Sejak Kapan Muhammad Darwis Gunakan Nama Ahmad Dahlan? - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

18 Maret 2023

Sejak Kapan Muhammad Darwis Gunakan Nama Ahmad Dahlan?

YOGYAKARTA, potretkita.net - Sewaktu kecil namanya Ahmad Darwis. Begitu diceritakan guru Kemuhammadiyahan pada salah satu MTs Muhammadiyah. Tapi kemudian beliau lebih populer dengan sebutan Kiyai Haji Ahmad Dahlan, atau ditulis dengan KHA. Dahlan.

MUHAMMADIYAH.OR.ID

Lantas, sejak kapan terjadi pergantian nama pendiri Muhammadiyah itu? Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Ahmad Najib Burhani mengungkap sejarah perubahan nama itu, pada suatu diskusi Mengenang Seabad KH. Ahmad Dahlan.


Najib yang merupakan aktivis Muhammadiyah dan Anggota Majelis Pustaka Informasi (MPI) PP Muhammadiyah periode 2015-2022 ini menuturkan, nama Ahmad Dahlan diberikan oleh Sayyid Bakri Syatha ketika Muhammad Darwis berangkat haji, dan menuntut ilmu di Mekkah pada 1880-an.


“Nama Ahmad Dahlan itu diberikan oleh Sayyid Bakri Syatha, salah satu Mufti yang ada di Mekah. Jadi nama Ahmad Dahlan itu, sebetulnya adalah nama seorang Mufti paling terkenal di Mekah sana, nama lengkapnya Ahmad Zaini Dahlan,” ucapnya, sebagaimana dirilis laman resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah; muhammadiyah.or.id, yang diakses dan dikutip, Sabtu (18/3) sore.


Ahmad Zaini Dahlan, jelaskanya, adalah Mufti Mekah yang paling disegani. Beliau memangku urusan keagamaan sejak 1870 sampai meninggal. Ahmad Zaini Dahlan juga penganut Mazhab Syafi’i, sebagai mazhab mayoritas di Indonesia dan beberapa negara lain.


Bagi muslim di kawasan Indonesia atau Nusantara, ujarnya, pada masa itu sebagai sosok yang sangat terkenal. Bahkan bagi Masyarakat Jawa, Ahmad Zaini Dahlan merupakan sosok yang sangat populer, fatwa-fatwanya juga diikuti dan menjadi pedoman oleh masyarakat Jawa waktu itu.


“Kumpulan fatwanya kemudian menjadi referensi itu di Kitab Muhimmat Nafais fi Bayan As’ilat Al Hadith, yang kemudian banyak waktu itu diterjemahkan ke Bahasa Melayu, dan memang banyak ditujukan untuk orang-orang Jawa,” terangnya.


Terkait dengan pemilihan nama Ahmad Dahlan untuk Muhammad Darwis, Prof. Najib Burhani menuturkan, Sayyid Bakri Syatha melihat banyak kemiripan sifat-sifat antara Muhammad Darwis dengan Ahmad Zaini Dahlan.


Kemudian, ungkapnya, dia (Sayyid Syatha) merasa bahwa Muhammad Darwis ini akan menjadi sosok yang bisa jadi lebih, atau mirip dengan Ahmad Zaini Dahlan di dalam hal keagamaan, di dalam hal penguasaan ilmu-ilmu keagamaan.


Dia berharap, fakta sejarah ini bisa menjadi pengetahuan umum, bukan hanya bagi warga internal Muhammadiyah, tetapi juga seluruh kalangan, agar semangat dan sejarah penamaan KHA. Dahlan tidak menguap ke permukaan.


KHA. Dahlan meninggal pada 23 Februari 1923. Pada 2023 ini genap 100 tahun kepergiannya. Meski demikian, nama dan amalnya selalu hidup membersamai kehidupan umat, bangsa dan kemanusiaan semesta.


Jasadnya memang sudah berpisah dengan generasi setelahnya dan generasi Muhammadiyah saat ini, tetapi pikiran majunya selalu melekat dan masih diperlukan kajian untuk menggalinya lebih dalam lagi. Oleh karena itu, kepada pimpinan, kader dan warga Muhammadiyah penting untuk meneladani kehidupan beliau.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad