PADANG, potretkita.net - Ada yang unik dan menarik, saat pembukaan Festival Muaro Padang. Fashion berbahan baku daur ulang yang diperagakan begitu mempesona.
Kegiatan peragaan busana (fashion show) ini merupakan salah satu dari sejumlah rangkaian acara yang dihelat oleh Pemerintah Kota Padang, dalam rangka memeriahkan hari raya Idul Fitri, sekaligus sebagai agenda pariwisata dalam menyambut para perantau yang pulang kampung.
Yang menarik dan cukup menyita perhatian pada kegiatan peragaan busana ini adalah, adanya sejumlah model yang menggunakan pakaian yang berasal dari bahan daur ulang, hasil karya para siswa dan guru SMPN 24 Padang.
Kepala SMP 24 Padang Hasyuniharti menjelaskan, busana yang ditampilkan pada peragaan busana di Festival Batang Arau berasal dari berbagai bahan daur ulang, seperti plastik kresek, bungkus (sachet) minuman, bungkus permen dan lainnya.
"Ide membuat baju ini berasal dari kegiatan pra karya sekolah, karena kami memiliki tim galeri sekolah yang aktif," kata dia.
Ia menjelaskan, untuk rancangan (design) baju dibuat oleh ibu Widya yang merupakan guru seni budaya, kemudian bahan dikumpulkan oleh para siswa dan guru. Selanjutnya bahan yang sudah dibersihkan disusun sesuai dengan design yang telah dibuat tersebut.
Ada enam baju hasil rancangan tim SMP 24 yang ditampilkan pada kegiatan Festival Muaro kali ini.
"Untuk keseharian, tim galeri kami juga memproduksi aneka kerajinan yang berasal dari bahan daur ulang, selain itu kami juga memproduksi Deta (penutup kepala khas Minang)," pungkasnya.
AKULTURASI BUDAYA
Selain busana berbahan daur ulang itu, banyak juga atraksi yang ditampilkan unik, menarik, dan menyedot perhatian, termasuk yang sarat makna akulturasi budaya.
Salah satu yang menarik perhatian adalah penampilan Barongsai (Lion dance), yang dilakukan oleh sekelompok anak muda di hadapan para tamu kehormatan dan seluruh pengunjung kegiatan.
Walikota Padang Hendri Septa seusai menyaksikan atraksi tersebut mengatakan, Barongsai sudah menjadi salah satu pertunjukan yang diminati oleh masyarakat, serta selalu tampil diberbagai even di Kota Padang.
"Ini membuktikan kalau akulturasi budaya sudah terjalin sejak lama di tengah masyarakat Kota Padang," kata Wako.
Festival Muaro yang digelar dari tanggal 24-27 April 2023, lanjut Wako juga membuktikan kalau akulturasi budaya tersebut. Selain Barongsai yang dimainkan oleh anak muda dari berbagai etnis, juga akan ditampilkan festival bakcang (penganan khas Thionghoa) dan lamang baluo (penganan khas Minang Kabau)
Wako didampingi salah seorang tokoh masyarakat keturunan Tionghoa Alam Gunawan menjelaskan, bakcang dan lamang baluo memiliki kemiripan, yakni sama-sama dibuat dari beras ketan (pulut), serta dibungkus dengan daun.
"Bedanya bakcang berisi daging, sementara lamang baluo berisi parutan kelapa yang diberi gula aren," jelas Alam.
Melalui kegiatan ini kata Wako, sekaligus menepis adanya survey yang menempatkan Kota Padang sebagai salah satu kota intoleran di Indonesia.
"Selama ini warga Kota Padang selalu hidup berdampingan, termasuk dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinan," tukas Wako. (kominfopdg; ed. mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar