JAKARTA, POTRETKITA.net - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mewanti-wanti, pemerintah daerah (pemda) agar bersiaga dan mempersiapkan diri menghadapi musim penghujan.
![]() |
| BNPB.GO.ID |
"Periode musim penghujan ini menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung hingga April 2023, dan memasuki puncaknya pada bulan Desember 2022 hingga Januari 2023," katanya sebagaimana dirilis pada laman resmi bnpb.go.id, yang diakses dan dikutip pada Selasa (18/10) sore.
Pada periode itu, sebutnya, beberapa gejala alam seperti meningkatnya curah hujan dan cuaca ekstrem diperkirakan akan lebih sering terjadi. Fenomena itu dapat memicu terjadinya beberapa bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, angin puting beliung dan cuaca ekstrem.
Sampai dengan 13 Oktober 2022, BNPB mencatat bencana yang mendominasi adalah Banjir sebanyak 1.125 kejadian, cuaca ekstrem 887 kejadian, tanah longsor 499 kejadian dan sisanya karhutla 239 kejadian, gempabumi 22 kejadian, gelombang pasang 21 kejadian dan kekeringan 4 kejadian.
Dari rentetan seluruh bencana itu, ada sebanyak 167 orang meninggal dunia, 32 hilang, 804 luka-luka dan yang terdampak mencapai 3.433.723 jiwa.
Sebagai antisipasi untuk mengurangi dampak potensi risiko bencana, Kepala BNPB menyampaikan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk jangka pendek, Suharyanto meminta agar BPBD dan komponen penanggulangan bencana di daerah mempersiapkan alat, perangkat dan personel untuk menghadapi potensi bencana. Apabila daerah kekurangan dan membutuhkan peralatan, maka dapat meminta kepada BNPB.
Pada setiap kejadian bencana, ujarnya, masyarakat sangat menaruh harapan kepada komponen penanggulangan bencana daerah, khususnya BPBD bersama unsur dari TNI, Polri, relawan dan seluruh pegiat kebencanaan. Oleh sebab itu, kesiapan seluruh unsur sangat menentukan keberhasilan dalam penanggulangan bencana.
"Masyarakat sangat menaruh harapan kepada kita. Kalau kita tidak meningkatkan kepedulian, kapasitas, kemampuan, tentu saja korban-korban bencana ini akan lebih banyak," jelas Suharyanto.
Selanjutnya untuk jangka panjang, Suharyanto meminta agar tata kelola lingkungan dilakukan dengan baik. Adapun indikator keberhasilannya menurut Suharyanto adalah ketika bencana seperti banjir tidak terjadi lagi di lokasi yang sama.
"Apabila banjir masih terjadi dan berulang, maka perangkat penanggulangan bencana di daerah itu tidak maksimal dalam melaksanakan Standar Pelayanan Minimum (SPM)," sebutnya.(mus)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar