JAKARTA, potretkita.net - Gempa yang mengguncang Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, bila dilihat dari sisi mekanisme sumbernya, maka dapat digolongkan masih "satu keluarga" dengan gempa merusak yang terjadi di Lombok pada 2018 lalu.
TWITTER DARYONO |
"Dari sisi mekanisme sumbernya, gempa Karangasem saat ini masih "satu keluarga" dengan gempa Lombok 2018," tulis Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dr. Daryono pada akun twitter milik pribadinya.
Sedikitnya, BMKG telah mencatat 86 gempa susulan di Karangasem Bali. Gempa Karangasem itu, ujarnya, diawali dengan gempa pembuka (foreshock) Magnitufo 4,8 pukul 16.56 WIB yang berdampak dirasakan an menimbulkan kerusakan di Karangasem, diikuti sembilan kali gempa susulan. Lalu, 20 menit kemudian, jelasnya, terjadi gempa M5,2 berjarak sekitar 10 km dari gempa pertama, yang menambah kerusakan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Selasa 13 Desember 2022 pukul 17.38.24 WIB, wilayah Pantai Timur Karangasem, diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan, gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,1.
Masih pada akun twitter itu, Daryono juga merilis, di daerah itu sedikitnya tercatat sudah lima kali terjadi gempa merusak sejak 1963.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Plt. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Abdul Muhari, Ph.D, sedikitnya 34 unit rumah warga mengalami kerusakan akibat gempa itu.
Sebaran kerusakan rumah warga teridentifikasi di beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Kubu, Manggis, Karangasem, Rendang dan Bebandem.
Selain kerusakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem juga melaporkan dua warga mengalami luka-luka, salah satu korban luka-luka akibat terkena air panas karena panik saat gempa. Kedua warga tersebut telah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.
Gempa susulan atau aftershock sedikitnya tercatat lebih dari 86 kali. Berdasarkan analisis BMKG, gempa bumi ini akibat aktivitas sesar naik Flores atau Flores back arc thurst. Dilihat dari analisis mekanisme sumber gempanya, terjadi mekanisme pergerakan naik.
Guncangan gempa yang dirasakan warga Karangasem, Provinsi Bali, juga dirasakan warga di kabupaten lain, bahkan hingga mereka yang berada di Nusa Tenggara Barat.
BMKG merilis intensitas kekuatan gempa dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) di wilayah Karangasem III – IV MMI, Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Barat III MMI, Tabanan, Kuta, Buleleng dan Lombok Timur II MMI.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya gempa. Peristiwa ini tidak dapat dideteksi dengan pasti dan dapat terjadi setiap saat.
Warga yang wilayahnya berada di sekitar episenter gempa dapat melakukan pengecekan kondisi rumah sebelum memasukinya kembali. Pascagempa Karangasem ini, BNPB dan BPBD Provinsi Bali terus berkoordinasi dan memonitor BPBD di wilayah terdampak.(*/mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar