ini menjadi rangkaian kegiatan Dies Natalis (ulang tahun) Fakultas yang ke-58
semenjak 09 Oktober 1963,’’ ungkap Eli Ratni.
Pendekatan nutrisi berbasis hijauan pakan perlu diterapkan untuk
menurunkan ketergantungan terhadap sumber pakan komersil yang pada waktu-waktu
tertentu mengalami kenaikan harga, sehingga berpengaruh terhadap biaya
produksi, harga jual susu, yang berimplikasi juga kepada daya beli konsumen.
Kebiasaan minum susu segar setiap hari belum memasyarakat di kota Padang,
apalagi jika diperparah dengan kenaikan harga pasar, tingkat konsumsi pasti
menurun, lanjutnya. Maka, sebaiknya harga harus tetap konstan berkisar di
nominal Rp 15.000,- per liter susu. Tugas peternak yang harus kreatif untuk
menyediakan pakan berkualitas tinggi, namun berbiaya rendah.(MUSRIADI MUSANIF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar