De Putra yang
dikenal memiliki berbagai prestasi itu, bercerita banyak tentang pengalamannya,
termasuk di bidang kepenulisan yang disebutnya sebagai media terapi.
“Diskusi yang digelar selama dua jam tiga puluh
menit ini mengupas sejarah sosok de Putra kecil yang mengantarkannya menjadi De
yang dikenal hari ini,” jelas Tutur Mursidik, sekretaris Komunitas Seni Kuflet
di sela-sela diskusi.
De Putra
menjelaskan, proses kreatif De Putra kecil yang tumbuh dengan keterbatasan
sebagai disabilitas. Saya, sebutnya, berkenalan dengan puisi secara tidak
sengaja, ketika duduk di kelas tiga Sekolah Dasar.
Kala itu,
sebut penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Anak dan Remaja Tahun 2017 itu, mulai
aktif membaca dan menulis puisi. Perlahan berdamai dengan kesehatan mental yang
menyerang.
De Putra
menambahkan, komunitas adalah ruang yang ramah untuk berkembang. Diskusi ini
merupakan satu di antara ruang yang tersedia. Komunitas Seni Kuflet mendukung
untuk mengenali diri setiap manusia yang tergabung di dalamnya. Kenali apa yang
kita butuhkan dan apa yang dunia butuhkan.
“Saya
membutuhkan kekuatan untuk bisa tumbuh seperti anak seusia saya. Diskusi
mengenai sastra dan puisi, tidak semata bicara perihal bagaimana cara menulis
puisi. Namun lebih tentang memilih menulis puisi. Puisi memberi kekuatan agar
dia bisa menguatkan penikmat karya,” tambah De Putra yang penyair mahasiswa
Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Pekanbaru
merupakan kota yang menjadi saksi perjalanan kesastraan. Semenjak kecil,
imbuhnya, saya mengikuti berbagai macam festival sastra yang selalu memberi
semangat baru untuk terus berkarya. Sehingga menyadari bahwa sastra dan menulis
adalah selfhealing terbaik yang saya miliki.
"Menulis
mengantarkan saya bukan hanya sebagai penyair dengan lima antologi puisi
tunggal, namun juga sebagai satu dari
lima orang Laskar Rempah Nusantara. Menulis menjembatani bebagai pencapaian
dalam hidup saya,” ungkapya.
De Putra juga
menyampaikan, pandemi ini mengajarkan memiliki lebih banyak waktu dengan diri
sendiri. Banyak kegiatan yang biasanya diadakan di luar rumah, sekarang
beralih. Apapun kegiatannya bisa dilakukan dari dalam rumah. Tahun 2021
menyadarkan terdapat banyak kehilangan.
Ada narasi
yang tidak hadir ketika ruang tatap muka dialihkan pada ruang virtual. Tapi
perihal menulis, pandemik atau tidak. Bukanlah masalah. Karena menulis akan
selalu mengobati setiap luka,” tuturnya (Sherly/musriadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar