Universitas Muhammadiyah Malang Turunkan Satgas Atasi PMK - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

19 Juni 2022

Universitas Muhammadiyah Malang Turunkan Satgas Atasi PMK

MALANG, POTRETKITA.net - Hari Raya Idul Adha 1443 H semakin dekat. Selain menunaikan ibadah haji, umat Islam juga menggelar qurban. Kini, virus penyebab Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sedang merebak.

muhammadiyah.orid
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bergerak cepat mengatasi penyakit itu. Kampus itu menurunkan Satuan tugas (Satgas) khusus yang terjun dan membantu peternak dalam menangani wabah tersebut. Adapun tim ini berada di bawah koordinasi dari Dinas Peternakan atau dinas terkait yang ada di kabupaten maupun kota.


Ketua Satgas Lili Zalizar mengatakan, hingga saat ini, pihaknya juga sudah memberikan edukasi terkait PMK kepada para mahasiswa peternakan yang ada di Kampus Putih, julukan untuk UMM. “Banyak dari mahasiswa yang memang pekerjaan orang tuanya adalah peternak. Jadi mereka bisa memberikan pemahaman kepada warga sekitar yang ada di daerahnya agar ternak yang dimiliki tidak terjangkit virus ini,” katanya.


Timnya juga sudah memberikan konsultasi kepada peternak sekitar. Meski terbatas, bantuan tersebut dirasa bisa menjadi langkah untuk menekan angka penularan PMK. Lili, sapaan akrabnya, juga sering memberikan pemahaman dan arahan untuk menanggapi pertanyaan dari para mahasiswa atau warga yang ternaknya menderita penyakit ini.


Adapun tim Satgas UMM tidak bisa bergerak langsung tanpa intruksi dari dinas peternakan. Hal itu karena penyebaran virus PMK yang mudah menular dan sangat cepat. Ditakutkan, penanganan tanpa koordinasi malah membuat penyebarannya semakin tidak terkontrol.


BACA JUGAIdul Adha di Tengah Wabah Menyerang Hewan TernakWabup Pastikan Hewan Qurban di Tanah Datar Aman dari PMK


“Memang ada larangan dari dinas untuk langsung turun tanpa koordinasi. Maka, kami menunggu intruksi dari dinas peternakan atau dinas terkait untuk melakukan penanganan lebih lanjut. Bahkan pihak yang boleh menangani langsung hanya dokter hewan. Para mahasiswa tidak dibolehkan untuk turut serta menangani. Hanya diperbolehkan untuk turut melakukan pencatatan dan juga handling,” tambahnya, sebagaimana dikutip dari publikasi resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui situs muhammadiyah.or.id.


Lili mengatakan, timnya yang terdiri dari dosen, dokter hewan, dan mahasiswa segera terjun langsung ke lapangan pada minggu depan. Dimulai dengan upaya melakukan vaksinasi bagi hewan ternak di beberapa daerah yang ada di Malang. Di samping itu, Kampus Putih UMM juga telah membuka call center dan layanan aduan penanganan PMK bagi masyarakat luar. Dengan begitu, para peternak bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan cara menangani ternak yang tertular PMK.


“Apalagi tim UMM telah diisi oleh para dokter hewan dan juga pakar yang memiliki pengetahuan mumpuni. Ini adalah bentuk konkret kami untuk membantu para peternak yang mengalami kesulitan dalam menangani ternak terjangkit virus PMK,” tambahnya.


Terkait perawatan, anggota Satgas PMK UMM Dr. drh. Imbang Dwi Rahayu, M.Kes. menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh peternak. Dimulai dengan menyemprotkan desinfektan di kandang tiap pagi dan sore. Pembatasan gerak masuk dan keluar untuk ternak serta orang juga harus dilakukan.


“Penyakit ini disebabkan oleh virus, jadi tidak ada obat yang bisa membunuh virus tersebut. Yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksius sekunder dan tidak berubah menjadi lebih parah. Memang perlu ketelatenan lebih dalam merawat luka-luka yang dialami hewan ternak,” jelasnya.


Imbang, begitu ia kerap disapa, juga menyarankan agar peternak bisa menyempatkan untuk memberi vitamin serta mencekoki hewan dengan makanan-makan lembut. Sehingga nutrisi dan asupan gizi ternak masih bisa dilakukan meski terserang penyakit. Sekaligus sebagai cara agar ternak yang dimiliki memiliki tenaga. Berdasarkan data, sampai saat ini ada lebih dari 7.500 sapi yang terjangkit. 390 ekor di antaranya sembuh dan 44 ekor mati.


“Wabah ini menyebabkan kerugian yang cukup besar. Berat badan ternak yang terjangkit bisa turun sebesar 10-15 persen. Sementara untuk sapi perah, produksinya bisa turun di angka 30-80 persen. Bahkan jika menyerang pedet, kemungkinan kematiannya menjadi lebih besar,” tuturnya mengakhiri.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad