Pariangan Jangan Cuma Jualan Panorama - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

29 Juni 2022

Pariangan Jangan Cuma Jualan Panorama

TANAH DATAR, POTRETKITA.net – Nagari Pariangan disebut sebagai salah satu desa terindah di dunia. Selain karena panoramanya yang luar biasa mempesona, tentu didukung pula oleh kekayaan warisan budaya yang tetap lestari.

 

Untuk mengembangkan kepariwisataan di nagari yang terletak pada lereng ketinggian Gunung Marapi itu, Pariangan tidak bisa kalau cuma jualan panorama. Banyak hal yang mesti jadi perhatian pihak-pihak terkait, baik secara institusi maupun kesiapan masyarakatnya.

 

Sesungguhnya kekuatan pariwisata nagari itu tidak hanya panorama, tetapi juga kekayaan budaya warisan kebesaran Minangkabau masa lalu. Potensi itu mesti digali, dikembangkan, dan dilestarikan. Upaya tersebut harus dilakukan dengan baik atas kerjasama semua elemen terkait.

 

BACA JUGAPariangan Masuk 50 Besar Nominasi ADWI 2022Nasi Basarok Muncul di Festival Pesona ParianganAyo ke Tanah DatarPariangan Nan Molek


Sedikitnya ada sepuluh objek kemajuan kebudayaan dan cagar budaya yang ditemukan di Pariangan, yakni sastra lisan, seni, manuskrip, permainan tradisional, teknologi tradisional, bahasa atau dialek, cagar budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan tradisional, dan olahraga tradisional.

 

Di situ juga ditemukan beberapa warisan budaya tak benda, meliputi pupuik sarunai, talempong pacik, dan kawa daun.

 

Soal pentingnya kerjasama dan kolaborasi semua pihak, diingatkan oleh Asisten II Setdakab Tanah Datar Abdul Hakim, saat memimpin rapat koordinasi dalam rangka menyambut tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kementerian Parekraf) akan berkunjung ke Nagari Pariangan. Bila tak ada aral melintang, tim akan dipimpin langsung oleh Menteri Sandiaga Uno.

 

Kedatangan menteri dan rombongan dalam rangka menilai salah satu nagari terindah di dunia itu, pada program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, setelah berhasil lolos masuk nominasi 50 besar nasional. Ada tujuh indikator dalam penilaian itu, mencakup daya tarik pengunjung, homestay, souvenir, digital dan kreatif, toilet umum, kelembagaan desa wisata, dan penerapan CHSE.

 

CHSE adalah singkatan dari cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keselamatan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan). CHSE merupakan protokol baru diterapkan di Indonesia, dalam rangka pemulihan pariwisata nasional, pasca pandemi Covid-19.

 

 “Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Mari tingkatkan kerjasama dan kolaborasi,” ujar Hakim pada rapat yang juga diikuti Staf Ahli Bupati Desi Trikorina, Kepala Dinas Pariwisata Hendri Agung Indrianto, Dinas Kominfo, Dinas Koperindag, Dinas Perkim LH, Dinas Perhubungan, Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Setda, dan jajaran terkait lainnya.

(musriadi musanif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad