Dumai Tempat Si Minang Berlabuh - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

29 November 2021

Dumai Tempat Si Minang Berlabuh

DUMAI, POTRETKITA.net - Di mana ada manusia, di situ pasti ada Si Minang. Merantau menjadi bagian dari hidup insan-insan muda dan tangguh anak Minangkabau. Kisah perantauan Si Minang, menjadi cerita yang teramat panjang untuk dituliskan. Tiada henti dari generasi ke generasi.

Kota-kota penting di Indonesia, semisal Jakarta, Bandung, Palembang, Medan, Makassar, dan Surabaya, selalu membuka lembaran hari-harinya dengan melibatkan warga asal Minangkabau. Tapi tahukah Anda, kota-kota di Provinsi Riau sejak lama juga mewarnai hari-harinya dengan dinamika para perantau Minang?


Hampir tak ada wilayah di Riau yang tak ditinggali warga asal Minang. Kalau tidak lahir di Sumbar, pastilah dia punya pertalian darah, sosial, dan kuktural dengan daerah-daerah yang ada di Sumatera Barat.


Bila membalik-balik lembaran sejarah, kendati secara geografis letak Riau tidak terlalu jauh dari Sumbar, tapi perjuangan menuju Riau dulu bukanlah pekerjaan mudah. Ada yang melewati jalur darat dengan jalan yang sempit dan jelek, ada juga lewat sungai. Tapi itu dulu.


Dengan akses transportasi Sumbar-Riau yang kini semakin bagus, termasuk ruas jalan tol Bangkinang-Pekanbaru-Duri-Dumai, maka selain perantau yang bermukim, kota-kota di Riau juga dipadati warga Sumbar yang setiap hari bolak-balik Sumbar-Riau. Sekitar dua hingga lima persen warga Sumbar kini memiliki rotasi rutin Sumbar-Riau setiap hari. Mereka tidak merantau ke Riau, tetapi datang ke bumi Melayu tersebut untuk memasok kebutuhan pokok masyarakat Riau.


Itu baru yang bolak-balik setiap hari saja. Tapi untuk yang bermukim di Riau, jumlahnya cukup banyak. Mereka benar-benar berlabuh di bumi Lancang Kuning ini. Tinggal dan menjalani kehidupan di sini. Sekitar 35 persen warga Riau berdarah Minang.


Dumai, kota pelabuhan internasional di pantai timur Sumatera itu, menjadi tempat berlabuhnya para perantau Minang yang terbilang banyak di Riau. Mereka berusaha di sini, bermukim di sini, dan berpartisipasi untuk kemajuan kota ini. Denyut nadi Dumai tak bisa lepas dari peran penting warga asal Sumbar.


Perlu diketahui, warga Minang yang bermukim di Dumai termasuk tiga besar bersama Melayu dan Batak. Sedikitnya terdapat 18 suku yang menghiasi perjalanan hari-hari kota Dumai saat ini. Orang Minang di Dumai, selain menjadi pedagang, pendidik, dan pengusaha, juga banyak yang terjun ke dunia politik.


Sebagai kota pelabuhan, nadi Dumai berdenyut kencang 24 jam. Aktifitas ekonomi bergerak sepanjang hari. Si Minang yang menambatkan kapalnya di sini, turut jadi penentu detak Dumai 24 jam tersebut.


Dahulu, ada yang menjuluki Dumai sebagai kota lima hari. Warga Dumai akan berbondong-bondong meninggalkan kotanya sejak Jumat Sore, lalu kembali lagi Minggu malam hingga dinihari. Tujuan akhirnya adalah Singapura, Batam, Tanjung Pinang, Medan, Pekanbaru, Bukittinggi, dan beberapa kota wisata lainnya. Menghabiskan akhir pekan di luar Dumai merupakan keharusan, karena kota ini minim sarana hiburan dan wisata keluarga. Koran-koran harian di Dumai juga terbit hanya lima hari dalam sepekan.


Aktifitas sebagai kota lima hari kini masih berlangsung. Tapi pemerintah kota mulai menata sarana-sarana hiburan publik. Di akhir pekan, Dumai kini banyak  dikunjungi wisatawan Singapura, Malaka, Pekanbaru, dan kota-kota penting lainnya di Sumbar.


Dumai sudah punya taman hutan wisata, kawasan wisata pantai Teluk Makmur, wisata hutan tropis, pantai pasir, dan wisata taman kota Bukit Gelanggang yang dilegkapi fasilitas fitnes, area jogging track, panggung hiburan rakyat, taman air mancur, fasilitas MCK, area bermain anak, tempat parkir dan wifi. Semua gratis.  Pedagang kuliner juga tertata dengan rapi. Taman ini dipadati warga kota sejak pukul 16.00 WIB hingga larut malam.


Penataan taman kota ini amat menyejukkan. Pengunjung merasa nyaman dengan fasilitas yang terbilang baik. Pengunjung juga tidak direpotkan pedagang keliling, tukang parkir, peminta-minta sumbangan, dan pengamen, sebagaimana yang dialami pengunjung tempat wisata tertentu dan taman-taman kota di Sumbar.(MUSRIADI MUSANIF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad