SEBELUMNYA Integrasi Hablun min-Allah dan Hablun min-Annaas dalam Membentuk Pribadi Utama
KHUTBAH IDUL FITRI 1444 H
(Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Mandailing Natal)
SELAMA Ramadhan kita berusaha untuk bisa khusyuk dalam shalat, maka setelah Ramadhan jangan sampai kita juga khusyuk merampas hak orang lain,apalagi harta kekayaan bangsa dan Negara ini.
Selama Ramadhan, kita terlatih membaca ayat-ayat Al-Quran, membaca yang tersurat dan yang tersirat untuk mendalami Kitab Pedoman Hidup kita, maka setelah selesai Ramadhan kita juga menjaga konsistensi membaca yang tersurat dan yang tersirat itu.
Jika di Ramadhan kita dididik untuk tampil menjadi manusia yang jujur, maka setelah ramadhan jangan sampai kita menjadi orang yang menipu dan menyakiti hati orang lain, jujur terhadap diri sendiri, kepada sesama dan terutama kepada Allah SWT, Sebagaimana doa yang sering kita lantunkan:
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Artinya, ’Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya. (HR Imam Ahmad).
Maka, sudah saatnya kita istiqomah melakukan kebaikan dan amal sholeh kepada Allah Ta’ala. Sudah saatnya kita hijrah menuju jalan yang di ridhoinya, dan sudah saatnya kita memperbanyak istighfar serta mohon ampun kepada Allah Ta’la.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kita perlu ingat bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dalam naungan ridha ilahi. Sudah semestinya harus saling berbuat baik kepada sesama dengan sepenuh hati. Persaudaraan itu seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri.
Walau berbeda dan tidak sama, namun harus saling membantu, tak kenal iri dan dengki. Hubungan keduanya selalu harmonis dan saling berbagi sekaligus saling melengkapi. Tangan kiri tak akan menyakiti tangan kanan, begitupun sebaliknya.
Perbedaan penetapan bulan baru, apakah itu awal ramadhan, atau awal Syawal bukan menjadi penyebab retaknya hubungan persaudaraan, dan bukan juga menjadi ajang olok-olokan yang menyebabkan akan lahir rasa sakit hati dan ketidaknyamanan dalam kehidupan beragama.
Apalagi ada pejabat publik yang tidak menghargai sama sekali perbedaan keyakinan dalam mengamalkan Agama Allah ini, sehingga mengeluarkan surat larangan atau tidak memberi izin menggunakan fasilitas-fasilitas umum yang akan digunakan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri bagi jama’ah yang berbeda keyakinannya dengan pemerintah.
Ini adalah potret pejabat yang tidak toleran,tidak mengerti agama, suka menjilat, menjunjung yang diatas dan menginjak yang dibawah.Semua itu merupakan cermin dari hasil puasa Ramadhannya yang jauh panggang dari api.
Maka momentum bulan Syawal ini merupakan momen yang paling tepat bagi kita semua untuk saling memaafkan, menebar kasih sayang, menghidupkan rasa welas asih, dan membangun kebersamaan agar keberkahan dan kebahagiaan itu bisa didapatkan bersama.
Jangan sampai dengan berbedanya keyakinan dan pemikiran, justru menjadikan permusuhan dan dendam yang mendalam.
Pada momen syawal ini, mari kita hilangkan prasangka buruk kepada siapapun apalagi kepada Allah SWT, mari kita buang jauh-jauh sikap iri dan dengki yang menyebabkan terjadinya ketidakharmonisan dalam pergaulan sesama, dan mari hilangkan rasa egoisme di dalam diri kita, perasaan benar sendiri atau merasa paling benar, sementara orang lain salah atau keliru, apalagi menuduh sesat atau bid’ah, dan sebagainya. Inilah saatnya kita saling memaafkan, saling menolong, saling kasih sayang terhadap sesama dan saling menebar manfaat bagi sesama dan alam semesta .
Sebagaimana yang digambarkan dalam Qs. Ali Imron; 103. Allah SWT Berfirman;
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.”
Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Di dalam kitab Riyadhush-Shaalihiin ada sebuah hadits yang semestinya menjadi alarm dalam hidup dan kehidupan kita, yaitu potret tentang kondisi seorang mukmin yang baik dan ta’at dalam berhubungan dan beribadah kepada Allah, namun berantakan hubungannya dengan sesama manusia.
Dalam hadist shohih itu dikisahkan bahwa dihari kiamat nanti akan datang seorang hamba dengan membawa pahala-pahala kebaikannya yang telah diperjuangkan dengan maksimal selama hidup diatas dunia, namun oleh Rasulullah malah disebut sebagai orang yang bangkrut :
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ
Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?”
قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ
Para sahabat menjawab; ‘Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.
فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ
Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat.
وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا
tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain.
فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
Maka pahala kebaikannya, pahala sholatnya, pahala puasanya, pahala zakatnya, pahala hajinya dan pahala amal ibadahnya Allah berikan kepada orang yang dulu mereka sakiti dan mereka dholimi.
Dan andaikan pahala kebaikan tersebut habis??
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
Maka dosa dosa dari orang yang mereka pernah sakiti tersebut, Allah berikan kepada orang yang pernah menyakiti dan mendholimi.
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
hingga akhirnya, orang yang mencaci, orang yang mendholimi, orang yang pernah makan harta orang lain, dan orang yang membunuh tadi. Allah lemparkan mereka kedalam neraka (HR. Muslim, No. 4678).
Maka, pada momentum idul fitri ini, mari kita bersama saling memaafkan, meminta maaf kepada mereka yang pernah kita sakiti dan memberikan maaf kepada orang yang pernah menyakiti kita. Mengapa maaf menjadi penting? Karena dosa seseorang yang dilakukan kepada sesama manusia tidak akan diampuni oleh Allah tanpa pemberian maaf dari orang yang pernah disakiti.(BERSAMBUNG KE Integrasi Hablun min-Allah dan Hablun min-Annaas dalam Membentuk Pribadi Utama 3 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar