TANAH DATAR, POTRETKITA.net - Jorong Kenanga berada di Nagari Lubuak Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara. Letaknya memang agak jauh ke dalam. Di seberang Batang Sinamar. Perannya besar dalam mempertahankan eksisten Republik Indonesia yang baru merdeka. Tapi kenapa banyak yang mulai lupa?
Usaha mempertahankan RI dari agresi Belanda yang ingin menjajah lagi, kini diperingati sebagai Hari Bela Negara. irik fokusnya adalah nagari-nagari yang pernah menjadi ibukota perang Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), yang dipimpin secara mobile dan bergerilya oleh Syafruddin Prawiranegara. Hari Bela Negara itu diperingati setiap 19 Desember, sesuai dengan hari berdirinya PDRI di Bukittinggi.
Tapi ada yang nyaris terlupakan setiap peringatan HBN itu, yakni Kabupaten Tanah Datar. Persisnya Jorong Kenanga saat ini. Peran Kabupaten Tanah Datar nyaris tak tersebut-sebut di hari perjuangan besar mempertahankan kemerdekaan RI yang baru diproklamirkan tersebut.
Lebih membuat tak enak hati lagi, sebuah kampung kecil bernama Jorong Kenanga di pedalaman Nagari Lubuak Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, nyaris tak tersentuh roda pembangunan sama sekali. Jorong Kenanga? Ya, kampung di pelukan perkebunan karet dan dipagari perbukitan itu, sesungguhnya punya peran penting di Hari Bela Negara.
Peringatan Hari Bela Negara tak boleh melupakan Radio YBJ-6 alias Yankee Bravo Juliet Six. Andilnya sangat besar dalam mempertahankan keberadaan RI di mata internasional. Propaganda Belanda yang menyebut Indonesia telah bubar, jadi mentah ketika Radio YBJ-6 yang bergerilya dan tiba di Jorong Kenanga itu, berhasil melakukan kontak dengan Radio VWX-2 alias Volksrod Wisky Xtray Two di India.
“Radio gerilya inilah yang memberi kabar kepada dunia Internasional tentang Indonesia masih ada. Melalui perangkat radio itu pulalah, AA Maramis yang sedang berada din Indonesia dikukuhkan Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Syafruddin Prawiranegara menjadi Menteri Luar Negeri,” ujar Syakirin, salah seorang warga Jorong Kenanga dan merupakan keturunan saksi mata peristiwa yang amat penting tersebut, dalam suatu percakapan dengan penulis beberapa tahun lalu.
Syakirin, saat diwawancara itu, didampingi seorang tokoh muda Asep Lintau. Keduanya menjelaskan, di tahun 1948-1949 itu, penjajah Belanda melakukan agresi untuk kedua kalinya ke Indonesia yang berusia masih kurang tiga tahun. Ibukota republik di Yogyakarta ditaklukkan. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditawan. Akses komunikasi diblokir habis-habisan. Di kancah dunia, Belanda mempropaganda kalau Indonesia sudah tak ada lagi.
Soekarno-Hatta tak hilang akal. Proklamator itu memberi mandat kepada Syafruddin Prawiranegara dan kawan-kawan melanjutkan kepemimpin. Syafruddin yang kemudian dikenal sebagai ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Bukittinggi, melakukan konsolidasi dan berjuang secara bergerilya guna mempertahankan keberadaan Indonesia.
Agresor Belanda terus menyerang dan menggempur Sumbar. Bukittinggi sebagai pusat pemerintahan tak aman lagi. Para pemimpin dan pejuang PDRI pun melakukan gerilya ke hutan-hutan.
Satu hal yang hampir dilupakan, Radio YBJ-6 memiliki peranan penting dalam menyampaikan informasi secara kontinyu ke dunia luar. Radio yang berkedudukan di Bukittinggi itu juga harus dibongkar dan dibawa bergerilya. Perangkatnya yang mencapai 750 kg digotong beramai-ramai oleh para pejuang informasi itu.
Saat perangkat radio ini berada di Balai Tangah Lintau, operatornya berhasil melakukan komunikasi dengan Radio VWX-2 di India untuk pertama kalinya pada 25 Januari 1949. Mulai saat itu, dunia internasional jadi tahu, kalau propaganda Belanda tidak benar. Buktinya: Indonesia masih ada!
Oleh Syafruddin Prawiranegara, melalui komunikasi Radio YBJ-6 dengan VWX-2, dikukuhkanlah AA Maramis yang pada waktu sedang berada di New Delhi menjadi Menteri Luar Negeri PDRI, sekaligus mengemban tugas untuk menyampaikan kondisi Indonesia di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Upacara peringatan HBN pernah dilaksaksanakan di Lubuak Jantan itu. Persisnya pada tapak rencana pembangunan Monumen Radio YBJ-6 di kampung yang kini dikenal sebagai Jorong Teratai dan Jorong Kenanga. Dahulu namanya Lareh Aia.
Zaman terus bergerak maju. Generasi tua dan saksi mata peranan negeri-negeri terlupakan itu di sepajang sejarah, sudah banyak yang berguguran. Cerita dari mulut ke mulut tentang patriotisme tumbuh subur dari pedalaman itu, mulai menghilang. Oleh karena itu, sudah pada tempatnyalah bila Pemkab Tanah Datar memiliki kebanggaan terhadap negeri-negeri perjuangan itu.
BACA PULA
Generasi mendatang harus diberi tahu fakta-fakta sejarah itu. Salah satu cara yang paling memungkinkan adalah secepatnya menuliskan bukti-bukti sejarah itu ke dalam dokumen-dokumen resmi dan ilmiah. Dinas Pendidikan dan Dinas Budparpora, dipandang sebagai instansi yang paling bertanggungjawab untuk urusan ini. Tidak cukup hanya dengan tugu-tugu kecil yang kurang terurus itu saja.(MUSRIADI MUSANIF, wartawan utama pada Harian Umum Singgalang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar