TANAH DATAR, POTRETKITA.net - Jalan nasional yang melintas di Nagari Batutaba, Kecamatan Batipuh Selatan, kerap macet. Arus kendaraan dari kedua arah sering tersumbat. Penyebab adalah genangan air dan kendaraan tersangkut.
Walinagari Batutaba Destriyanto |
Bila tidak karena hujan, kemacetan di situ juga akibat adanya kendaraan yang tersangkut di jembatan rel kereta api, karena posisi jembatan rel kereta api terlalu rendah.
Menurutnya, genangan air terjadi di jalan nasional persis pada pertigaan jalan dekat objek wisata Tanjung Mutiara Danau Singkarak itu, karena tidak adanya drainase untuk menyalurkan genangan air hujan, sementara posisinya berada di kerendahan.
Kalau hujan lebat, sebutnya, dalam sekejap jalan di bawah kolong jembatan kereta api itu otomotis jadi pusat genangan air, karena dari segala arah air akan mengalir ke sana. Apalagi, tegasnya, jalan raya nasional sejak dari Masjid Raya Batu Taba hingga ke jembatan pelintasan kereta api tersebut tidak punya drainase sama sekali.
Destriyanto meminta Wakil Bupati Richi Aprian membantu memfasilitasi, sehingga instansi berwenang dapat mencarikan solusi terkait masalah jalan nasional tersebut, melalui Pemkab Tanah Datar dan Pemprov Sumbar.
Truk tersangkut ini terjadi beberapa tahun lalu. Peristiwa serupa hingga kini masih sering terjadi. |
Guna menghindari agar truk dan bis tidak tersangkut di jembatan rel kereta api itu, mereka terpaksa memutar ke Batusangkar, dan kembali lagi ke Jalinsum di Kubukarambie. Jarak antara Kubukarambie-Batu Taba hanya sekitar enam kilometer, namun karena harus memutar via Barusangkar, jarak tempuh kendaraan-kendaraan itu bertambah lebih dari 30 kilometer.
“Pertambahan jarak tempuh mungkin tidak terlalu masalah. Persoalannya itu, jalan provinsi yang harus kita lintasi dari Ombilin-Batusangkar-Kubukarambie tidak sepatutnya dilintasi kendaraan besar dan bertonase tinggi,” sebut Nasution (35), awak bus PT Antar Lintas Sumatera (ALS) trayek Pulau Jawa-Medan via Bukittinggi-Pasaman-Madina.
Menurutnya, bus yang diawakinya kelas ekonomi. Banyak barang penumpang dan paket yang harus disusun rapi di bagian atap, sehingga menambah ketinggian kendaraan. Akibatnya, bis itu tak bisa melewati jalan yang dilintasi jembatan rel kereta api di Batutaba tersebut.
Pada jalur Ombilin-Batusangkar dan Batusangkar Kubu Karambie, truk bertonase tinggi dan bis berukuran besar sering memicu terjadinya iring-iringan panjang kendaraan roda empat, karena kondisi jalan yang sempit, penuh tikungan dan tanjakan atau penurunan yang cukup tajam, sehingga mereka tak bisa mendahului truk atau bis tersebut.
“Situasi seperti ini juga berpengaruh terhadap pengembangan usaha pemilik perusahaan bis di Sumbar. Model dan ukuran kendaraan mereka tak bisa mengikuti irama zaman, karena khawatir tak dapat lewat di jembatan rel kereta api itu,” sebut Ari, seorang youtuber yang fokus pada peliputan bis-bis yang melintas di jalinsum kawasan Danau Singkarak-Padang Panjang-Bukittinggi.
Ari benar. Saat di ini, di Aceh, Medan dan Pekanbaru, bis-bis yang beroperasi sudah sangat modern, ada yang bertingkat (double decker), ada pula yang tronton atau tiga sumbu. Bis-bis seperti itu tidak dapat melintas di kawasan jalan nasional Batutaba tersebut.
Selain di Nagari Batutaba, jembatan rel kereta api yang melintas jalan nasional di Sumbar, yang posisinya terlalu rendah dari badan jalan raya, ditemukan pula di tanjakan menjelang Pasar Pitalah, Kecamatan Batipuh; kawasan Ngalau, Kota Padang Panjang; dan tikungan dekat air terjun Lembah Anai.(musriadi musanif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar