Kemenyan Humbahas Mengandung Antidepresan - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

25 November 2022

Kemenyan Humbahas Mengandung Antidepresan

HUMBAHAS, potretkita.net - Kemenyan yang dihasilkan petani di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) mengandung zat antidepresan. Hal inilah membedakannya dengan kemenyan yang diproduksi dari daerah lain.

BUPATI HAMBAHAS MENUNJUKKAN KEMENYAN PRODUKSI PETANI DAERAHNYA

Lantaran kekhasan itulah, tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan kunjungan ke Humbahas., menawarkan program kerja sama dengan target para petani kemenyan.


Rombongan yang dipimpin Dr. Aswandi itu, berdiskusi dengan Bupati Dosmar Banjarnahor, didampingi Ketua Tim Penggetak PKK Ny. Lidya Dosmar Banjarnahor, Plt. Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan dan Tenaga Kerja, Christison Rudianto Marbun, dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Humbang Hasundutan Junter Marbun.


Bupati Banjarnahor sangat menyambut baik rencana kerjasama yang diajukan BRIN. Diharapkan, katanya, agar pihak BRIN menyampaikan hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk mewujudkan deliver technology ini. "Pastilah kita setuju, kalau untuk mendukung ekonomi masyarakat, khususnya petani kemenyan," tuturnya.


Pada kesempatan itu, pihak BRIN menunjukkan produk hasil penelitian dari olahan Kemenyan yang dibawa kepada bupati, serum untuk kecantikan serta juga parfum.


Aswandi menjelaskan, pihaknya ingin melakukan penelitian terhadap Kemenyan Sumatera (Styrax benzoin), khususnya kemenyan Humbahas. Dari hasil penelitian mereka, bahwa secara spesifik, kemenyan Humbahas memiliki sebuah zat yang membedakannya dari kemenyan pada umumnya, yakni adanya sebuah incersone sebagai antidepresan.


Penelitian ini, menghasilkan produk turunan dari Kemenyan Humbang Hasundutan berupa parfum, serum, juga body lotion. Pengolahan dan pembuatan produk turunan ini diharapkan bisa diajarkan oleh BRIN kepada masyarakat Humbahas. Oleh karenanya, BRIN mengajak Pemkab Humbahas melakukan kerjasama terkait deliver technology itu. 


Mengutip informasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas tanaman kemenyan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), khususnya di Humbahas dan kabupaten lainnya di selingkar Danau Toba, adalah 23.068 hektare dengan produksi getah sebanyak 8.332 ton. Potensi pasar yang dapat diraih dengan produksi tersebut mencapai Rp2,08 Triliun per tahun.


Jika rata-rata harga kemenyan di lokal Rp250.000/kg, maka dengan produksi getah 8.332 ton, maka nilai perdagangan kemenyan yang diraih bisa mencapai Rp2,08 Triliun per tahun.


Dalam bahasa rakyat di Humbahas, kemenyan disebut dengan haminjon. Pada lomba dalam rangka Inovasi Desa untuk Kemajuan Kebudayaan pada Kemah Budaya Kaum Muda Tahun 2021 lalu, kemenyan humbahas meraih predikat sebagai Juara I Tingkat Nasional Kategori Purwarupa.


Haminjon (kemenyan) adalah tanaman endemik yang tumbuh subur di Kabupaten Humbahas, mutunya tinggi dan sudah dikenal sampai ke mancanegara.


Kemenyan berasal getah atau resin yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp), melalui proses penyadapan (pelukaan kulit batang). Dari tujuh jenis kemenyan yang menghasilkan getah, hanya dua jenis yang dibudidayakan di sentra-sentra budidaya jenis kemenyan di Tapanuli (Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan) yaitu jenis kemenyan toba dan kemenyan durame.


Permintaan getah kemenyan tetap tinggi namun kemampuan produksi dari sentra-sentra kemenyan di Sumatera Utara menurun akibat penurunan populasi akibat penebangan, umur tanaman tua dan permudaan yang mengandalkan regenerasi alam.


Untuk itu perlu didorong kemitraan hulu dan hilir (industry), penguatan kapasitas dan kelembagaan petani kemenyan serta inovasi produk olahan kemenyan, serta sinergitas antar Kementerian/Lembaga terkait (Kemenperin, Koperasi & UKM, Kemendag, Dewan Atsiri, BSN, dll) untuk pengelolaan kemenyan yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi serta memberikan kesejahteraan masyarakat.


“Kemenyan adalah tanaman yang bagus untuk konservasi, perlu komitmen dari pemda dan pusat serta stakeholders terkait, misalnya melalui pembuatan Perda dan memberikan penghargaan kepada semua stakeholders yang berperan dalam mengembalikan kemenyan sebagai komoditas unggulan daerah. Ini mencontoh dari NTT untuk tanaman cendana,” terang Ari, sebagaimana dirilis Smile Batang Toru pada laman ipb.ac.id.


Pada 2018, Litbang Aek Nauli telah mengekstrak minyak atsiri dari resin kemenyan menjadi parfum dengan nama Tobarium. Parfum kemenyan ini menjadi salah satu produk inovatif oleh Kemenristekdikti, kemudian dibawa ke Saarbrucken Germany dalam event Indonesia Innovation Day.


Sebagai parfum signature, Tobarium sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan parfum yang dijual dipasaran. Tobarium bebas dari alkohol dan memiliki konsentrasi minyak atsiri yang tinggi, sehingga aroma khas yang eksootik flora Nusantara, dapat bertahan selama 16 sd 24 jam. Tobarium mengandung senyawa yang dapat menenangkan pikiran (aromaterapi dan antidepresan), dimana senyawa dan efek ini tidak dapat ditemukan di parfum pada umumnya,” papar Aswandi.


Kemenyan sendiri memiliki kandungan sinamat acid, benzoic acid, styrol, vanillin, benzoatestyracin, coniferil , coniferil sinamate, resin benzoeresinol, suma resinotannol (incensol). Dengan kandungan tersebut, kemenyan dapat digunakan di industri farmasi, pengawetan makanan, parfum dan kosmetik.(mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad