Tahun Baru - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

02 Januari 2022

Tahun Baru

Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.

Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta 


DETIK, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, demikian perjalanan waktu yang tengah dilalui oleh manusia dalam kehidupan dunia.



Standar waktu dapat digunakan berbasis dari perputaran bumi pada porosnya selama dua puluh empat jam pada siang dan malam. Perputaran bumi dalam garis edarnya (orbit) menghasilkan tahun. Dalam rentangan tahun bumi berbarengan dengan rotasi dan revolusi bulan dalam rentangan 29,5 hari sehingga dikenal dengan durasi waktu satu bulan.


Hal ini difirmankan Allah SWT: ''Dialah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.'' (QS. Yunus (10); 5-6)


Sinar Matahari terhadap bumi mengalami rentangan waktu dua puluh empat jam di bagi dalam lima waktu, Subuh, Dzhuhur, Ashar, Magrib dan Isya. Durasi tahunan dibagi dalam dua belas bulan, Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syakban, Ramadhan, Syawal, Zulkhaidah, Zulhijjah.


Hari dan bulan dijadikan sebagai waktu pelaksanaan Ibadah kepada Allah SWT berupa shalat, puasa, dan haji. Dua puluh empat jam dijadikan lima kali pelaksanaan Shalat. Pada bulan juga ada waktu bulan puasa yakni Ramadhan, haji pada bulan Zulhijjah.   


Sistem kalender dibuat manusia sesuai dengan peradaban masing-masing. Bangsa Arab menghitung hari dalam basis bulan maka disebut dengan komariah. Bangsa Romawi menghitung waktu berbasis matahari semenjak dari Abad pertama Masehi oleh Kaesar Julius dan Augustus disempurnakan oleh Gregorius yang dikenal dengan Gregorian Kalender. Inilah yang selalu diperingati dengan Tahun Baru. Bangsa lain yang membuat kalender lebih tua dari Gregorius  adalah bangsa Tiongkok yang dikenal dengan Imlek. Ada juga kalender Jawa yang telah disesuaikan dengan kalender Hijriyah. 


Allah dalam mendidik manusia terutama orang-orang beriman banyak bersumpah dengan menggunakan waktu, wal ashary (demi waktu), wad dhuha (demi waktu duha), al-Layli (waktu malam). Waktu sangat esensial dalam kehidupan manusia. Kesuksessan dan kegagalan seseorang dalam mengarungi kehidupan ini, determinasi variabelnya adalah pemanfaatan waktu dengan benar dan salah (manajemen waktu). Orang yang ketat, disiplin dalam memanfaatkan waktu berbuah keberhasilan. Lalai, santai, berleha-leha dengan waktu, kandas dengan kegagalan. 


Matahari, Bulan, dan Bumi, berjalan, bergerak bukan secara alamiah, naturalis, tetapi sunnahtullah yang telah ditetapkan (taqdir) Allah SWT. Semua tunduk, bertasbih dan memuji Allah SWT yang telah menciptakan. Manusia harus menangkap semua menjadi ayat-ayat, tanda-tanda kekuasaan Allah yang sangat hakiki, sunnatullah, ayat-ayat Allah dijadikan pengetahuan, teori, dan paradigma.


Tetapi kebanyakan manusia tidak berpikir, berzikir dan bertasbih. Malah mendewakan, mempertuhankan benda ciptaan Allah. Mempertuhankan matahari, mempertuhankan bulan, mempertuhankan berhala,  mempertuhankan moyangnya, mempertuhankan pimpinannya, mempertuhankan dirinya. Menganggap bahwa segala sesuatu berjalan secara alamiah, natural, kausalitas dan fenomena alam, menghasilkan teori berbasis empirik, sekuler dan menantang Allah SWT. 


Keluasaan pengetahuan dan kedalaman pemahaman mengantarkan manusia mendekat kepada Allah. Detak jantung, sirkulasi organ tubuh, berbarengan dengan perjalanan waktu, membawa manusia untuk berada pada jalan Allah, hingga pada waktu yang ditentukan kembali kepada Allah SWT.


Peristiwa alam, pergantian siang dengan malam, perubahan waktu semenjak subuh sampai Isya, dijadikan sebagai wahana senantiasa berzikir untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah SWT), hidup dalam genggaman dan kekuasaan Allah SWT, sembari senantiasa melakukan komtemplasi dan refleksi, belajar dengan tekun dan serius terhadap ayat-ayat Allah SWT agar menghasilkan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi untuk kemaslahatan semua ciptaan Allah SWT, sebagai wujud amal shaleh terhadap-Nya.       


Pergantian tahun bukan dirayakan dengan pestapora, tetapi dijadikan ajang muhasabah, evaluasi diri, evaluasi institusi dan evaluasi negara, tentang apa yang sudah dicapai, bagaimana kondisi diri, institusi dan negara saat ini, apa yang harus dilakukan untuk masa depan, bagaimana tantangan yang akan dihadapi, apa peluang yang harus dimanfaatkan dan bagaimana memanfaatkan tantangan menjadi peluang, sehingga diri kita, inastitusi kita dan negara kita senantiasa maju di depan.


Dua tahun kita bergaul dengan wabah. Pergaulan dengan wabah berdampak terhadap segala hal yang menyangkut kehidupan, pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, politik dan keagamaan. Dalam pendidikan dua tahun melakukan Belajar Dari Rumah (BDR).


Banyak guru mengeluh nilai anak tidak bisa mencapai standar minimal. Tetapi harus diberikan nilai ketuntasan, sebagai barokatul mudarris (pemberian guru). Dua tahun generasi anak bangsa mengalami turbulensi intelegensia. Perlu dipikirkankan strategi akseleratif (percepatan) dalam pengembangan kecerdasan anak.


Gerakan full day school dengan multiple triatment perlu dilakukan pihak sekolah, tetapi dengan tidak mencabut kemerdekaan anak dan keramahan sekolah dalam melayani anak. Sosial ekonomi, kelesuan ekonomi, rendahnya daya beli masyarakat, perlu dipikirkan oleh pemerintah untuk melakukan intervensi masyarakat mengalami kontraksi ekonomi, bertumbuh dan kuat.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad