NARASUMBER
Dr. Harmaini (Pekanbaru, Riau)
Jufri, M.I.Kom (Tebing Tinggi, Sumut)
Kasman Katik Sulaiman (Sungai Penuh, Jambi)
Jonito Vendri, S.Pd.I (Pasaman, Sumbar)
PADANG PANJANG, POTRETKITA.net – Terkadang kita tidak fair juga. Ketika anak-anak nonmuslim bersekolah di lembaga pendidikan Islam, kita bangga. Sebaliknya, ketika anak-anak muslim sekolah di lembaga pendidikan nonislam, kita galau, cemburu, dan kecewa.
![]() |
| HARMAINI |
“Saya kira tak ada yang pelu kita risaukan. Hal yang penting adalah bagaimana menciptakan lembaga pendidikan Islam yang mumpuni, siap melahirkan orang-orang hebat,” ujar seorang tokoh Muhammadiyah dari Kota Pekanbaru Dr. Harmaini.
Aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah Provinsi Riau itu, mengutarakan pendapatnya pada diskusi virtual Grup WhatsApp Muhammadiyah Potret Kita, menanggapi diskusi sebelumnya yang dipicu lontaran pendapat aktivis Muhammadiyah dari Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Jufri, M.I.Kom.
Bukan hanya Harmaini yang terpicu untuk mengutarakan pendapat, tetapi ada juga Kasman Katik Sulaiman dari Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi; dan Joni Tovendri, S.Pd.I dari Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.
“Sekolah yang berlabel Islam juga perlu koreksi diri, misalnya dari segi biaya yang sering disebut mahal. Secara pribadi tidak ada urusan kita dengan label-label sekolah itu. Urusan kita dengan orangtua, karena tidak sampainya syiar dan seruan, betapa memilih institusi pendidikan yang baik untuk anak-anak kita itu penting,” sebut Harmaini.
![]() |
| JUFRI |
Sebelumnya Jufri mengutarakan contoh yang paling mantap soal tempat menyekolah anak itu. “Di Padang Panjang sekolah Muhammadiyah bersebelahan dengan sekolah Katolik dan gereja. Banyak anak-anak muslim sekolah di lembaga pendidikan dalam komplek gereja itu, tak pernah terdengar ada masalah hubungan antar umat beragama. Ini contoh baik yang perlu kita cermati,” sebutnya.
Artinya, imbuh Jufri, soal toleransi dan aqidah warga Padang Panjang sudah demikian mantap.
“Betul itu. Saya delapan tahun di Komplek Pendidikan Muhammadiyah Kauman, persis di sebelah geraja yang disebut Bapak Jufri itu,” timpal Kasman. “Saya juga menyaksikan hal itu, karena saya pernah tinggal di Padang Panjang selama tujuh tahun,” kata Jonito Vendri.
“Di Medan banyak anak-anak nonmuslim sekolah di lembaga pendidikan Muhammadiyah. Di Indonesia bagian timur, sebagian besar mahasiswa Universitas Muhammadiyah juga nonmuslim. Muhammadiyah bangga sekolah dan universitasnya bermanfaat untuk manusia,” sebut Jufri.
![]() |
| KASMAN KATIK SULAIMAN |
Tapi Kasman dari Kerinci menyela, kita bangga anak-anak nonmuslim sekolah di Muhammadiyah, tapi gerah kalau ada anak-anak orang Islam sekolah di sekolah nonmuslim.
Sementara itu, Jonito Vendri berpandangan, banyak orangtua muslim menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan nonislam dengan alasan mutunya lebih bagus. Kalau itu yang disebut, Jonito tidak sepakat. Sebab, katanya, bila bicara mutu, lembaga pendidikan Islam tak kalah juga dengan lembaga pendidikan nonislam.
![]() |
| JONITO VENDRI |
“Kalau itu yang disebut sebagai alasan, maka menurut saya, mental orangtua si anak yang perlu diobati. Ada yang salah secara psikologis keagamaan. Bisa pula disebut, dia hanya mementingkan duniawi semata. Bagi saya, selagi ada lembaga pendidikan Islam, buat apa menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan nonislam,” katanya.(MUSRIADI MUSANIF)




Tidak ada komentar:
Posting Komentar