TANAH DATAR, potretkita.net – Angka prevalensi stunting di Kabupaten Tanah Datar terbilang masih tinggi, kendati posisinya berada di bawah level Provinsi Sumatera Barat dan nasional.
“Berdasarkan
hasil Studi Kasus Gizi Indonesia (SKGI) Tahun 2021, angka prevalensi stunting di
Tanah Datar adalah 21,5 persen. Angka ini cukup tinggi, kendati berada di bawah
angka Sumbar yang 23,3 persen dan nasional 24,4 persen. Target nasional pada
2024 nanti harus sudah berada pada angka 14 persen,” kata Wakil Bupati Tanah
Datar Richi Aprian.
Wabup
mengatakan hal itu, dalam kapasitasnya sebagai ketua Tim Percepatan Penurunan
Stunting (TPPS) Kabupaten Tanah Datar, pada diskusi panel membahas kasus
stunting, Kamis (27/10), diikuti pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan
organisasi kemasyarakatan terkait.
BERITA TERKAIT
- Sedikitnya 2.736 Anak Terdeteksi Menderita Stunting
 - Angka Stunting di Tanah Datar Masih Tinggi
 - Tanah Datar Lawan Stunting dengan Basunting
 - Penanganan Stunting Harus Bersama
 - Jangan Melahirkan Lebih dari Satu Kali dalam Dua Tahun
 
Menurut
Richi, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) agar semakin berkualitas,
merupakan bagian dari usaha mewujudkan visi Indonesia Emas pada 2045 nanti. Untuk
itu, ujarnya, menekan angka stunting merupakan bagian penting dari usaha
mencapai visi tersebut.
Stunting
adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun, akibat
kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi tulang belakang, terutama pada
periode seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK), dari janin hingga berusia 23
bulan.
Stunting
ditentukan oleh indeks antropometri yang menggunakan data panjang badan
berdasarkan umur, untuk anak usia di bawah dua tahun, dan menggunakan data
tinggi badan berdasarkan umur untuk anak dua tahun ke atas.
Menyikapi
masih tingginya angka stunting di Luak Nan Tuo, wabup menegaskan, semua pihak
harus memberikan pehatian khusus, bekerja keras, berkoordinasi, dan
bekerjasama, sehingga dapat dilakukan percepatan pengentasannya.
“Saya
menghimbau kepada semua pihak dan lintas sektor agar bekerjasama dalam
menurunkan angka stunting ini. Kegiatan ini semoga dapat memberikan pencerahan
kepada semua pihak. Apa saja faktor penyebabnya, bagaimana terjadinya, dan apa
rekomendasi para pakar yang akan ditindaklanjuti semua pemangku kepentingan,”
tegas Richi.
Dalam
menurunkan angka stunting, menurutnya, variabel yang juga harus menjadi perhatian
adalah sanitasi lingkungan. Kita menyaksikan, tegasnya, masih banyak rumah
warga yang belum memiliki sanitasi yang baik. Ini akan menjadi program
prioritas,” tuturnya.
Kepala
Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Fatmawati, pada diskusi panel itu
mengatakan, melalui kegiatan tersebut diharapkan bisa dilakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan, terutama hal yang menjadi prioritas nasional
dalam menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024 nanti.
Di
Sumbar, ujarnya, sudah dibentuk Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka
Stunting di Indonesia (RAN-PASTI) 2021-2024, beranggotakan seribu orang dan
tersebar di seluruh kabupaten kota se-Sumbar. Tugas utama mereka, jelas
Fatmawati, melakukan audit kasus-kasus stunting.
“Salah
satu strategi yang dilakukan adalah dengan mencari penyebab terjadinya
stunting, sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa. Semua pihak memang
harus serius dan bersungguh-sungguh dalam urusan ini,” ucapnya.(musriadi musanif)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar