Cita-cita Rahmah El-Yunusiyyah yang Belum Kesampaian
Laporan MUSRIADI MUSANIF
(Wartawan Utama)
OPINI, potretkita.net - Perjuangan panjang Rahmah El-Yunusiyyah telah berbuah. Sebelum berpulang ke Rahmatullah pada 26 Februari 1969, beliau telah dikenal luas di kawasan Asia Tenggara dan dunia Islam sebagai tokoh perempuan yang gigih berjuang di lini pendidikan, khususnya untuk kalangan perempuan.
Dari perbincangan dengan berbagai pihak dan penelusuran referensi yang dilakukan, sebenarnya dua cita-cita besar Rahmah sudah jadi kenyataan, bahkan dewasa ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa.
Cita-cita pertamanya adalah terlepasnya negeri dan bangsanya, Indonesia dari belenggu penjajahan dan perbudakan bangsa asing, dalam hal ini adalah Penjajah Belanda dan Jepang.
Cita-cita lainnya adalah hadirnya lembaga pendidikan khusus perempuan yang mampu memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Bahkan kini, di bawah kepemimpinan Fauziah Fauzan –generasi keempat dalam keluarga besar Rahah El-Yunusiyyah, Perguruan Diniyyah Puteri telah berkembang pesat. Seribuan lebih pelajar dan mahasiswa kini tekun menuntut ilmu di sana.
Dalam perkembangan terakhir, Perguruan Diniyyah Puteri telah mengasuh Pendidikan Anak Usia Dini dan Tempat Penitipan Anak (PAUD/TPA), Raudhatul Athfal (setara Taman Kanak-kanak), Madrasah Ibtidaiyah (setara Sekolah Dasar), Diniyyah Menengah Pertama (setara Madrasah Tsanawiyah), dan SMP Diniyyah Puteri.
- SERIAL SEBELUMNYA :
- DOKTOR-DOKTOR FENOMENAL DARI AL-AZHAR (Bagian Kesatu)
- DOKTOR-DOKTOR FENOMENAL DARI AL-AZHAR (Bagian Kedua)
- DOKTOR-DOKTOR FENOMENAL DARI AL-AZHAR (Bagian Ketiga)
- DOKTOR-DOKTOR FENOMENAL DARI AL-AZHAR (Bagian Keempat)
Berikutnya, Kulliyatul Muallimat El-Islamiyah (setara Madrasah Aliyah), dengan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Rahmah El-Yunusiyyah.
Untuk memperkuat posisi lembaga-lembaga pendidikan formal itu, telah pula berdiri sejumlah divisi otonom, di antaranya Diniyyah Training Center (DTC), Diniyyah Research Center (DRC), Diniyyah Information & Technology Center (DITC), Diniyyah Garment (DG), Diniyyah Enterprise (DE), Diniyyah Tahfidzul Quran (DTQ), dan Diniyyah Counceling Center (DCC).
Lantas, adakah cita-cita lain yang belum terealisasi? Sebagaimana banyak diperbincangkan dalam literatur-literatur sejarah Indonesia dan Islam, Rahmah adalah seorang perempuan Minangkabau yang berpandangan luas, berpikiran jauh ke depan dan memiliki kemauan keras.
Paling tidak, terdapat dua cita-cita besar Rahmah yang belum terwujud hingga saat. Pertama, mendirikan universitas Islam untuk kaum perempuan. Universitas itu haruslah memiliki fasilitas lengkap dan mampu menampung 2.000 mahasiswi. Ada lima fakultas yang dicita-citakannya, yakni Fakultas Dakwah, Fakultas Adab, Fakultas Syariah, Fakultas Kesehatan dan Fakultas Perindustrian.
Kedua, Rahmah juga bercita-cita untuk mendirikan sebuah rumah sakit khusus perempuan. Kabarnya, pada tahun 1955, Rahmah sudah pernah menyampaikan cita-citanya ini kepada dua dokter asal Jerman yang merupakan pasangan suami-istri. Dr. Zwick, nama dokter yang bekerja di RSU Padang Panjang itu, merespon positif dan mendukung gagasan besar Rahmah. Sayangnya, karena faktor usia, dan beragam kendala teknis lainnya, kedua cita-cita itu tak bisa diwujudkannya.
Mungkinkah Fauziah Fauzan yang kini melanjutkan kepemimpinannya di Diniyyah Puteri bisa mewujudkan? Perjalan zamanlah yang akan menjawabnya kelak.
Di bidang pendidikan, sesungguhnya Rahmah sangat berkeinginan melihat kaum wanita Indonesia mendapat kesempatan penuh menuntut ilmu pengetahuan yang sesuai dengan fitrah wanita, sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan mendidik mereka sanggup berdiri sendiri di ataskekuatan kaki sendiri, yaitu menjadi ibu pendidik yang cakap dan aktif, serta bertanggungjawab kepada kesejahteraan bangsa dan tanah air, di mana kehidupan agama mendapat tempat yang layak.(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar