PADANG PANJANG, POTRETKITA.net – Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan bertambahnya usia, Persyarikatan Muhammadiyah berhadapan dengan berbagai kendala, baik secara internal maupun eksternal.
Dr. Bakhtiar, M.Ag |
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Imam
Bonjol Padang itu menyatakan, dirinya telah melakukan telaahan terhadap
permasalahan yang dihadapi Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun dalam
kapasitasnya selaku wakil ketua PWM, yang salah satu urusannya adalah pembinaan
cabang dan ranting Muhammadiyah di Ranah Minang.
‘’Ke depan, diperlukan anggota pimpinan yang sudah berproses
perkaderan atau pengalaman dalam berorganisasi Muhammadiyah, baik melalui organisasi
otonom, maupun lewat impinan daerah, cabang, serta majelis dan lembaga yang
kuat secara kolektif,’’ sebutnya.
Sejalan dengan itu, tegasnya,
diperlukan pula kepemimpinan dengan latar
belakang profesi dan pengalaman yang berbeda, terutama dalam hal keulamaan
tarjih, cendekiawan, mubaligh, praktisi pendidikan, praktisi hukum, politisi
dan birokrat, praktisi ekonomi, praktisi
kesehatan, penggiat cabang ranting, penggiat
kaderisasi, dan representatif Angkatan Muda.
Menurutnya, para pimpinan Muhammadiyah sepatutnya pula
adalah orang yang punya pandangan dan persepsi yang sama, dalam melihat keadaan
Muhammadiyah saat ini dan ke depan, memiliki hubungan emosional yang kuat,
memiliki soliditas dan solidaritas yang kuat antara pimpinan.
Jangan lupa, tuturnya, pimpinan itu harus memiliki komitmen
keikhlasan, waktu, dan daya gerak.
Jika diperlukan, masing-masing calon pimpinan menandatangani fakta integritas.
Bakhtiar menyebut, ke
depan gerakan sepatutnya lebih fokus pada konsolidasi dan menguatkan ke
dalam (internal), terutama aspek pendidikan, kaderisasi, ekonomi, kesehatan,
cabang dan ranting.
Semua itu, tegasnya,
harus dilakukan secara terprogram dan terintegrasi berbasis
pada penyelesain masalah, pembenahan, penguatan dan pengembangan persyarikatan,
baik dalam konteks keorganisasian maupun amal usaha, dengan mengacu pada produk
muktamar, musywil, musyda, musyca dan musyra.
Lebih jauh dari itu,
mantan ketua umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Provinsi Sumatera Barat
itu menegaskan, diperlukan adanya kemauan politis (political will) yang diiringi
dengan kebijakan dalam mensinergikan antar amal usaha, sehingga menjadi
berkembang dan maju bersama.
‘’Diperlukan juga penumbuhan dan penguatan ekonomi persyarikatan. Caranya
adalah dengan menggali dan
memproduktifkan semua potensi yang ada di internal persyarikatan, sehingga dapat
lebih mandiri dan menghindari ketergantungan lagi pada
pendonor,’’ tambahnya.
Bagi Bakhtiar, kaderisasi
dan penguatan ideologi dilakukan
melalui ortom, amal usaha, beserta
cabang ranting dengan masif dan tersistemik perlu dilakukan secara
bekesinambungan.
Kuat secara kolektif , ujarnya, haruslah dapat bekerjasama, dan tidak
hanya sama-sama bekerja.
Sebab, tegasnya, figur individu seperti Soetan Mansur, Saalah Yusuf Sutan Mangkuto, Buya Radhin Rahman, Buya Zainal Abidin Syuib (ZAS), Hamka, dan lain-lain, sesuai dengan zamannya, sekarang nyaris tidak ada lagi yang persis sama.(MUSRIADI
MUSANIF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar