PEKANBARU, potretkita.net - Indonesia memiliki 32 bandar udara (Bandara) internasional. Pemerintah berencana memperkecil jumlah bandara rute internasional menjadi hanya 14-15 bandara sebagai pintu masuk penerbangan internasional.
Pemangkasan bandara internasional dengan alasan untuk meningkatkan pariwisata dalam negeri, sehingga masyarakat memilih berlibur di dalam negeri.
Lantas, apa jadinya jika Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru tak lagi melayani rute penerbangan internasional?
"Jika Bandara SSK II Pekanbaru tidak lagi melayani penerbangan internasional, maka akan merugikan dari segi investasi dan pariwisata di Riau," kata Gubernur Riau Syamsuar.
Kalau dua sektor itu tergantung, ujarnya, tentu pertumbuhan ekonomi di Riau juga pasti akan terganggu. Makanya kita berharap, sebut gubernur, Menteri Perhubungan dapat menjadi Bandara SSK II Pekanbaru sebagai penerbangan internasional.
Gubernur Riau juga sudah bersurat kepada Menhub terkait hal itu, dengan harapan mendapat respon positif. Apalagi, tegasnya, Riau merupakan provinsi dengan PDRB terbesar ke-6 di Indonesia atau PDRB terbesar kedua di luar Pulau Jawa.
Kemudian realisasi investasi Provinsi Riau terbesar ke-5 di Indonesia atau realisasi investasi terbesar di Pulau Sumatera. "Masa iya provinsi dengan PDRB terbesar ke-6 di Indonesia dan realisasi investasi tinggi tidak memiliki bandara internasional," ujarnya.
Dari sisi pariwisata, menurut Kepala Dinas Pariwisata Riau Roni Rakhmat, jika Bandara SSK II Pekanbaru tak layani penerbangan internasional, maka akan berdampak dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara masuk ke Riau.
"Kalau Bandara SSK ditutup melayani penerbangan internasional tentu dampaknya akan terjadi pengurangan jumlah wisatawan mancanegara, khususnya dari negara tetangga Malaysia," katanya, Kamis (23/2/2023), sebagaimana dirilis Media Center Riau pada laman resmi riau.go.id.
Dampak dari tutupnya penerbangan internasional akan berpengaruh terhadap pendapatan berkurang bagi pelaku usaha pariwisata. "Termasuk tingkat hunian hotel juga akan berkurang. Karena estimasi perputaran uang yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2022 berkisar Rp8,8 triliun dengan tingkat hunian kamar hotel 41,6 persen per hari. Kalau penerbangan internasional ditutup, tentuj pendapatan pelaku usaha pariwisata berkurang," tukasnya.(riau.go.id; ed. mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar