Integrasi Hablun min-Allah dan Hablun min-Annaas dalam Membentuk Pribadi Utama 3 - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

19 April 2023

Integrasi Hablun min-Allah dan Hablun min-Annaas dalam Membentuk Pribadi Utama 3


KHUTBAH IDUL FITRI 1444 H

talkisman
Oleh Drs. H. Talkisman Tanjung

(Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Mandailing Natal)


JIKA kita pernah berbuat dosa kepada Allah, pernah berbuat kemaksiatan kepada Allah, pernah meninggalkan kewajiban dalam ibadah kita kepada Allah. Jika ada kesadaran untuk mohon ampun kepada allah dan bertaubat, maka insyaallah Allah akan ampuni dosa kita.


Tetapi, jika kita pernah berbuat zholim, pernah mencaci, pernah memfitnah, pernah melakukan kejahatan yang kita lakukan kepada sesama manusia dengan menyakiti mereka, maka jalan yang terbaik adalah meminta maaf kepada yang bersangkutan dan mengembalikan haknya yang telah kita ambil dan bertaubat kepada Allah.


Yang menjadi persoalan cukup rumit adalah ketika harta kekayaan milik bangsa dan negara ini yang diambil, dikorupsi, dan digelapkan, tentu di samping harus dikembalikan kepada negara sebagai pemilik kekayaan itu, namun secara bersamaan harus meminta maaf kepada seluruh anak bangsa ini.


Betapa mengerikan dan menakutkan. Tindakan pamer kekayaan, pamer barang-barang mewah di hadapan publik, telah menyakiti hati seluruh masyarakat, terutama yang berada dalam posisi kelompok yang tidak beruntung, maka konsekwensinya adalah meminta maaflah kepada masyarakat yang tersinggung tersebut, apalagi yang dipamerkan itu malah hasil korupsi, hasil mark up anggaran, atau hasil dari penipuan dan manipulasi. Jika kasusnya seperti ini solusinya adalah bertaubat, dengan taubatan nashuha.


Imam An-Nawawi dalam kitabnya Riyadus Shalihin memaparkan, bahwa pertaubatan untuk perbuatan maksiat yang terjadi sesama manusia, dilakukan dengan empat tahapan.


Pertama, bertaubat dan berhenti dari perbuatan tersebut. Kedua, menghadirkan penyesalan dalam diri atas kesalahan dan kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Ketiga, berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Dan keempat yang terakhir adalah mengembalikan tanggungan atau hak-hak yang telah kita ambil dari orang yang telah kita sakiti.


Dalam kitabnya, Imam An Nawawi juga memaparkan sebagai berikut:


وأَنْ يَبْرَأَ مِنْ حَقِّ صَاحِبِهَا، فَإِنْ كَانَتْ مَالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدُّهُ إِلَيْهِ،


Jika tanggungan itu berupa harta atau sejenisnya, maka wajib mengembalikan harta itu kepada yang berhak


وَإِنْ كَانَتْ حَدَّ قَذْفٍ وَنَحْوَهُ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ

،

Jika berupa tuduhan, berupa berita bohong dan berupa fitnah, maka hendaklah mencabut tuduhannya tadi serta klarifikasi bahwa itu adalah fitnah / kabar bohong. Lalu meminta maaf kepada yang bersangkutan


وَإِنْ كَانَتْ غِيْبَةً اِسْتَحَلَّهُ مِنْهَا


Dan jika berupa pengumpatan, cacian, hinaan dan ghibah. maka hendaklah meminta maaf kepadanya.


Itulah penjelasan Imam An-Nawawi tentang pertaubatan atas maksiat seorang hamba yang menyakiti sesama manusia.


Hadirin yang dirahmati Allah,


Pengabdian seorang hamba akan menjadi sempurna apabila hablun min-Allah terintegrasi dengan hablun min-Annaas, dan itu dididik, dibina, dan dilatihkan kepada orang beriman selama bulan Ramadhan. 


Sehingga seluruh bentuk ritual ibadah yang disyariatkan Allah SWT kepada orang beriman akan dapat mencapai dua target besar yaitu ; Keshalehan Individual dan Keshalehan Sosial. Apabila seseorang hanya mampu menjadi orang yang shalkeh secara individual, maka inilah orang-orang yang disebut Rasulullah SAW sebagai orang yang bangkrut itu.


Semoga, dengan selesainya kita menjalani aktivitas amaliah di Ramadhan kemaren,Kita dibina, ditempa dan detraining secara total, hendaknya  kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam beribadah kepada Allah, dan membawa kebaikan sosial yang lebih bermanfaat dalam kehidupan kita. Amin.


Jadilah kita menjadi orang yang menang, tetapi sekaligus jangan menjadi pemenang yang lupa diri, sehingga menyebabkan keperibadian kita akan kembali ke titik nol.


Mengakhiri khutbah ini, marilah kita  tingkatkan ketaqwaan  kepada Allah dan bermohon hanya kepada Allah SWT, dan yakinlah bahwa hanya Allahlah yang bisa mengabulkan permohonan hamba-hambaNya.


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Wassalaamualaikum Wr. Wb.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad