Dua Sasaran Belajar Jurnalistik bagi Warga Madrasah - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

19 Januari 2023

Dua Sasaran Belajar Jurnalistik bagi Warga Madrasah

Oleh Gusmizar, S. Ag

Pranata Humas Ahli Muda Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pasaman Barat


OPINI, potretkita.net - Paling  tidak, dua objek sasaran yang dituju dari pembelajaran atau pelatihan jurnalistik bagi warga lembaga pendidikan di sekolah atau madrasah yang bersangkutan. Kedua sasaran itu adalah siswa atau peserta didik dan guru, sekaligus sebagai pendamping atau pembimbing siswa, sebagai peserta dan mengikuti proses pembelajaran (pelatihan) jurnalistik di lembaga pendidikan yang bersangkutan.


Pada pengelolaan, pengolahan sekaligus pemanfaatan produksi media sekolah, seperti keberadaan Majalah Dinding, Pojok Literasi, dan Pusat (Media) Baca warga madrasah adalah, Pertama, Siswa atau pelajar. Kedua, guru atau pendamping siswa. Sebelum membahas strategi pendampingan terhadap siswa ada dua pra kondisi yang perlu dipenuhi. 


Pertama, perlunya penyelenggaraan pelatihan untuk pelatih sebagai pendamping kegiatan jurnalistik dan produksimedia di Sekolah. Pelatihan jurnalistik diadakan secara massif dan sistematis serta bersifat periodik sehingga akan menghasilkan banyak trainer sekaligus penggerak jurnalisme sekolah.


Pelatih sebagai penggerak ini diharapkan menguasai pengetahuan jurnalistik secara teoritis dan praktis, diharapkan juga menjalin kerja sama dengan media-media lokal dan nasional untuk dijadikan partner dalam mendukung kegiatan jurnalistik di sekolah.


Dalam pelatihan ini, guruatau pendamping dibekali dengan skill atau kemampuan memproduksi media mulai dari yang paling sederhana (bulletin, brosur, mading, majalah). Setelah itu, para alumni pelatihan inikemudian membina atau melatih siswa, person, dan disebut pelatihan anggota jurnalistik yangmuatannya 80 persen harus praktik produksi media.


Kedua, di dalam pendampingan, media sekolah perlu diketahui mengenai stake holder sekolah yang terlibat, misalnya kepala sekolah, guru bahasa, Pembina jurnalistik, dan Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) atau OSIS untuk lembaga pendidikan umum, khususnya tingkat SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Pasaman Barat.


Pihak-pihak ini, harusnya mengadakan pertemuan untuk berbagi peran, dan tentunya ada diolah atau dikelola proporsional dan profesional, jika jenjang SD/MI/SMP sederajat mungkin intervensi guru pendamping jurnalistik masih dominan sampai 60 persen. Sedangkan di level SMK/SMA atau MA (Madrasah Aliyah), bisa sebaliknya guru hanya 30 sampai 40 persen.


Sedangkan secara singkat (harapannya dikembangkan oleh guru dan pendamping disetiap level sekolah karena mempunyai kondisi yang berbeda-beda). Jadi secara prinsipil dapatdilakukan beberapa cara. Pertama, sekolah menunjuk guru (setelah dilatih) sebagai pendampingkegiatan produksi media di sekolah baik cetak atau elektronik (weblog, website). Kegiatan jurnalistik, menjadi semangat bersama antara guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik, keduanya adalah warga belajar yang perlu kerjasama. 


Kedua, sekolah menunjuk tim atauorang yang menjadi guru ekstrakurikuler di sekolah atau madrasah, dan konsentrasi khusus membuat media sekolah. Dalam hal ini, OSIM atau OSIS, misalnya tingkat nagari, kecamatan dan di tingkat kabupaten, dapat mendampingi kelas juga kelompok di sekolah atau madrasahnya. 


Untuk memicu minat menulis dalam jurnalisti sesekali sekolah mengadakan kompetisimenulis, reportase, dan bisa dilakukan dengan berkelompok/tim.Yang sangat perlu ditekankan adalah, kesinambungan dalam pendampingan,menyiapkan sumber daya, jaringan (misalnya dalam percetakan) dan juga mengetahui struktur  pembiayaan sebuah penerbitan dan kelihaian mencari sponsor.


Anak-anak bisa diajak membuat proposal, menggali dana, ke sponsor sehingga benar-benar terlibat secara penuh apa, mengapa,dan bagaimana sebuah jurnalistik dan media sekolah di kelola dan dipertahankan sebagai bagian dari pembelajaran yang sangat penting. 


Keterampilan menulis merupakan suatu hal yang penting bagi setiap orang, termasuk para siswa. Ada beberapa alasan mengapa keterampilan menulis perlu diajarkan kepada siswa.  


Dalam dunia pendidikan sekolah formal, menulis adalah keterampilan yang termasuk ke dalam aspek psikomotorik. Setiap siswa di sekolah harus memiliki keterampilan menulis sebagai implementasi ilmu pengetahuan.


Bagi siswa dan guru di sekolah, menulis adalah keterampilan yang berkaitan dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam Kurikulum 2013 lalu, pada orientasi pelajaran bahasa Indonesia selalu berdasarkan teks. Para siswa diarahkan untuk menganalisa jenis-jenis teks kemudian menulis teks sebagai standar kesuksesan pelajaran tersebut. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad