PADANG PANJANG, potretkita.net - Provinsi Sumatera Barat termasuk daerah kategori tinggi penularan polio, seiring dengan kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di Kabupaten Aceh Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
BACA JUGA
Provinsi tetangga NAD lainnya yang juga berpotensi terkena penularan virus polio terhadap anak itu adalah Sumatera Utara dan Riau. Untuk itu, Pemko Padang Panjang melalui Dinas Kesehatan mengambil langkah antisipasi, di antaranya melalui crash program bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Rahmaisa, Kamis (1/2), menjelaskan, program ini menindaklanjuti edaran Gubernur Nomor 433.367/Dinkes/I/2023 tertanggal 26 Januari 2023, dan akan dilaksanakan pada Maret 2023.
"Kegiatan ini dilaksanakan, karena telah terjadi KLB Polio di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh dan dilaksanakan upaya penanggulangan. Salah satunya melalui Sub Pekan Imunisasi Nasional sejumlah dua putaran di seluruh wilayah Aceh. Berdasarkan hasil risk assessment tiga provinsi yang berdekatan dengan Aceh, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau dikategorikan sebagai provinsi yang berisiko tinggi penularan virus polio," paparnya.
Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dan Komite Ahli Eradiksi Polio merekomendasikan, dibutuhkan upaya berupa kegiatan crash program yang dilaksanakan untuk menutup kesenjangan imunitas, serta merupakan upaya penting dalam mempertahankan status Indonesia Bebas Polio.
“Kita akan melaksanakan pemberian vaksin bOPV atau polio tetes bagi anak usia 0-59 bulan dan satu dosis Imunisasi (IPV) atau Polio Suntik bagi anak usia 4-59 bulan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya,” ujarnya, sebagaimana dirilis Dinas Kominfo Kota Padang Panjang.
Ia mengimbau kepada orang tua yang memiliki bayi dan balita agar dapat membawa anak ke posyandu terdekat sesuai dengan jadwal pelaksanaannya supaya mendapatkan vaksin BOPV dan IPV tersebut. Agar anak-anak semua terlindungi dari virus polio.
Mengutip artikel yang dirilis honestdocs.id dapat diketahui, meskipun gejala yang paling parah bisa menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian, kebanyakan kasus polio memiliki gejala yang lebih ringan.
Polio diklasifikasikan sebagai non-paralitik atau paralitik dan pasien dapat menderita sindrom pasca polio selama bertahun-tahun, setelah diserang penyakit ini.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai gejala dan ciri-ciri polio:
Gejala Polio Non-paralitik (Tidak Lumpuh)
Bentuk ini biasanya dapat menyebabkan gejala seperti flu yang dapat bertahan hingga 10 hari, ciri-ciri polio non paralitik termasuk:
1. Sakit tenggorokan
2. Demam
3. Kelelahan
4. Sakit kepala
5. Muntah
6. Kaku ataupun nyeri pada leher dan punggung
7. Kelemahan otot atau nyeri
8. Kekakuan atau nyeri pada lengan dan kaki
9. Peradang selaput otak
Gejala Polio Paralitik (Lumpuh)
Ini adalah kasus yang jarang terjadi namun yang paling parah. Gejala awal sama seperti polio non-paralitik, tetapi dalam perkembangannya muncul gejala yang lain meliputi:
1. Nyeri otot parah dan/atau kelemahan
2. Hilangnya refleks
3. Anggota badan lemas, kadang-kadang lebih buruk pada salah satu sisi tubuh
Sindrom Pasca-Polio
Ini adalah sekelompok gejala yang dapat melumpuhkan dan mempengaruhi orang selama bertahun-tahun setelah terkena polio. Ciri-cirinya antara lain:
1. Kelelahan setelah aktivitas ringan
2. Atrofi (menyusut) dari jaringan otot
3. Nyeri sendi dan otot secara progresif
4. Sleep apnea atau gangguan pernapasan lainnya saat tidur
5. Depresi atau perubahan suasana hati
6. Kesulitan menelan
7. Sulit bernafas
8. Sulit berkonsentrasi atau masalah memori
9. Penurunan toleransi untuk cuaca dingin dan suhu rendah
Penyakit polio aktif biasanya berlangsung sekitar dua minggu, tetapi kerusakan saraf yang bisa menyebabkan kelumpuhan dapat berlangsung seumur hidup. Beberapa pasien dengan polio paralitik tidak pernah normal kembali secara utuh.(*/mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar