PADANG, POTRETKITA.net - Gubernur Sumatera Barat Buya H. Mahyeldi Ansharullah menegaskan, perlu kerja keras dan kolaborasi semua pihak dalam membersihkan Batang Arau yang membelah Kota Padang.
Bila itu bisa dilakukan, gubernur optimis, potensi Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau dapat digali dengan maksimal, terutama dalam usaha mengembangkannya menjadi tempat wisata yang menarik.
"Untuk menjadikan DAS Batang Arau bersih dan menjadi tempat wisata yang menarik, tidak bisa dengan mengandalkan pemerintah saja. Dibutuhkan kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat untuk berperan nyata dalam memulihkannya, terutama dari sampah akibat pertumbuhan manusia dengan segala aktivitasnya," kata gubernur.
Gubernur menyatakan hal itu, Kamis (13/10), saat memberikan sambutan dalam Focus Group Discussion (FGD) Hasil Studi Pulihkan Batang Arau, dalam rangka pemaparan hasil riset dan integrasi peran multi pihak pulihkan Batang Arau, di Padang, sebagaimana dirilis Dinas Kominfotik Sumbar pada laman resmi sumbarprov.go.id, yang diakses dan dikutip pada Jumat (14/10) pagi.
Batang Arau, ujarnya, memang harus dibersihkan, perlu kerja keras dan kolaborasi semua pihak. Pemerintah dengan segala keterbatasannya, menurut gubernur, tak akan sanggup melawan lajunya timbunan sampah, akibat pertumbuhan manusia dengan segala aktivitasnya, baik dari volumenya maupun jenisnya.
Oleh sebab itu, gubernur menyampaikan, salah satu solusi adalah pengurangan sampah dari sumbernya, pengolahan sampah organik melalui budidaya maggot, dan pemusnahan sampah nonorganik.
Gubernur mengapresiasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), sebagai organisasi yang fokus dan aktif pada isu lingkungan hidup, dan mendorong pengelolaan sampah di Kota Padang.
"Saya mengapresiasi Walhi Sumbar memilih DAS Batang Arau sebagai objek perhatiannya. WalhiSumbar juga telah menginisiasi terbentuknya Koalisi Masyarakat Peduli Batang Arau. Kita memang harus bersama-sama mencari solusi. Kita juga harus belajar pada daerah dan negara yang sudah berhasil, seperti Singapura misalnya," kata Gubernur Mahyeldi.
Mantan Wali Kota Padang ini juga berharap, melalui FGD Pemulihan Batang Arau yang diikuti oleh para akademisi dan pemerhati lingkungan, akan diperoleh langkah-langkah yang nyata demi pelestarian DAS Batang Arau.
Direktur Eksekutif Walhi Sumbar Wengki Purwanto menyebut, FGD digelar dalam upaya mengintegrasikan peran pemerintah dan masyarakat. Harapannya Batang Arau bisa dipulihkan. "Ini memang tak bisa dikerjakan sendiri, harus dikeroyok," ucap Wengki.
Sungai Batang Arau dengan luas DAS mencapai 172 km², hulu sungai berada pada puncak Bukit Punggung Lading, Kecamatan Lubuk Kilangan, dan Gunung Gadut Kecamatan Pauh Kota Padang, dan pada daerah hilir terdapat Pelabuhan Muara.
Sebagai sungai terbesar di Kota Padang, Batang Arau yang mempunyai panjang sungai kurang lebih 29,72 km merupakan kawasan wisata dengan daya tarik yang rendah, karena kualitas airnya yang tercemar akibat belum optimalnya pengelolaan limbah rumah tangga maupun sampah dari kegiatan sepanjang DAS Batang Arau, seperti kegiatan industri, rumah sakit, bengkel, dan limbah pasar.(doa/MMC; ed. mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar