Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.
(Dosen UIC Jakarta dan BPH STKIPM Bogor)
OPINI, POTRETKITA.net - Agama, ajaran, tuntunan dan pesan dari pencipta semesta kepada makhluk ciptaan-Nya, terutama manusia, yang disampaikan melalui utusan khusus-Nya Rasul dan Nabi.
Ajaran dan tuntunan itu senantiasa disampaikan sesuai dengan zaman dan lokus tertentu, kecuali, Nabi Muhammad SAW yang menjadi khatamul anbiyai wal mursalim dan tidak dibatasi pada lokus, tetapi universal dan global, untuk seluruh alam ciptaan Allah SWT.
Ajaran agama mencakup di dalamnya; pertama, theology, tuntunan kepada hamba tentang Tuhan, Allah SWT terkait dengan eksistensi-Nya sebagai yang maha atas segalanya, keuniqan dan ketidaksamaannya dengan makhluk ciptaan-Nya.
Ia tidak bermula dan tidak berkahir, tidak terstandar dan tidak terbatas, kekuasaannya meliputi segenap yang ada, yang terlihat dan yang tidak terlihat. Tuhan tempat bergantung semua makhluk yang tercipta, Tuhan mengatur sistem kehidupan makhluk ciptaan-Nya, ia yang mengadakan, Ia yang mengakhiri, sehingga pada akhirnya, semua yang ia ciptakan, Ia kumpulkan kembali dan diminta pertanggungjawabannya, atas perlakuan dan kelakuan semua ciptaan-Nya.
Kedua, ritual, peribadatan yang sudah memiliki standar baku, tuntunan yang ajeg dari Tuhan dan dicontohkan oleh Nabi dan Rasul-Nya. Ritual menghubungkan secara khusus antara diri hamba dengan penciptanya. Hamba dapat berkomunikasi dan berinteraksi serta meminta sesuai dengan keinginan seorang hamba.
Dalam Islam dapat dilakukan berupa shalat, puasa, berzakat, bersedekah dan berhaji ke Baitullah Makkah al-Mukarramah. Dalam agama lain juga memiliki sistem ritual sesuai dengan konsepsi dan ajaran pada masing-masing agama, hakekatnya sama mendekatkan diri kepada Tuhan, Namun konsepsi dan model Tuhan antar agama berbeda-beda.
Theology dan ritual masing-masing agama dalam betuk religiusitas, melaksanakan doktrin dan ritual agama sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan, dipandukan dan dicontohkan oleh Nabi dan Rasul, sehingga menjadi bagian yang membekas pada diri yang disebut dengan spiritualisasi.
Seorang yang memiliki spiritualisasi akan merasakan dan berusaha mengamalkan ajaran agama yang ia anut dalam kehidupan nyata, sebagai wujud tanggungjawabnya terhadap pengamalan agama. Seorang muslim yang memiliki spiritualisasi, berusaha mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan secara totalitas.
Spiritualitas bukan hanya pada waktu melakukan ritualitas di masjid, gereja, vihara dan di tempat-tempat yang dijadikan sakralisasi. Orang yang memiliki spiritualitas tinggi, mengamalkan agamanya dalam kehidupan, dalam wujud ketaqwaan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Selain theology dan ritualitas, Islam mengajarkan tuntunan kehidupan yang komprehensif, menuntun sikap dan perilaku personal dalam berhubungan dengan Allah SWT, bersikap terhadap Nabi dan Rasul, bersikap dan berperilaku dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia yang seiman dan manusia yang berbeda iman, sikap dan perilaku manusia terhadap makhluk ciptaan Tuhan; hewan, tumbuh-tumbuhan dan lingkungan sebagai tempat manusia melangsungkan kehidupan.
Sikap dan perilaku tersebut terjelma dalam kehalusan kepribadian seorang manusia, tergambar dalam pesona karakter diri seorang anak manusia, yang menghasilkan kehalusan rasa, kehalusan budi pekerti, keelokan perbuatan, dan keanggunan penampilan, yang tidak memiliki sedikit penolakanpun pada manusia lain yang berhadapan dan berpapasan, inilah wujud dari sebuah adab manusia.
Adab lahir dari pembiasaan yang dilakukan oleh manusia dalam menjalankan kehidupan, sikap dan perilaku keseharian manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara psikologis, biologis, sosiologis dan antropologis.
Manusia beradab, memenuhi kebutuhan biologisnya dengan berstandar pada aturan, norma dan etika yang berlaku secara universal dan lokal. Ia mengambil benda-benda yang menjadi haknya, terlarang untuk mengambil di luar hak.
Tidak melakukan manipulasi, berkolusi, korupsi, apalagi melakukan perbuatan tercela dengan berjudi, membandari judi, membela judi untuk mengumpulkan pundi-pundi dari judi untuk berkompetisi.
Orang beradab melakukan perbuatan yang dituntun oleh agama, norma dan nilai universal, tidak melakukan perbuatan tercela, berhubungan badan di luar ketentuan; berzina, pornografi, pornoaksi dan LGBT.
Orang beradab tidak melakukan perbuatan yang membuat orang lain resah dan gelisah, membuat keributan dalam konten, melakukan provokasi, melakukan penghujatan, melakukan penistaan, bersuara keras yang memekakkan telinga dan melakukan hal-hal yang membuat kegaduhan.
Adab variable yang lahir boleh jadi dari pengamalan agama yang sangat kuat dan menjiwai, sehingga tercermin menjadi indah dalam penglihatan, harmoni dalam pendengaran dan anggun dalam penampilan.
Adab juga dapat dihasilkan dari adat yang terlahir dari kecerdasan komunitas dalam lingkungan dan daerah tertentu, sehingga menghasilkan pranata sosial yang mengikat dan menuntun masyarakat dalam kehidupan yang penuh dengan kerahmatan, keharmonisan, kebersahajaan.
Kita tidak dapat menentukan apakah adab terlahir dari adat atau adab menghasilkan adat istiadat. Tentu tergantung penglihatan kita terhadap fenomena dan kemampuan menangkap fakta dan data yang sudah menjadi realita dalam kehidupan tertentu di tengah masyarakat.
Namun yang jelas menjadi kerisauan kita, terjadi gap yang sangat dalam antara religiusitas dan spiritualitas seseorang dengan adab. Banyak orang yang memperlihatkan ketinggian religiusitas dan spiritualitas, tetapi dalam moralitas dan etika publik dalam bentuk adab, tidak dirasakan.
Khusu’ dalam ibadah pada rumah peribadatan, tetapi dalam melaksanakan tugas kenegaraan dan tugas organisasi, tugas koorporasi tidak jujur, tidak amanah, berusaha memperkaya diri, memperkuat dinasti, memperkuat golongan, memperkuat geng, konco, pertemanan, bahkan premanisme.
Padahal pimpinan merupakan amanah, tugas yang diberikan oleh masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat, tanpa memandang; golongan, etnis, suku, dan agama seseorang, semua adalah anak bangsa yang wajib ditingkatkan kesejahteraannya.***

Tidak ada komentar:
Posting Komentar