TANAH DATAR, potretkita.net - Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang Aidil Ichlas menyebut, Pemilihan umum (pemilu) 2024 akan berlangsung sengit, baik Pemilu Legilatif (Pileg) maupun Pemilu Presiden (Pilpres).
"Mungkin di Pemilu 2024 akan ada dua kubu (pasangan calon pesiden) lagi, atau bisa tiga, yang membuat penyebaran berita hoaks akan semakin masif. Oleh karena itu menurut saya, tantangan jurnalis pada Pemilu 2024 akan lebih besar lagi," ungkapnya.
Aidil mengatakan hal itu, pada Pelatihan Jurnalistik untuk Informasi Pemilu 2024 yang Sehat, Berimbang, dan Inklusif, kerjasama Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem), AJI Padang, danAsosiasi Media Siber (AMSI) Sumatera Barat.
BACA JUGA : Media Punya Peran Strategis dalam Pengawasan Pemilu
Kegiatan pelatihan itu dilaksanakan selama tiga hari, 15-17 November 2022, Kabupaten Tanah Datar, diikuti 15 jurnalis yang berasal dari 15 media berbagai platform di Sumatera Barat, pelatihan tersebut terdiri atas tujuh sesi materi.
Menurutnya, dengan adanya pelatihan itu diharap jurnalis yang menjadi peserta bisa menerapkannya dalam liputan setiap tahapan Pemilu 2024.
"Bicara isu Pemilu tidak hanya soal siapa calon yang bakal maju, tetapi bisa juga perihal suara kaum marjinal yang hak-haknya tidak diakomodir dalam penyelenggaraan pesta demokrasi," terang Aidil.
Perhelatan pesta demokrasi pada 2024 ini, ujarnya akan menjadi pertarungan yang sangat besar. Jurnalis pada tahun itu, kata Aidil, tidak hanya bertarung dalam memperoleh berita, tetapi juga menghadapi misinformasi dan hoaks yang mudah meluas.
"Jika berkaca pada Pemilu 2019, banyak hoaks atau berita bohong yang bertebaran. Bahkan ada yang sampai terpecah belah pasca Pemilu tersebut," ujarnya.
Selain itu, tantangan dari jurnalis ialah melawan intervensi dari pemilik media yang terlibat dalam pertarungan politik.
Berdasarkan catatan AJI, pada 2014 ada tiga media yang diintervensi habis-habisan oleh pemiliknya, sehingga berdampak kepada pemberitaannya.
Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Nur Agustyati menyebut, selama ini dalam proses pemilu di Indonesia hanya bicara soal calon yang akan bertarung. Padahal, proses tahapan Pemilu yang sedang berjalan juga perlu untuk diketahui oleh masyarakat.
Setiap tahapan Pemilu itu krusial untuk disampaikan kepada publik, misalnya tahap verifikasi partai politik yang sedang berjalan.
"Selama ini kan kita bicara Pemilu di media lebih banyak soal kompetisinya, siapa calonnya. Padahal publik perlu tahu detail setiap tahapan," jelasnya.
Nisa mencontohkan, seperti sekarang verifikasi faktual, publik perlu tahu apakah partai itu betul-betul menyerahkan data nama anggotanya dengan benar. "Termasuk juga mendapatkan detail informasi kalau ada partai politik menyatakan tidak memenuhi syarat oleh KPU, itu kurangnya dimana, jumlahnya berapa. Menurut saya publik perlu tahu itu, ini data publik harus tahu," terangnya.
Nisa berharap, media tidak hanya memberitakan tentang pemilu saja, tetapi sampai ke tahap proses. "Kami berharap teman-teman jurnalis bisa menggali isu krusial di setiap tahapan Pemilu," tuturnya.
Untuk menciptakan proses pemilu yang benar, jurnalis memang sepatutnya dapat memberitakan secara komprehensif, supaya publik mendapatkan berita yang valid. Jadi tidak ada ruang berita bohong atau hoaks serta diskomunikasi.(musriadi musanif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar