JAKARTA, POTRETKITA.net - Curah hujan yang tinggi bisa berdampak bencana. Selain banjir dan longsor, juga mendatangkan musibah lainnya yang menyebabkan para korbannya cedera atau meninggal dunia.
Kasus terakhir yang membuat duka adalah jebolnya pagar sekolah akiba terjangan air, lalu menimpa para siswa. Tiga di antaranya meninggal dunia.
"Sekolah yang dianggap tempat ramah untuk anak, ternyata bisa menyebabkan meninggal, diantaranya rubuh bangunan, banjir, longsor, kekerasan guru, dan karena menunggu angkot di sekolah. Namun sekarang ancaman anak berada di sekolah bertambah dengan datangnya musim hujan," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Dr. Jasra Putra, M.Pd.
Menurut Jasra, dengan masuknya musim hujan, kiata mengingatkan kembali para petugas yang dimandatkan negara untuk mengaktifkan mitigasi bencana alam, jalur evakuasi, sosialisasi di lingkungan masing masing. Peta wilayah bencana harus diaktifkan kembali, terutama fasilitas publik yang berada di daerah rawan longsor, banjir, pergerakan tanah yang aktif perlu di sosialisasikan lagi kepada masyarakat.
Ditegaskan, jalur evakuasi kembali perlu diaktifkan, dicek, apakah masih layak, apakah jalur dan petunjuk dapat dipahami jelas, apakah peringatan dini sudah aktif. Penting ada yang kembali mengambil tanggung jawab, mengingatkan masyarakat, sehingga peristiwa seperti di MTs Negeri 19 Pondok Labu Jakarta Selatan jangan sampai terulang. Dengan memantau, misal ketinggian air kali.
"Tentu saja dampak banjir dan enam korban, membawa trauma para siswa, yang sebelumnya kita tahu di rekaman video berita media, anak-anak sebelumnya sedang menikmati bermain air hujan di balik tembok yang terpampang nama besar sekolah, lalu banjir datang tiba-tiba," ujarnya.
Namun, katanya, mendadak kegembiraan itu berubah seketika saat banjir menerjang tembok dan roboh, menimpa 6 korban, yang mengakibatkan 3 orang meninggal. Dari rekaman saat evakuasi siswa yang beredar di sosal media, tuturnya, nampak kepanikan dan tangisan para siswa.
Jasra menyebut, tingkatan traumanya tentu berbeda-beda. Tapi hal yang perlu ada pemulihan bersama atas peristiwa, apalagi musim hujan baru datang. Yang selalu akan membawa kekhawatiran anak anak di sekolah, akibat peristiwa tersebut.
Tokoh muda itu berpendapat, trauma seringkali berdampak mendalam, ketika peristiwa melekat diingatan anak, apalagi melihat langsung. Mereka seringkali terbawa pada emosi yang tidak stabil. Sehingga perlu menyampaikan apa yang mereka rasakan, sekolah bisa menyiapkan ahli kejiwaan.
Kemudian bila situasi mulai normal, ajak para siswa bersama sama keluarga korban untuk saling berbagi dan menguatkan, dengan doa bersama di sekolah, di pemakaman dan mengingatkan hal hal terbaik dari pengalaman bersama korban. Jadikan peristiwa ini sebagai pengingat perjuangan bersama yang tidak boleh terlupakan dalam semangat kebangkitan bersama di sekolah.
"KPAI juga menghaturkan duka sedalam-dalamnya atas 3 siswa MTs yang meninggal. Semoga keluarga yang ditinggalkan kuat, tabah dan sabar. Kita berharap musim hujan yang datang kembali ini, mengingatkan kita semua kondisi rumah, fasilitas publik, termasuk dinas pendidikan daerah agar mengingatkan semua sekolah untuk kembali cek fasilitas yang ada, dan menyiapkan mitigasi dan jalur evakuasi ketika terjadi bencana," katanya.
RENOVASI SEGERA
Sementara itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memastikan, pihaknya akan segera merenovasi gedung Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 Jakarta Selatan. Hal ini ditegaskan Menag usai meninjau gedung MTsN 19 Jakarta usai diterjang banjir. Menurut Menag, proses renovasi itu harus segera dilakukan dan tidak boleh ditunda.
"Hari ini akan kita mulai prosesnya. Tidak boleh lagi ditunda. Agar anak-anak segera belajar," kata Menag di Pondok Labu, Jakarta Selatan, Jumat (7/10/2022).
Ikut mendampingi, Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Muhammad Zain, Kepala MTsN 19 Jakarta Chawah, serta Lurah Pondok Labu. Hadir juga, Staf Khusus Menag Wibowo Prasetyo, Abdul Rochman, Ishfah Abidal Aziz, dan Tenaga Ahli Menag Hasan Sagala.
Hujan deras turun di kawasan Pondok Labu pada 6 Oktober 2022. Hujan yang berlangsung 20 menitan itu menyebabkan gedung MTsN 19 Jakarta Selatan teredam banjir. Bahkan, ada tembok pembatas yang jebol dan roboh hingga menimbulkan tiga korban jiwa dan dua siswa dirawat di rumah sakit.
Menag melihat banjir yang melanda MTsN 19 Jakarta Selatan tidak terjadi begitu saja. Ada faktor teknis yang menyebabkan musibah ini terjadi. "Misalnya posisi madrasah yang berada di cekungan. Sehingga ketika ada air besar, tempat ini menjadi tujuan air. Karena di bawah, maka tembok ini roboh karena tidak bisa menahan laju arus air," ungkap Menag, sebagaimana dirilis kemenag.go.id.
"Saya sudah minta jajaran Kemenag untuk ambil tindakan. Ini memerlukan arsitek khusus untuk membangun kembali gedung madrasah yang berada di lokasi seperti ini. Dan mudah-mudahan dalam waktu dekat kira kerjakan," sebutnya.(*/mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar