PWI Sumbar Jangan Sampai Kehilangan Momentum - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

21 Juli 2022

PWI Sumbar Jangan Sampai Kehilangan Momentum

Oleh Musriadi Musanif, S.Th.I

(Wartawan Utama/Korda Harian Umum Singgalang Kabupaten Tanah Datar)



MEMILIH dan menetapkan siapa yang akan menjadi ketua, itu adalah perkara gampang. Mudah sekali. Dia menjadi rumit bila ada intrik, titipan, kepentingan kelompok tertentu, dan pesan-pesan sponsor.


Bagi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sumatera yang menghelat Konferensi Provinsi (Konferprov), Sabtu (23/7) ini di Padang, tentu banyak hal yang lebih rumit dibanding memilih siapa yang akan menjadi ketua. Konsolidasi organisasi, penerapan kode etik jurnalistik dan kode prilaku wartawan, sistem keanggotaan, dan menyediakan program-program relevan, menjadi hal yang tak boleh diabaikan sama sekali.


Siapapun yang akan terpilih menjadi ketua, lalu dilengkapi dengan personalia lainnya sesuai kebutuhan organisasi, sudah dapat dipastikan adalah pribadi-pribadi kompeten, wartawan terbaik, dan anggota PWI yang cakap dalam menunaikan tugas-tugas kepemimpinan.  Hanya pimpinan yang cakap itulah yang mampu menjalankan roda organisasi dan menjawab persoalan.


Seluruh peserta Konferprov PWI Sumbar tentu menyadari, organisasi profesi wartawan ini harus mampu melakukan konsolidasi dengan baik, sejak dari tingkat provinsi hingga ke kota kabupaten. Menjaga marwah PWI tempat berkumpulnya insan-insan pers kompeten dan profesional, bukanlah pekerjaan mudah. Itu terkait dengan proses seleksi dan pembinaan keanggotaan.


Organisasi yang lemah dengan mudah dapat diperalat oleh anggota yang punya ‘kepentingan lain’, mereka yang ingin menangguk di air keruh. Orang yang hanya menjadikan organisasi sebagai perisai atau kuda tunggangan. Menjadikan dalih ‘demi kepentingan bersama’ lalu bersepakat melanggar Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PRR), tentu bukanlah hal yang boleh dibenarkan, kendati kalimat seperti itu muncul juga dalam operasional organisasi sehari-hari.


Dibanding 15 atau 20 tahun silam, anggota PWI saat ini jauh lebih dinamis, karena jumlahnya yang meningkat tajam, seiring dengan bertumbuhannya redaksi media yang menerbitkan kartu pers. Di sinilah konsistensi sikap PWI diuji.  Bila PWI mampu menawarkan sesuatu yang menarik, maka ‘senakal apapun’ seorang wartawan, mereka akan dengan mudah tunduk pada PD dan PRT PWI. 


Tapi kalau konsolidasi organisasi tidak mantap, ditambah pula dengan personil pimpinan yang tak cakap, maka dalih ‘demi kepentingan bersama’, lalu bersama-sama melanggar aturan akan banyak terjadi di masa mendatang.


PWI adalah organisasi profesi nan eksklusif, karena hanya wartawan yang memenuhi syarat-syarat tertentu saja yang dapat bergabung dengan organisasi ini. Lantaran eksklusif itu pulalah, cara-cara kerja dan program kerjanya juga harus eksklusif.  Jangan sampai terjadi, PWI dipimpin oleh anggota-anggota PWI yang tak pandai menulis berita, tidak kompeten, lebih banyak ‘ota’ dari karya tulis, dan tidak pula bekerja di media profesional, walaupun berada pada standar paling minimal. Itu jelas tidak profesional.


Di Kota Padang memang agak mendingan dibanding dengan di daerah-daerah. Sebab sebagai ibukota provinsi, media-media profesional memiliki banyak wartawan cakap dan kompeten yang bertuga di sini. Itu artinya, keberadaan mereka merupakan aset SDM terbaik untuk memajukan PWI, baik dalam kapasitas sebagai pengurus maupun sebagai anggota.


Bagaimana dengan di daerah-daerah kabupaten kota? Membangun eksistensi PWI bukanlah perkara mudah. Usaha PWI menegakkan aturan, misalnya dengan menjadikan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sebagai salah satu syarat utama untuk diakui sebagai wartawan, bukanlah perkara mudah. Masih ada anggapan, UKW itu adalah kepentingan PWI, bukan kepentingan wartawan secara keseluruhan.


Kita berharap, Konferprov PWI Sumbar kali ini dapat membedah semua persoalan kewartawanan di daerah ini, mengkaji masalah-masalah pers di era media sosial ini, guna mendapatkan solusi terbaik pemecahan masalahnya. Momentum konsolidasi organisasi, peningkatan pembinaan keanggotaan, penegakan kode etik jurnalistik, dan menerapkan dengan maksimal kode prilaku wartawan, ada pada konferprov kali ini.


Mementum hanya datang satu kali. Lepas, maka lepaslah semua. Menunggu momentum berikutnya adalah pekerjaan panjang dan melelahkan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad