PADANG, POTRETKITA.net - Tokoh dan pimpinan Muhammadiyah yang paling banyak selama ini adalah ulama, buya, ustad, dan mubalig. Kalaupun ada ahli dan guru besar, itu hanya di level pimpinan pusat dan sedikit di pimpinan wilayah.
![]() |
| Mukhzendra Yusuf |
"Kita butuh pakar ekonomi alias ekonom
yang dapat melahirkan uang untuk Muhammadiyah, guna operasional pimpinan
wilayah dan daerah, serta biaya operasional mencetak warga Muhammadiyah menjadi
shaleh, islami, pengkaderan pimpinan, dan biaya perjalanan para kiyai, ustaz
untuk pergi mengaji ke daerah-daerah," kata Sekretaris Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Agam Mukhzendra Yusuf.
Kalau untuk memimpin di tingkat Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat nanti, imbuhnya, paling tidak pakar
ekonomi itu harus 60 persen, sisanya yang 40 persen lagi baru berasal dari
kalangan ulama, akademisi, profesional, dan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM),
masing-masingnya sepuluh persen.
Kita harus bersama mengupayakan, tegasnya, pimpin
Muhammadiyah masa depan berasal dari ahli dan pakar ekonomi. Alasannya, kata
dia, dengan usia yang sudah lebih dari satu abad, Muhammadiyah seyogyanya sudah
maju dan mampu menguasai sektor-sektor penting di negeri ini, khususnya sektor ekonomi
dan keuangan. Tapi kenyataannya, belum!
“Apapun kegiatan dan kebijakan sandarannya adalah
uang, pitih! Kita bisa banyak
melahirkan ulama, ustad, dan buya lebih banyak, dan tidak itu ke itu saja turun
ke daerah. kita bisa mensejahterakan warga kita di bidang pendidikan, kesehatan,
dan pangan,” ujarnya.
Mukhzendra juga tidak menapik kemungkinan, saat ini banyak warga yang terjebak dengan sistem keuangan rentenir. Ceramah ndak baitu bana laku li (ceramah-ceramah saja tak begitu kini lagi), nan laku kini di Muhammadiyah tidak saja hanya berceramah, tapi mampu menciptakan keluarga yang sejahtera. Ekonominya di atas rata-rata.
![]() |
| Mizlan |
Gagasan untuk memunculkan kalangan ekonom
memimpin Muhammadiyah periode berikutnya, mendapat dukungan dari Sekretaris PDM
Pasaman Barat Mizlan. Selagi Muhammadiyah tidak bergerak di bidang ekonomi dan
keuangan, tegasnya, maka tidak akan bisa berkuasa.
Mizlan menegaskan, ke depan Majlis Ekonomi
di lingkungan pimpinan Muhammadiyah, khususnya pada level pusat, wilayah dan
daerah, haruslah diisi para pengusaha berkepribadian Muhammadiyah.
“Menurut Buya Anwar Abbas, ada ada 12 lini kehidupan
alias profesi yang menggerakkan dan berkuasa di Indonesia ini. Tapi yang jadi
penentu hanya satu, yaitu pengusaha. Ternyata yang satu ini tidak dan belum
dikuasai umat Islam, apalagi Muhammadiyah. Masih jauh panggang dari api,”
jelasnya.***


Tidak ada komentar:
Posting Komentar