BANYAK yang bertanya, mengapa saya sering posting bus ALS atau PT Antar Lintas Sumatera. Padahal beberapa tahun lalu sudah pernah saya ceritakan dan posting di sosial media. Tapi baiklah, sekarang saya ingin menceritakannya lagi, berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami.
Tiga dari beberapa unit ALS trayek Medan-Ujunggading, Pasaman Barat.(medsos) |
Pada awal 1997, saya pulang lewat Simpang Gambir dengan bus Mandailing Ekspres. Naik di Jalan Letda Sujono. Rute Medan-Panyabungan, terus ke Jembatan Merah Madina, Muara Soma, Simpang Gambir, dan berakhir di Silaping Pasaman.
Sesampai di Silaping, saya langsung saja ke pasar menjumpai Atuk Sanusi Nasution yang lagi berjualan. Setelah sore, kami pun menuju Ujunggading. Saya naik mobil Atuk Sanusi seperti biasa, sebab waktu di masih tinggal di Ujunggading, sesekali juga ikut beliau ke Silaping atau Desa Baru untuk berjualan tembakau dan lainnya.
Pada akhir 1997, saya balik lagi ke Ujunggading. Rencananya mau naik bus ALS dari Terminal Amplas di Medan, sebab waktu pertama kali ke Medan dengan ALS, kami diturunkan di terminal tersebut. Waktu itu Terminal Amplas terbilang ramai, banyak bus antar kota dan antar provinsi menaikkan dan menurunkan penumpang di sana. Saya belum tahu ALS berkantor dan punya pool di Marendal.
Saya pun naik angkot Rahayu Medan Ceria 06 menuju Amplas. Turun dari angkot, saya langsung datarik-tarik dan ditanyai oleh para calo. Saya pun terpaksa ikut mereka untuk mendapatkan tiket. Saya bilang bahwa mau ke Ujunggading. Mereka malah memberikan tiket bus RAPI yang jurusannya ke Pekanbaru dan Palembang.
Dengan setengah memaksa, mereka memberikan tiketnya dan meminta uang untuk ongkos. Tentu saja saya tak mau memberikan. Akhirnya, saya lari dan mereka mengejar saya. Saya terus saja berlari sampai simpang empat di bawah flayover sekarang. Sesampai di sana, kebetulan bus Damri jurusan Medan-Lubukpakam lewat, dan saya pun langsung naik.
Di dalam bus itu, saya langsung menuju ke depan karena masih khawatir kalau-kalau para calon itu mengejar saya. Sampai di Terminal Lubuk Pakam saya turun. Karena belum nyaman dan keterbatasan ilmu dan mental, saya pun berjalan kaki, sampai akhirnya lewat rel kereta api depan gereja. Jauh juga kalau saya bayangkan sekarang.
Saya pun menunggu bus ALS jurusan Medan-Ujunggading di sana. Sekitar jam dua siang, bus itupun lewat dan saya naik. Dapatlah duduk di kursi paling belakang. Sesampai di dalam bus saya menyapa Pak Lubis, pak sopir baik hati dan berpengalaman, beliau sudah kenal karena pertama berangkat dulu juga bersama bus ALS dan beliau juga sopirnya.
Beliau bertanya, mengapa saya naik di tempat tadi (Lubuk Pakam). Lalu saya ceritakan kejadian tadi. Beliau tersenyum. Beliau menyarankan, lain kali jika mau pulang ke Ujunggading, naiknya jangan di Amplas, tapi langsung saja di Pool ALS Marendal biar, Lebih aman dan nyaman. Beliau juga memberikan tips jika datang tidak dapat tiket atau ongkos kurang. "Tanya saja sopirnya atau minta tolong sama sopirnya. Tak usah pakai agen," katanya.
Alhamdulilah, perjalan berlangsung lancar dan dikasih potongan ongkos oleh Pak Lubis. Sejak saat itu, jika mau pulang kampung ke Ujunggading atau ke Padangpanjang, saya naik ALS. Jika ongkos kurang atau tak ada, kursi saya langsung saja mendatangi sopirnya. Biasanya pasti dibantu, apalagi setelah saya bilang Au sikola di Medan on bang (saya bersekolah di Medan, bang).
Setelah punya istri dan berkeluarga, jika pulang kampung saya pastikan naik ALS. Bedanya, kali ini saya terlebih dahulu memesan tiket beberapa hari sebelumnya, tidak minta kurang ongkos lagi sama sopirnya. Naik ALS makan dan minum terjaga, shalat pun tak pernah lupa.
Terakhir saya naik ALS bersama keluarga tahun 2010, dan naik ALS terakhir kali tahun 2014 sewaktu Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Padang dan Musywil Pemuda Muhammadiyah di Padangsidempuan.
Walaupun sekarang jika ke Pasaman dan pulang kampung tidak naik ALS lagi, tapi selalu makan di rumah makan ALS Duta Selera Kotanopan. Makanannya lumayan enak, dan harganya relatif murah. Semoga ALS Berkemajuan. Silaturrahmi Kolaborasi Sinergi Harmoni.(JUFRI, S.Pd., M.IKom, ketua PDM Tebing Tinggi, guru, dan penggiat dakwah kebangsaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar