RANGKAIAN kegiatan peringatan Satu Abad Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, mencapai puncaknya Sabtu (4/11), kendati pada Ahad (5/11) masih berlangsung kegiatan terkait dengan itu, yakni musyarah besar alumni.
Persmian dua gedun asrama yang diberi nama Hajjah Yuliana, menjadi penutup rangkaian kegiatan nan semarak dan meriah itu. Gedung asrama itu dibantu pembangunannya oleh pengusaha nasional H. Yendra Fahmi. Selain membantu pembangunan gedung, Yendra juga menghadiahi 50 orang guru untuk menunaikan ibadah umrah.
Peresmian gedung asrama dilakukan Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 M. Jusuf Kalla, disaksikan Gubernur Sumbar Buya H. Mahyeldi Ansharullah, Anggota DPD yang juga alumni Diniyyah Puteri Hj. Emma Yohana, Pimpinan Yayasan Rahmah El-Yunusiyyah Prof. Nadirman Haska, Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El-Muhammady, Anggota Badan Pelaksana BPKH Harry Alexander, dan tamu undangan lainnya.
Sebelum peresmian gedun asrama, prosesi resepsi Satu Abad Diniyyah Puteri digelar di Aula Zainuddin Labay El-Yunusy. Tampil memberi tausyiah adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir. Sedangkan penyair kebanggaan Indonesia yang amat dikenal hingga ke lima benua; Dr. Taufiq Ismail, tampil membacakan puisi Satu Abad Diniyyah Puteri.
Sebelum membacakan puisi, Taufiq dan Rahmat Ismail menyerahkan foto ibunya bersama beberapa orang murid pertama Diniyyah Puteri yang berbingkai indah, kepada Fauziah Fauzan. Dalam foto itu juga ada Rasuna Said. Ibunda Taufiq itu bernama ; Sitti Nur Muhammad Nur.
Pada kesempatan itu, dilakukan pula penyerahan bendera Satu Abd Diniyyah Puteri, yang diserahkan oleh robot hasil rakitan para santri, kepada Pimpinan Diniyyah Puteri Fauziah untuk kemudian dikibarkan di atas panggung. Prosesi ini disaksikan 1.500-an hadirin, baik yang berada di dalam maupun di luar aula.
M. Jusuf Kalla (JK) dalam sambutannya menyatakan kekaguman dan apresiasi yang luar biasa, khususnya kepada Rahmah El-Yunusiyyah yang mendidirikan Perguruan Diniyyah Pueri pada 1 November 1923. Ketika itu, Rahmah masih berusia 23 tahun, dan negeri ini masih berada di bawah penjajahan Belanda.
“Waktu itu, tentu zaman belum sehebat sekarang. Tapi Ibu Rahmah berhasil mendirikan sekolah. Pengkhususannya di bidang pemberian layanan pendidikan bagi anak perempuan. Padahal sesuai kondisi waktu itu, anak perempuan tidak boleh mendapatkan pendidikan sebagaimana layaknya anak laki-laki,” kata JK.
Menurut JK, perjalanan panjang Diniyyah Puteri telah menghasilkan kemajuan kaum perempuan yang amat luar biasa. Lembaga pendidikan ini, ujarnya, berhasil melahirkan pejuang nasional seperti Rasuda Said, politisi handal di Indonesia dan Malaysia, pengusaha nasional seperti Nurhayati Subakat, dan senator Hj. Emma Yohana, dan tidak sedikit nama lainnya yang berkhidmat untuk kemajuan bangsa, daerah, dan kemaslahatan umat.
Menurut JK, pendidikan adalah melihat masa depan dimana peran wanita semakin besar. Profesi yang makin besar, menurutnya, harus dikelola dengan pendidikan yang sesuai. Itu semua, tegasnya, telah berhasil diwujudkan oleh Diniyyah Puteri.
Sementara itu, Haedar dalam sambutannya mengatakan, sejak awal abad ke-20 memang terjadi kebangkitan pergerakan Islam di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan, termasuk Perguruan Diniyyah Puteri yang menjadi tonggak penting pendidikan untuk kaum perempuan.
"Rahmah yang mendirikan Diniyyah Puteri, dan Rasuna Said alumni pertama lembaga pendidikan ini, membawa spirit luar biasa untuk Islam berkemajuan dan pengembangan pendidikan Islam kemudian, hingga mencapai usia melebihi satu abad," ujarnya.
Menurutnya, misi Islam yang dikembangkan Rahmah, terbukti mampu membawa persamaan umat, khususnya antara lelaki dan perempuan dalam berjuang dan kemudian mengisi kemerdekaan,
Rahmah, sebut Haedar lagi, menjadi inspirator pendidikan perempuan. "Kita tentu terus berharap dan berdoa, semoga Diniyyah Puteri bisa menghasilkan muslimah profesional, eksekutif, legislatif dan srikandi kemajuan peradaban Islam," sebutnya.(
Ketua Yayasan Rahmah El-Yunusiyyah Prof. Nadirman Haska, dan Pimpinan Perguruan Fauziah Fauzan, mengkespose perkembangan lembaga pendidikan khusus putri itu, sejak berdiri pada 1 November 1923 hingga berhasil melewati usia satu abad.
"Perguruan ini didirikan Rahmah El-Yunusiyyah ketika berusia masih muda, yakni 23 tahun. Tidak sedikit rintangan yang dihadapi. Apalagi pada waktu itu, Indonesia belum lahir, negeri ini masih berada di bawah jajahan Belanda," kata Nadirman.
Fauziah yang akrab disapa para santrinya dengan Bu Zizi itu menjelaskan, Diniyyah Puteri bisa melangkaui usia 100 tahun atas izin Allah, dan dukungan guru-guru yang berjiwa ikhlas.
“Semoga mendapat Ridha Ilahi,” ucapnya, seraya menegaskan, Diniyyah Puteri diharap akan mampu mengemban risalah Rasulullah SAW, dan melanjutkan perjuangan Islam untuk mencetak generasi-generasi terbaik.
Saat ini, Perguruan Diniyyah Puteri mengasuh berbagai lembaga pendidikan formal dan informal, di antaranya Pendidikan Anak Usia Dini dan Kelompok Bermain (PAUD-KB), Taman Kanak-kanak Rahmah El-Yunusiyyah (TK-REY), dam Madrasah Ibtidaiyah Rahmah El-Yunusiyyah (MI-REY).
Di sini juga eksis sejumlah madrasah yang sara peminat, seperti Madrasah Tsanawiyah Diniyyah Menengah Pertama (MTs-DMP), Madrasah Aliyah Kulliyatul Muallimat El-Islamiyah (MA-KMI), SMP Diniyyah Puteri, dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Rahmah El-Yunusiyyah.
Lembaga-lembaga pendidikan itu, didukung pula oleh sejumlah divisi otonom dan unit-unit kegiatan lainnya.(musriadi musanif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar