Laylat Al-Qadr - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

17 April 2023

Laylat Al-Qadr

Ia telah menemukan orientasi kehidupan  yang hakiki, mendapatkan kebenaran yang mutlak, yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia.


Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.

Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta


OPINI, potretkita.net - Transformasi Makkah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat perdagangan berdampak terhadap munculnya, materialisme, kapitalisme, individualisme dan sekularisme.


Masyarakat telah mengalami disorientasi kehidupan, pemikirannya sangat pendek, menguasai harta, membangun kekuatan kabilah, menguasai sumber daya alam yang akan menguasai hajat hidup orang banyak. 


Eksploitasi manusia oleh manusia sesuatu hal yang sudah menjadi tontonan dalam kehidupan bangsa Arab jahiliyah. Semua suku berusaha memperbesar penguasaan sukunya terhadap asset dan sumber daya alam. Peperangan antar suku susuatu yang lumrah terjadi.


Fenomena ini membuat Muhammad SAW mengalami kegelisahan spiritual, sosial dan politik, sehingga beliau lebih memilih untuk tidak ikut dalam sistem sosial yang sudah rusak, kacau balau dan  amburadul tersebut. Beliau memilih pada sebuah tempat di luar  dari kota Makkah, dikenal dengan Gua Hira. 

Suasana kebathinan Muhammad SAW digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. Ad-Dhuha ayat 7 : “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk”.


Kebingungan yang dimaksud adalah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal. Lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad SAW. 


Malam turunnya wahyu kepada sang Nabi, melepaskan ia dari kebingungan terhadap orientasi kehidupan. Ia telah menemukan orientasi kehidupan  yang hakiki, mendapatkan kebenaran yang mutlak, yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia.


Visi yang amat jauh melampui sekat-sekat kehidupan. Jalan yang lurus yang akan di tempuh untuk menuju keselatamatan yang abadi dan hakiki. Inilah yang disebut dengan laylat al-Qadr, memiliki makna pertama, al-khittah, jalan kebenaran yang sudah ditetapkan, penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.


QS Ad-Dukhan ayat 3 menjelaskan : “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.”  Malam yang diberkahi atau disebut dengan malam al-qadr tersebut adalah malam pertama kali Al-Quran diturunkan.


Malam itu Allah SWT menetapkan khittah dan strategis bagi nabi-Nya guna mengajak manusia kepada agama yang benar.


Kedua, malam kemuliaan yang tidak ada bandingnya, dijelaskan dalam Qs. Al-An’am ayat 91: “Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, “Allahtidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”. Katakanlah (Muhammad), siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu menjadi lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu memperlihatkan (sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu. “Katakanlah, “Allah (yang menurunkannya), “kemudian (setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”


Ketiga, sempit, malam tersebut para malaikat dan Ruh (Jibril) turun ke bumi, seperti dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Qadr 1-5:


“(1) Sesungguhnya telah kami turunkan dia pada malam kemuliaan; (2) Dan sudahkah engaku tahu, apakah malam kemuliaan itu?: (3) Malam itu lebih utama daripada seribu bulan: (4) Turun Malaikat dan ruh pada malam itu, dengan izin Tuhan mereka, membawa pokok-pokok dan tiap-tiap perintah: (5) Sejahteralah dia sehingga terbit fajar.


Pertanyaan besar yang perlu diperhatikan apakah malam al-Qadr tetap ada pada bulan Ramadhan? Hal ini tidak perlu diperdebatkan lagi, sudah banyak para ulama yang membahas, sehingga pada akhirnya tersimpulkan bagi sebagian berpendapat, al-Qadr itu adalah malam turunnya Al-Quran di Gua Hira, para malaikat turun dan wahyu disampaikan langsung oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.


Ada sebagian berpendapat, malaikat akan turun pada suatu malam pada bulan Ramadhan yang menjadi malam al-Qadr, wallahu alam. 


Pada manusia ada bisikan untuk berbuat kebajikan dan berbuat keburukan. (Qs. Asy-Syams (91): 8 ”Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejatan dan ketaqwaa”.


Dua bisikan tersebut saling berperang dalam diri manusia, terang yang memberikan bisikan kebaikan itu adalah malaikat dan yang memberi bisikan keburukan itu adalah syetan.


Ibadah puasa yang tengah dilaksanakan pada bulan Ramadhan melatih diri kita untuk berbuat suci, mengosongkan peluang syetan untuk membisikkan segala sesuatu pada kita, membuka selebar-lebarnya peluang malaikat bersama kita.


Puasa sudah kita laksanakan sebanyak dua puluh hari lebih, kalau ini efektif, maka syetan tidak lagi masuk ke dalam diri kita, sehingga dominasi malaikat bersama kita.


Malam-malam babak akhir Ramadhan ini yang dioptimalkan dalam bentuk evaluasi kesalahan, kelalaian,  kehilafan, dan keingkaran yang kita perbuat selama ini, langsung di mohonkan ampunan kepada Allah SWT, meminta ampunan yang setulusnya, mengharapkan belaian kasihan dan dekapan Allah SWT.


Sadar, bahwa kita hamba yang tidak ada artinya di hadapan Allah SWT, semua yang diberi hanya dari Allah dan dipersembahkan kepada Allah, menghadirkan Allah SWT dalam kehidupan kita, puncak kesadaran inilah kita harapkan Allah SWT menurukan malaikatnya kepada kita untuk menjaga kita agar selalu pada jalan yang benar, sehingga kita menemukan khittah perjalanan hidup yang memiliki makna hakiki sampai kepada Allah SWT, khairun min alfi  syahr (lebih baik dari seribu bulan).


Semoga kita dapat meraihnya di malam-malam ini pada akhri-akhir ibadah puasa Ramadhan kita, laylatal-Qadr, Wallahu musta’an.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad