PADANG PANJANG, POTRETKITA.net - Tinggi sekolah, lupa dasar. Tinggi ilmu pengetahuan, abai kaji rendah-rendah. Rendah tapi mendasar. Tinggi jabatan di Muhammadiyah, tapi adakah yang masih ingat dengan Tujuan Muhammadiyah?
![]() |
JONITO VENDRI |
Itulah masalahnya. Ada yang menganggap, hafal atau tidaknya tujuan Muhammadiyah secara tekstual tidaklah penting. Tapi perlu diingat, tidak menutup kemungkinan, ada di antara pimpinan Muhammadiyah saat ini yang tidak hafal Tujuan Muhammadiyah, sebagaimana tekstualnya dalam Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah itu sendiri.
“Kalau Tujuan Muhammadiyah itu tidak hafal, bagaimana mau menggerakkan Muhammadiyah, mana mungkin bisa menjadi warga Muhammaiyah yang sebenar-benarnya,” kata Jonito Vendry, salah seorang guru pada madrasah Muhammadiyah di Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.
Hal itu dinyatakannya, saat berlangsung diskusi virtual Muhammadiyah Potret Kita, menggunakan platform Grup WhatsApp. Kendati ada yang menyebut yang lebih penting itu adalah pengamalan dan kontekstual, namun Joni bersikukuh, bila tujuan secara tekstual tidak hafal, maka jangan diharap pengamalannya akan benar.
Tujuan itu, tegasnya, adalah sesuatu yang ingin dicapai. Ibarat orang berjalan tanpa tujuan, maka ia akan membuat capek sendiri, jenuh, dan bisa saja tersesat di jalan.
“Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Itu tujuan Muhammadiyah, tekstual sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar Bab III Pasal 6,” ujarnya.
Joni menegaskan, setiap warga dan pimpinan Muhammadiyah harus sanggup menjadi Muhammadiyah lahir dan batin, sehingga dalam berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.
![]() |
DESI ASMARET |
Direktur Politeknik Aisyiyah (Polita) Sumatera Barat Dr. Desi Asmaret menyebut, menghafal teks tetap penting. Apalagi tujuan Muhammadiyah, menurutnya, juga perlu dihafal, dipahami, dan dilaksanakan.
“Itulah sebabnya, kenapa metode hafalan tetap menjadi metode yang tidak pernah ditinggalkan oleh orang Arab. Sebab, hafal itu akan menguatkan pemahaman. Pemahaman itu menguatkan pengamalan. Jadi untuk kita paham, memang kita harus tahu dan hafal dulu, sehingga mudah kita untuk mengamalkan,” katanya.
Sementara itu, guru Muhammadiyah di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi; Kasman Katik Sulaiman menyebut, tujuan harus dijadikan sebagai pedoman melangkah dalam setiap gerak persyarikatan. Sebab, ujarnya, kalau bergerak tapi tujuannya salah, maka hasilnya tidak akan baik.(MUSRIADI MUSANIF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar