PASBAR, potretkita.net - Bundo Kanduang di Minangkabau memiliki kedudukan tinggi. Mereka adalah lambang kehormatan dan kemuliaan. Sesungguhnya tidak semua perempuan dewasa dapat disebut bundo kanduang.
BACA JUGA
- Museum Bundo Kanduang Diharap Segera Terwujud
- Adat dan Budaya Berkutat di Nagari
- Bundo Kanduang akan Turun ke Sekolah-sekolah
Demikian dikatakan Ketua Bundo Kandung Pasaman Barat Eti Muhayatsyah, saat menjadi narasumber pada kegiatan yang dilaksanakan Dharma Wanita Persatuan (DWP) di lingkungan Kantor Kementerian Agama Pasbar.
"Peran dan kedudukan kaum perempuan di Ranah Minang, bukan sekedar pengelompokan dari jenis kelamin warga di tengah masyarakat, tapi lebih dari itu. Mereka memiliki peran dalam struktur kehidupan di tengah masyarakat. Banyak ungkapan yang melambangkan tingginya peran dan kedudukan perempuan di Minang," katanya.
Menurutnya, perempuan Minangkabau dilambangkan sebagai limpapeh rumah nan gadang, sumarak anjuang nan tinggi, dan beberapa penyebutan lain. Untuk perempuan dewasa atau kaum ibu, maka posisi mereka adalah sebagai bundo kanduang. Ini bukanlah sekadar istilah, tapi lebih dari itu.
Sebagai lambang kehormatan dan kemuliaan, tegasnyam perempuan sebagai Bundo Kanduang tidak hanya menjadi hiasan dalam bentuk fisik saja, tapi kepribadiannya sebagai perempuan. Dia harus memahami ketentuan adat yang berlaku dalam struktur dan kehidupan di masyarakatnya. Selain itu, harus tahu dengan malu, sopan santun, basa basi, dan tahu cara berpakaian yang pantas.
Ketua DWP Unit Kantor Kemenag Pasbar Yessy Muhammad Nur menyampaikan, kegiatan ini merupakan agenda rutin dan dilaksanakan secara terpadu dan terprogram. Sebagai wadah beraktivitasnya kaum perempuan atau istri bagi pegawai negeri di lingkungan Kantor Kemenag Pasbar, katanya, tentu harus memahami peran dan kedudukannya dalam adat Minangkabau.(*/gmz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar