Pemuliaan Lingkungan untuk Kehidupan yang Bermartabat - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

12 Februari 2023

Pemuliaan Lingkungan untuk Kehidupan yang Bermartabat

Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.

(Sekretaris Lembaga Lingkungan Hidup MUI Pusat)


OPINI, potretkita.net - Eugene P. Odum menyebutkan, lingkungan hidup adalah ekosistem, yang berasal dari kata oicos yang berarti rumah, tempat tinggal.


Tempat yang dijadikan wahana keberlangsungan kehidupan semua jenis makhluk, baik biotic maupun abiotic, semua menjalin interaksi dan interrelasi satu dengan yang lain, terikat dan saling membutuhkan.


Eldon D. Enger menyebut lingkungan kondisi sekitar yang mempengaruhi suatu organisme, suasana lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang menempatinya.


Dengan demikian maka lingkungan membutuhkan kajian, sehingga Eldon menyusun sebuah buku yang bernama Environmental Science A Study of Interrelationships, mengupas keterkaitan lingkungan dengan tumbuhan, kimiawi, pembangunan pyisik, ekonomi, sosiologi, biologi, hukum, teknologi, politik, etika, filsafat, computer, dan teknologi pertanian.


Semua hal tersebut bersentuhan langsung dengan lingkungan. Wajah lingkungan terlihat dari arasment permainan beberapa variable yang dikembangkan di atas. 


Soerjani dalam kajian akademiknya membagi lingkungan tersebut menjadi tiga, pertama, lingkungan alami, hutan tropis, hutan belukar, padang sabana, yang belum tersentuh oleh tangan manusia, dimana ekosistem berjalan alamiah, belum ada gangguan.


Kedua, lingkungan buatan, wahana yang diciptakan manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan memelihara beberapa makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Ketiga, lingkungan sosial, kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia dan dengan makhluk hidup lainnya, boleh jadi di lingkungan buatan, boleh juga mendekat ke lingkungan alamiah. 


Lingkungan yang jelas adalah alam yang diciptakan Tuhan untuk makhluk-Nya agar dapat melangsungan kehidupan sesuai dengan Sunnah-Nya, tata aturan yang telah diciptakan Tuhan dengan sangat rapi dan sistematis.


Makhluk yang durhaka terhadap yang sudah digariskan oleh Tuhan, akan mengalami permasalahan tersendiri dalam melangsungan kehidupan. Makhluk yang patuh dan thaat terhadap yang sudah digariskan oleh Tuhan akan senantiasa bahagia, sejahtera, aman sentosa dalam menjalankan kehidupan.


Makhluk yang diciptakan Tuhan senantiasa bertasbih, memuji Tuhan, takut untuk berbuat khilaf dan melanggar aturan yang sudah digariskan oleh Tuhan. 


Makhluk yang memiliki keinginan, ambisi kuat, kepentingan besar, dan mempunyai kekuatan, berusaha untuk menguasai semua yang ada di sekitar.


Penguasaan tersebut dalam rangka memenuhi keinginan, ambisi, kepentingan diri, dan kelangsungan kehidupan. Manusia tidak segan-segan merambah hutan untuk kepentingan terhadap kayu dan lahan bekas kayu tersebut. Kayu diolah menjadi berbagai jenis produk, kertas, bahan bangunan, perabotan rumah tangga.


Demikian juga lahan, manusia berusaha untuk merambah lahan untuk kepentingan perkebunan, pertambangan, perumahan, pariwisata dan berbagai hal. 


Kepentingan manusia terhadap lingkungan, membuat manusia mengharuskan merusak ekosistem. Tetapi dalam permasalahan ini, karena manusia diberikan amanah oleh Tuhan menjadi wakil-Nya, untuk menata, mendayagunakan, dan menyelenggarakan alam yang diciptakan-Nya ini dengan tertib, maka manusia menghitung kadar dampak dari perbuatan yang ia lakukan terhadap alam, sehingga hitungan tersebut dibuat dalam bentuk Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).


Manusia menghitung dampak sesuatu yang ia kerjakan di lingkungan, dalam berbagai perspektif, mulai dari eksosistem di tempat yang ia garap, dampak sosial, dampak psikologis, dampak ekonomi, dampak politik, dampak hukum dan dampak teknologi, semua diperhitungan, dan dilakukan kegiatan untuk meminimalisasi dampak perbuatan terhadap ekosistem. 


Tetapi sebagian manusia karena degradasi ethic, moral, religion, karena besarnya tuntutan kepentingan, ambisi, dan keserakahan, sehingga menusia berlaku semena-mena dengan lingkungan; perambahan hutan yang nyaris tidak terkontrol dalam bentuk illegal logging, pembukaan lahan perkebunan dan perumahan yang tidak terkoordinasi dengan baik, penambangan liar yang tidak mengenal kata-kata amdal, penambangan pasir yang tidak menghiraukan abrasi, penangkapan satwa yang tidak tahu dengan biodiversity, pengeboman laut yang tidak peduli dengan terumbu karang, penangkapan ikan dengan trawl tanpa rasa bersalah.


Semua ini dilakukan oleh manusia yang tuna moral, tuna ethic, tuna akhlak dan tuna literasi, tetapi dikuasai oleh ambisi dan serakah.    


Kemuliaan manusia dimata Tuhan, tergantung dari konsistensinya memuliakan lingkungan; pertama, mendudukkan secara proporsional paradigm lingkungan, bahwa lingkungan adalah ciptaan Tuhan yang harus dijaga keberlangsungannya (sustainable), dijaga keseimbangannya (equilibrium), sehingga terjadi harmonisasi dan keabadian sampai pada masa yang dijanjikan Tuhan.


Kedua, berperan aktif untuk mengembangkan regulasi untuk terciptanya harmonisasi lingkungan dari eksploitasi manusia yang rakus, tamak, nakal, tuna moral, tuna ethic, tuna literasi, dan tuna kepedulian. Ketiga, kesiapsiagaan (preparedness) untuk senantiasa berjuang menciptakan keseimbangan ekosistem dan melakukan peneguran terhadap pihak yang berusaha mengedepankan ambisi dan keserakahan dalam memperlakukan lingkungan. 


Pemuliaan yang dilakukan manusia dalam rangka menciptakan kehidupan yang bermartabat. Manusia benar-benar menjalakan peran yang sudah diberikan Tuhan untuk menjaga keberlangsungan dan keseimbangan alam. Manusia mulia disisi Tuhan atas sikap dan perilakunya memuliakan lingkungan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad