Puasa dan Stunting - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

28 Maret 2023

Puasa dan Stunting

Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.

Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta


OPINI, potretkita.net - Dalam tulisan berjdul Anak Kita, ada beberapa pembaca yang bertanya, bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan anak. Dengan diinspirasi oleh pertanyaan itu, penulis mencoba membahas terkait dengan stunting.

 

Stunting masalah gizi kronis pada seseorang anak. Anak mengalami kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu yang sudah lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhannya.


Gangguan pertumbuhan anak terlihat secara kasat mata dalam bentuk, wajah tampak lebih muda dari anak-anak yang seusianya, pertumbuhan tubuh dan gigi terlambat, kemampuan fokus dan memori yang buruk, puberitas yang terlambat, pada usia 8-10 cendrung diam tidak banyak melakukan kontak, berat badan lebih ringan dibandingkan dengan anak se usianya.


Anak stunting ini 20,6 persen dari total anak Indonesia. Artinya dari sepuluh orang anak-anak, ada dua sampai tiga orang yang mengalami stunting, dengan ciri-ciri yang penulis sampaikan di atas.


Hal ini tentu sangat memprihatinkan, tatkala kita ingin berlari mengejar masa depan yang penuh tantangan. Tetapi input kita mengalami permasalahan yang sangat berat.


Masalah ini diketahui karena adanya pendataan, dari pemerintah dan masyarakat. Jika tidak ada pendataan tentu masalah ini ada dalam timbunan berbagai persoalan yang mendera bangsa. Masalah ini akan hilang dibandingkan dengan berbagai masalah lain yang tengah dan akan diselesaikan oleh anak bangsa.


Penyebab utama tentulah kemiskinan yang absolue, permanen dan turunan yang diderita oleh rakyat kita, sehingga tidak mampu memberikan asupan gizi kepada anak-anak. Selama beberapa tahun memang kita asyik dengan demokrasi, kurang memperhatikan demografi. 


Selain itu, ada juga permasalahan kultural, kebanyakan masyarakat menganggap bahwa, hidangan makanan yang bergizi itu prioritas kepada orang tua, karena ia bersusah payah untuk mencari rezeki, anak-anak diberikan sekedar pengenyang perut.


Pilihan gizi juga terbatas pada hal-hal yang menghasilkan karbohidrat, berupa nasi dan umbi-umbian. Lauk agak diminimalisasi kepada anak-anak, karena orang tua takut nanti anaknya cacingan. Hal ini telah berurat berakar pada masyarakat, sehingga asupan protein, mineral dan vitamin minim didapatkan oleh anak-anak. 


Puasa merupakan ibadah mahdah yang dilakukan oleh kaum muslimin yang mukminin. Puasa bukan hanya kaum muslimin yang melaksanakan, ummat agama lain juga melaksanakan yang namanya ibadah puasa, apakah itu Hindu, Budha, Kristen dan Protestan, tentu kaifiyat dan syariahnya yang berbeda. 


Esensi ibadah puasa, memberikan pemahaman kepada para pelaksananya untuk mengetahui dirinya dan Mengenal Tuhannya, serta memperhatikan saudaranya. Ibadah ini sangat unik dibandingkan dengan ibadah yang lain.


Ibadah lain dapat dinilai, diamati dan diapresiasi oleh orang lain, tetapi ibadah puasa hanya yang melakukan dan Tuhan yang dapat mengetahui kualitas ibadah yang tengah dilaksanakan. 


Ibadah puasa jelas memberikan pelatihan yang sempurna kepada pelaksananya tentang hakekat dirinya dan hakekat Tuhannya serta penderitaan saudaranya.


Manusia senantiasa bertindak disaat merasakan kebutuhan terhadap makanan, ia segera mencari dan memenuhi kebutuhan makanan, menghilangkan lapar yang tengah dialaminya, tetapi tatkala puasa, ia senantiasa bersabar untuk menahan rasa lapar dan rasa haus sampai kepada waktu yang ditentukan. Ia ikhlas melakukan itu demi perintah Tuhannya.


Sabar dan ikhlas menyatu dalam ibadah puasa yang tengah dilaksanakan, hal inilah yang mengantarkan seseorang mukmin menjadi muttaqien. Dengan bekal sabar dan ikhlas tersebut, muncullah empati dan simpati kepada kaum yang mengalami kesulitan dalam hidup.


Ia terpanggil untuk berbagi terhadap gerakan kemanusiaan, pemberdayaan masyarakat, pemberian nutrisi anak yang tengah mengalami stunting, sehingga menjadikan dirinya bermanfaat untuk kepentingan orang lain.   

P

uasa bagi kaum muslim, kebaikan dilipatgandakan oleh Allah SWT terhadap pelakunya. Bulan Ramadhan banyak dimanfaatkan oleh kaum muslimin menjadi momentum untuk melakukan berbagai gerakan kemanusiaan, gerakan kepedulian, gerakan amal shaleh.


Maka satu diantara hal yang menjadi perhatian adalah gerakan untuk menurunkan stunting. Sehingga bangsa kita terbebas dari stunting, kita dapat menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa maju di dunia. 

  

Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka.


Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad