Tradisi-tradisi Unik Saat Lebaran - Potret Kita | Ini Beda

Post Top Ad

Post Top Ad

21 April 2023

Tradisi-tradisi Unik Saat Lebaran

JAKARTA, potretkita.net - Berlebaran di Hari Raya Idul Fitri tidak saja bermakna spritual, dan rangkaian perbibadatan, tetapi menelisik jauh ke relung tradisi. Ada banyak tradisi unik yang tumbuh, berkembang dan diwariskan turun-temurun.

infojpg
INFOPUBLIK.ID

Beberapa hal yang dinilai unik itu adalah tradisi membuat kue, membeli baju baru, pulang kampung, bersalam-salaman, kunjungi mengunjungi, dan bagi-bagi uang.


Satu tradisi unik yang menyita banyak uang dan mempercepat perputaran roda perekonomian adalah beli baju baru. Namanya baju lebaran. Belum diperoleh informasi akurat, sejak kapan umat Islam merayakan Idul Fitri dengan 'wajib' berbajubbaru itu. Tapi, hal ini sesungguhnya mirip juga dengan tradisi masyarakat Eropa yang ber-holy day.


Kalau kita mengutip informasi rri.co.id yang kemudian diterbitkan ulang tribratanews.polri.go.id, dapatlah diketahui, rupanya tradisi membeli pakaian atau baju baru, saat Lebaran ini merupakan kebiasaan yang dimulai pada awal abad ke-20. Tradisi baju Lebaran pada masa itu, sudah menghinggapi para pejabat dan rakyat jelata.


Dalam buku Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana Pembeda dan Diskriminasi, yang termuat dalam Outward Appearances, Kees van Dijk menuliskan, pejabat sekelas bupati berpenampilan dengan pakaian pribumi berupa kain ketat atau pantalon berenang emas bergaya Eropa.


Pada masa penjajahan Jepang, ulas artikel itu, kebiasaan membeli baju baru jelang Lebaran agak tersendat. Pada masa itu, rakyat jelata sebenarnya mempunyai cukup uang, tapi barang-barang menjadi sangat langka.


"Produksi terus digenjot untuk memenuhi keperluan militer Jepang, bahan pangan di pasar banyak menghilang. Rakyat digerakkan untuk kerja paksa, bahkan pakaian disita," jelas Thomas J. Lindblad dalam Krisis Ekonomi dalam Sejarah Indonesia Abad ke-20.


Menurut buku itu, etelah Indonesia merdeka keadaan perekonomian dan industri membaik. Tradisi beli baju Lebaran itu pun berlanjut hingga sekarang.


Setiap menjelang Idul Fitri, masyarakat Indonesia berbondong-bondong pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari baju baru. Tetapi di zaman sekarang, orang-orang tinggal checkout baju baru di marketplace secara online.


Secara tidak langsung, kebiasaan membeli baju saat Lebaran ini bisa dihubungkan dengan ajaran Islam. Namun, faktanya, Islam tidak meminta umatnya selalu memakai pakaian baru saat Idul Fitri. Islam menganjurkan setiap muslim untuk tampil terbaik pada hari raya. Hal ini bisa dilakukan dengan mengenakan pakaian yang bersih dan wangi serta dianjurkan pula untuk memotong rambut.


Tradisi ini sudah hidup sejak awal masa kejayaan Islam sekitar 1400 tahun lalu. Bisa jadi, dari sinilah kebiasaan membeli baju baru saat Lebaran terbentuk.


Simbolisnya, baju baru identik dengan kondisi bersih dan dalam keadaan baik. Hal itu, menunjukkan keceriaan, rasa senang, dan sopan ketika bertemu sanak saudara dan kolega.


SUMBAR

Masyarakat Sumatera Barat sangat kental dengan budaya Minangkabau. Tradisi uniknya dalam berlebaran, selain membeli baju baru adalah 'manjalang' alias berkunjung ke rumah sanak famili. Terkadang, dalam tradisi itu, terselip pula di lubuk hati mencari jodoh untuk putra putri mereka yang pulang dari rantau untuk berhari raya, terutama calon menantu yang berstatus sebagai karib kerabat juga.


Kuliner khas berlebaran juga menyita waktu dan uang, misalnya memasak rendang, lemang dan lontong. Tidak ketupat yang sebenarnya adalah tradisi yang masuk belakangan ke tatanan masyarakat.


Kalau mengutip informasi yang dilis pada laman nu.or.id, masih banyak lagi tradisi unik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat muslim di Indonesia, saat menyambut dan merayakan lebaran.


KETUPAT

Berlebaran di Indonesia kini sudah tak bisa lepas dari kehadiran ketupat. Hampir setiap rumah akan menyajikan kuliner khas ini di saat lebaran, lengkap dengan berbagai lauk pendamping yang tak kalah khas seperti opor, rendang, sambal goreng, dan lainnya.


SALAM TEMPEL

Hari Raya Idul Fitri di Indonesia tidak hanya identik dengan saling bermaaf-maafan, namun ada tradisi yang melekat yaitu salam tempel, yakni pemberian sejumlah uang oleh orang dewasa untuk anak-anak.


Menurut Dosen Ilmu Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (Unnes) Didi Purnomo, salam tempel untuk anak-anak tidak hanya sekadar tradisi, tetapi mengandung banyak makna.


"Ada tiga makna penting dari tradisi yang sudah berjalan lama tersebut. Makna pemberian salam tempel untuk anak-anak di antaranya agar mereka belajar mengelola uang dan menabung untuk masa depan. Salam tempel sebagai bentuk penghargaan atau hadiah dari orang tua kepada anak-anak mereka, yang telah mencoba menjalankan ibadah saat Ramadhan," ujarnya.


Dengan pemberian salam tempel, imbuhnya, diharapkan dapat membuat anak semakin termotivasi untuk melaksanakan ibadah serupa pada Ramadhan yang akan datang. Pemberian salam tempel diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak-anak terkait perbuatan berbagi kepada sesama atau zakat.


TAKBIRAN

Tradisi lainnya adalah membeli baju baru, sebagaimana telah dibahas di atas, dan yang tak kalah pentingnya adalah takbiran. Ada banyak tradisi takbiran menjelang lebaran di Indonesia.


Orang-orang akan berkeliling mengumandangkan takbir sembari menabuh beduk atau gendang dengan meriah. Pawai takbiran ini sendiri bisa berbeda-beda di setiap daerah, tergantung tradisi di daerah tersebut. 


Takbir pada malam hari raya memang disunahkan. Kesunahan ini ditujukan untuk semua orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan, mukim ataupun musafir, sedang berada di rumah, masjid, ataupun di pasar.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad