Ajaran Kiai Dahlan Soal Akal Budi, Welas Asih, dan Jiwa Pengabdian - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

07 April 2023

Ajaran Kiai Dahlan Soal Akal Budi, Welas Asih, dan Jiwa Pengabdian

JAKARTA, potretkita.net - Pendiri Muhammadiyah Kiyai Haji Ahmad Dahlan mewariskan banyak hal, tidak saja relevan untuk zamannya, tetapi juga amat penting dan patut jadi rujukan generasi saat ini, khususnya jalangan milenial.

MUHAMMADIYAH.OR.ID

BACA JUGA

  1. AR Sutan Mansur; Sang Bintang Muhammadiyah dari Barat
  2. Melihat Muhammadiyah dari Sudut Pandang Mohammad Natsir
  3. Haroun El-Maany Berpikir Melampaui Zamannya
  4. Hasan Ahmad Adalah Guru yang Mengayah
  5. Memori Bersama RB Khatib Pahlawan Kayo


Demikian dikatakan Dr. Sukidi Mulyadi, seorang intelektual Muhammadiyah tamatan Harvard University, saat tampil jadi narasumber pada kegiatan Badan Kebudayaan PDI Perjuangan. Materi yang disampaikannya pada kegiatan Rabu (5/4) malam itu berjudul Nasehat KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.


Menurutnya, sebagaimana dikutip dari muhammadiyah.or.id yang diakses pada Jumat (7/4) pagi, dari sekian banyaknya gagasan KH. Ahmad Dahlan, salah satunya yang bisa dipetik oleh generasi milenial Islam adalah penggunaan akal budi.


"Setidaknya ada tiga ajaran Kiai Dahlan yang bisa dipetik generasi milenial, yakni penggunaan akal budi, belas kasih atau welas asih, dan jiwa pengabdian," ujarnya.


Dikatakan, penggunaan akal budi yang diajarkan oleh Kiai Dahlan, merupakan usaha Kiai untuk memberikan obor pencerahan bagi generasi penerusnya. Obor pencerahan ini, ujarnya, memiliki persamaan dengan yang dimiliki oleh Presiden Pertama RI Soekarno.



Sukidi menegaskan, penggunaan akal budi memberikan alternatif segar bagi agama dalam merespon perubahan-perubahan melalui dibukanya pintu ijtihad. Ajaran Kiai Dahlan tentang penggunaan akal budi ini, imbuhnya, menjadi pencerah bagi umat Islam kala itu yang masih taqlid buta atau blind following.


“Pengunaan akal budi agar kita bisa menjalani kehidupan dunia ini secara rasional dan akal itu begitu sentral dalam ajaran Kiai Ahmad Dahlan, terutama agar umat Islam waktu itu bisa memasuki dunia modern.” ungkapnya.


Akal budi sebagai ajaran sentral Kiai Dahlan, ujarnya, menghantarkan umat muslim menjadi disiplin, beretika kerja yang bagus dengan spirit yang berorientasi pada kemajuan. Beberapa hal tersebut menjadi bekal bagi umat Islam ketika masuk pada era modern seperti sekarang ini.


Ajaran Kiai Dahlan selanjutnya atau yang kedua dapat dipetik oleh generasi milenial adalah tentang belas kasih atau welas asih. Etika welas asih yang diajarkan oleh Kiai Dahlan ini merupakan suatu pemihakan yang utuh terhadap kelompok tertindas – kaum dhuafa’-mustadh’afin.


Belas kasih yang diberikan oleh Kiai Dahlan kepada kelompok tertindas, kata Sukidi, bukan hanya aktualisasi dari rasa kasihan, tetapi juga karena landasan agama dan kedekatan Sang Kiai dengan kelompok masyarakat miskin dan tertindas.


“Dia begitu dekat dengan kaum lemah, fakir, miskin karena mereka adalah bagian dari kita dan karena itu kita perlu berbelas kasih,” tutur Sukidi.


Ajaran ketiga dari Kiai Dahlan yang bisa dipetik generasi milenial adalah spirit pengabdian. Sukidi menyebut, spirit atau jiwa pengabdian ini yang diajarkan oleh Kiai Dahlan untuk menghidup-hidupi Muhammadiyah.


Spirit pengabdian yang diajarkan oleh Kiai Dahlan, katanya lagi, berhasil menjadikan Muhammadiyah berkembang sedemikian besar, sehingga Muhammadiyah mampu memberikan pelayanan di berbagai bidang untuk kemaslahatan kehidupan umat, bangsa dan kemanusiaan universal.(*/ed. musriadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad