PADANGPANJANG, POTRETKITA -- Masyarakat Kota Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh, di Provinsi Sumatera Barat, Senin (21/6) pagi ini, 'disapa' gempa bumi. Hentakannya sempat membuat kaget. Beberapa warga, berhamburan ke luar rumah.
''Terasa kuat juga hentakannya. Gemuruh bangunan juga mengejutkan. Untunglah sebentar,'' sebut Yusriana, seorang warga Padangreno, Kelurahan Koto Panjang, Kota Padang Panjang.
''Bergoyang,'' komentar Zulham Beni Kusuma, dari Nagari Aie Angek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar. Beni berada di posisi antara Padang Panjang dan Bukittinggi.
Beberapa waktu belakangan, gempa memang sering melanda sejumlah kawasan di Pulau Sumatera dengan magnitudo bervariasi. Ada yang berpusat di laut, ada pula di daratan. Tercatat di Bengkulu Selatan, Merangin, Batanghari, Mentawai, seputaran Bukittinggi Agam, Pasaman, Samosir, dan beberapa titik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Khusus untuk gempa yang 'menyapa' pagi ini, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagaimana disiarkan melalui ORARI Sumbar, gempa itu berkekuatan magnitudo 4,1 di 10 kilometer barat daya Bukittinggi.
Menurut Pusat Gempa Regional VI Padang Panjang, gempa terjadi pada pukul 07.47 WIB, berlokasi di 0,38 Lintang Selatan (LS); 100,31 Bujur Timur (BT) atau 10 kilometer barat daya Bukittinggi dengan kedalaman 10 kilometer. Sejauh ini, belum diperoleh adanya korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat gempa tersebut.
Getarannya dirasakan III-IV MMI di Bukittinggi, III MMI di Padang Panjang, Tanah Datar, dan Agam, serta II MMI di Padang Pariaman dan Payakumbuh.
Berselang kurang dari satu jam, persisnya pada pukul 08.01 WIB, giliran warga Pangandaran, Provinsi Jawa Barat (Jabar), pula yang dikagetkan gempa. Kekuatannya mencapai magnitudo 4,4 pada kedalaman 18 kilometer, dengan titik koordinat 8,46 LS dan 108,41 BT arau berada pada 84 kilometer barat daya Pangandaran. Getarannya dirasakan di Pangandaran MMI II-III.
Untuk mengukur kekuatan gempa, BMKG menggunakan Skala MMI (Modified Mercalli Intensity). Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.
Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.
Oleh itu skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan, terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Pada kekuatan IV MMI sebagaimana yang dirasakan masyarakat di Bukittinggi tadi pagi, kalau terjadinya di siang hari maka gempa dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.(mus)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar