GUNUNG SITOLI, POTRETKITA.net - Salah satu produk unik dan amat dikenal dari Kepulauan Nias adalah anyaman pandan. Tapi kini produk kerajinan itu nyaris terpinggirkan, seiring dengan bermunculannya produk pabrik dengan fungsi yang sama dengan anyaman tersebut.
Di Nias, anyaman pandan adalah warisan tradisi turun-temurun dari nenek moyang. Dengan bahan baku pandan yang banyak terdapat di situ, beragam produk kerajinan dihasilkan, di antaranya tikar, keranjang (bola-bola), dompet, dan alat rumah tangga lainnya.
"Ciri khas anyaman Nias adalah dengan bentuk dilipat atau sering disebut dengan niotatawa," kata Ketua Dekrnasda Kota Gunung Sitoli Tini Lakhomizaro Zebua, saat menyambut kunjungan Ketua Dekranasda Sumatra Utara Nawal Lubis
Memang tidak bisa kita pungkiri, tambahnya, seiring waktu berjalan dan perkembangan teknologi anyaman ini kurang diminati, karena produk-produk saat ini lebih praktis dan bervariasi.
Tini berharap dengan adanya pelatihan ini bisa menghidupkan kembali kerajinan anyaman dalam bentuk produk craft yang inovatif dan berkualitas. “Ini kebanggaan tersendiri bagi kami Dekranasda di Kepulauan Nias, ini trobosan terima kasih kepada Ibu Dekransda Sumut atas perhatianya kepada pengrajin di Nias Ini,” katanya
Salah satu peserta dari Dekrnasda Nias Selatan Ani mengatakan, kerajinan anyaman ini sangat bagus dikembangkan kembali, karena memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat jika memiliki kreativitas merubah bahan dasar anyaman (Pandan, Sinasa, dan Kiliyomo) menjadikan bahan bernilai ekonomis setelah menjadi tas, tikar dan berbagai bentuk anyaman lainnya.
“Sekitar tahun 2000 bahan baku anyaman ini gampang ditemukan, ini tumbuhan liar tapi sekarang bahannya sangat sulit, masyarakat lebih memilih menebang pohon Sinasa dan Kiliyomo menggantinya dengan tanaman karet, sawit dan kelapa,” jelasnya, dikutip dari publikasi Dinas Kominfo Sumut pada laman sumutprov.go.id, Kamis (15/9).
Ani berharap dengan pelatihan ini bisa mengedukasi masyarakat kembali untuk menanam dan mengembangkan kembali bahan dasar pembuatan anyaman ini untuk membantu prekonomian dan tumbuhnya pengrajin anyaman di kepulauan Nias ini.
Sementara itu, Nawal berharap, pemerintah daerah senantiasa mendukung serta mendorong tumbuhnya kreativitas pengrajin anyaman untuk menambah wirausaha baru, salah satunya dengan menggunakan produk hasil anyaman pengrajin di lingkungan Pemda.
“Nias memiliki empat kabupaten dan satu kota. Ini berpotensi menjadi media promosi untuk mengenalkan hasil kerajinan anyaman kepada masyarakat luas, juga menjaga dan melestarikan kerajinan turun temurun dari nenek moyang orang Nias,” kata Nawal Lubis
Dengan diketahui oleh masyarakat luas serta dapat dijual keluar daerah, hal ini tentu juga bisa meningkatkan penghasilan, karena anyaman tersebut memiliki nilai ekonomi serta dapat membantu bangkitnya prekonomian masyarakat.
“Hasil anyaman berbahan pandan ini bisa bapak/ibu gunakan di kantor-kantor, sebagai hiasan atau oleh-oleh untuk kerabat yang berkunjung ke sini”, ujarnya.
Nawal berharap pelatihan ini memberi motivasi para pengrajin anyaman agar dapat meningkatkan kualitas kerajinan, sehingga dengan kualitas yang dimiliki dapat bersaing dan lebih mudah dipasarkan.(*/mus)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar