TANAH DATAR, POTRETKITA -- Perjuangan panjang, kerja keras, dan tak mengenal kata lelah, akhirnya berbuah menggembirakan. Itulah perjuangan bersama masyarakat Nagari Sumpu, Kecamatan Batipuah Selatan, Kabupaten Tanah Datar, di bawah inisiasi organisasi sosial kemasyarakatan bernama Kampuang Minang Nagari Sumpu.
![]() |
Kamrita |
''Alhamdulillah, Nagari Sumpu kini sudah ditetapkan Bupati Tanah Datar Eka Putra sebagai salah satu desa wisata di Luak Nan Tuo. Spesifikasi Sumpu adalah sebagai destinasi wisata budaya, wisata alam, dan kuliner khas ikan bilih,'' ujar penggagas sekaligus ketua Kampuang Minang Nagari Sumpu, Kamrita.
Kamrita yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar itu menjelaskan, penetapan Nagari Sumpu sebagai desa wisata, termaktub dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Nomor 556/290/PARPORA-2021 tertanggal 7 Juni 2021.
Bersama Nagari Sumpu ada empat belas nagari lainnya yang juga ditetapkan menjadi desa wisata dengan potensi destinasi yang beragam, yaitu Nagari Pagaruyuang, Pariangan, Pandai Sikek, Batu Taba, Pangian, Andaleh Batipuah, III Koto, Limo Kaum, Padang Gantiang, Batu Bulek, Andaleh Baruah Bukik, Sungai Tarab, Tabek Patah, dan Tanjuang Alam.
Desa Wisata (di Sumatera Barat bernama nagari wisata -red) merupakan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung lainnya, yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tatanan tradisi yang berlaku.
Apa yang selama ini sudah kita lakukan, ujar Kamrita, sangat sejalan sekali dengan pertimbangan bupati dalam menetapkan desa wisata, yakni wisata yang bernuansa pedesaan, sesuai karakteristik dan potensi wilayahnya yang dapat menjadi contoh bagi kawasan lainnya.
“Komunitas Kampuang Minang Sumpu sebagai penggiat kepariwisataan di Nagari Sumpu didirikan 2012. Awalnya, sebagai manifestasi rasa tanggung jawab bersama, generasi muda dan pemuka masyarakat Sumpu untuk melestarikan rumah gadang, sekaligus pengembangan destinasi wisata yang potensinya cukup banyak di Nagari Sumpu,'' jelasnya.
Pada awal 2013, imbuhnya, secara legalitas formal Kampuang Minang sudah eksis sebagai sebuah organisasi, dengan berbagai kegiatan pelestarian rumah gadang dan pengembangan seni budaya Minangkabau.
Dalam perkembangannya kemudian, Kampuang Minang mengembangkan tiga rumah gadang di Jorong Nagari menjadi homestay yang mampu menampung 75 hingga 90 orang tamu. “Kamar yang tersedia baru 12 kamar yang dapat menampung 30 orang. Tetapi umumnya tamu grup juga bersedia tidur di luar kamar dengan ekstra bed, sehingga daya tampungnya naik hinga tiga kali lipat,” jelas Kamrita.
Menurutnya, sebelum pandemi Covid019, tamu yang berkunjung dan menginap di rumah gadang itu pada umumnya adalah grup peneliti, dosen, pelajar, dan mahasiswa dari berbagai daerah, terutama dari Jakarta. Para aktifis Kampuang Minang senantiasa mengajak para tamu untuk mengaplikasikan adat budaya Minangkabau selama berada di Nagari Sumpu.
Waktu itu, menurut Kamrita yang juga pernah menjadi anggota DPRD Kota Padang Panjang itu, setiap tamu dalam satu grup minimal 20 orang, tambahnya, juga disuguhi penampilan adat budaya Minangkabau berupa tari-tarian, randai, dan silat yang dipertunjukkan sanggar anak nagari Sumpu.
“Mereka kita jamu dengan makan bajamba dan mengikuti tradisi-tradisi masyarakat Sumpu seperti panen dan menanam padi di sawah, panen sawo, menjala ikan di muaro Batang Sumpu dan Danau Singkarak, tracking ke Puncak Tubie, dan mengunjungi destinasi wisata utama di Kabupaten Tanah Datar,” katanya.
Pusat pelestarian rumah gadang di Jorong Nagari, Nagari Sumpu itu, diminati ‘wistawan berbasis intelektual’ karena estetika alamnya yang indah dan unik. Rumah gadang yang kini jadi homestay itu kerap dijadikan lokasi syuting film-film berlatar belakang kehidupan tradisional Minangkabau tempo doeloe, termasuk film Sengsara Membawa Nikmat yang amat fenomenal tersebut.
MEMBUNGKUS KEINDAHAN
![]() |
Salah satu rumah gadan di Nagari Sumpu yang sebelum pandemi Covid-19 berfungsi sebagai homestay bagi wisatawan. |
Adalah benar. Keindahan terbungkus rapi di Jorong Nagari, Nagari Sumpu. Deretan rumah gadang, seakan mendesak banyak pihak untuk mengemas dunia pariwisara dengan potensinya dengan maksimal.
Di tengah rimbunnya pohon-pohon saus yang sudah berusia tua, terselip pesona tatkala mata ditukikkan ke arah Danau Singkarak. Kendati beberapa di antara rumah gadang itu telah dipoles dan direhab, namun keindahannya seakan menghiasai Jorong Nagari dari dulu hingga kini.
“Bukan hanya pesona rumah gadang dan keindahan panorama danau. Sumpu punya banyak potensi. Ada sungai yang bisa dikemas jadi ajang arung jeram. Ada juga kekayaan kuliner yang sudah amat dikenal, yakni beragam olahan ikan bilih, pangek sumpu, singgang sumpu, randang, dan buah-buahan khas saus yang amat lezat,” ucap Kamrita suatu ketika.
Dikatakan, rumah gadang yang terdapat di Jorong Nagari itu beberapa di antaranya sudah berusia di atas satu abad. Bagi wisatawan, ilmuwan, dan peneliti, ini menjadi pilihan utama bila mereka ingin mendalami khazanah kekayaan arsitektur Minangkabau masa lampau.
“Ada 25 situs keragaan pusaka, alam, budaya, dan saujana yang terdapat di Sumpu. Semuanya, bila dikemas dengan baik dan profesioanal, berpotensi untuk meningkatkan kekayaan pariwisata Tanah Datar. Belum lagi kalau dilengkapi pula dengan kesenian tradisional seperti silek dalam aia, manjalo ikan, dan offroad di Guguak Sula,” sebutnya.
Memang, Sumpu memiliki potensi wisata yang komplit, mulai dari wisata alam, sampai kepada budaya, atraksi, dan kuliner. Bila sudah dikemas dengan baik dan profesional, maka Sumpu bersama Danau Singkarak akan tumbuh jadi kekuatan baru pariwisata Indonesia dari Tanah Datar. Kampuang Minang Nagari Sumpu berada dalam lingkaran usaha menggali dan mengembangkan potensi itu.(MUSRIADI MUSANIF)
Mengingat saat ini masih dalam pandemi Covid-19, maka bila Anda berniat untuk menikmati pesona Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu itu, sebaiknya kirimkan aplikasi Anda melalui email musriadi@rangtalu.net untuk konsultasi, perencanaan dan pelaksanaan perjalanan Anda. Penjemputan bisa kami lakukan ke Kota Padang, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Bukittinggi, dan kota lainnya. Sesuai kesepakatan.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar