Gender dan Coping Strategy (Bagian Kedua dari Dua Tulisan) - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

15 Maret 2022

Gender dan Coping Strategy (Bagian Kedua dari Dua Tulisan)

Oleh Dr. Suhardin, M.Pd

Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta


MALE dan female dalam kenyataan sosial telah hampir diperlakukan oleh masyarakat secara adil, nyaris tidak ada perbedaan dalam berbagai profesi antara male dan femala. Profesionalitas tidak ada yang dinilai dengan bias gender, semua diperlakukan sesuai dengan kompetensi, kapability personality dengan tidak memandang male dan female.

Dr. Suhardin, M.Pd

Tetapi dalam beberapa hal kodrati male dan female memiliki perbedaan biologis dan psikologis. Secara biologis telah ditakdirkan oleh sang pencipta bahwa male memiliki kelebihan hormon testosteron yang berpengaruh terhadap pembentukan sperma, sehingga membuat male suara lebih berat, berotot dan tumbuh rambut pada bagian-bagian tubuh tertentu, di dada, di kumis, di jenggot dan di kaki.


Pada female dominan hormon progesteron berperan sel-sel pemebentukan ovum dan siklus menstruasi sehingga berpengaruh terhadap seks sekunder, payudara membesar, pinggul membesar, kulit halus, suara halus. Semua ini adalah takdir yang sudah diciptakan oleh Tuhan yang maha pencipta. Kedua insan ini saling membutuhkan dan saling melengkapi, sehingga Tuhan memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada keduanya, sehingga menghasilkan produktifitas kelangsungan manusia di atas dunia.


Pada tataran psikologis, sikap dan mentalitas keduanya dipengaruhi oleh situasi sosial dan lingkungan serta status dirinya di tengah lingkungan. Pada status sosial tinggi coping strategy male lebih tinggi dibandingkan dengan female. Karena pada umumnya female merasa sangat takut kehilangan sesuatu yang dia miliki.


Status sosial tinggi pada umumnya masyarakat sudah berada dalam zona nyaman, serba berkecukupan, female sudah merasa mapan pada tingkat ini, keinginan ia tetap bertahan dan senantiasa meningkatkan taraf hidup sangat tinggi. Female pada tingkat ini mengalami coping strategy rendah dibandingkan dengan male. 


Pada tingkat status sosial rendah coping strategy female lebih tinggi dibandingkan dengan male. Female berjuang cukup keras, ia senantiasa terima apa adanya, tidak banyak tuntutan. Kesusahan keluarga bagian dari sesuatu yang ia perjuangkan. Ia tegar dalam menghadapi permasalahan. Sehingga coping strategy female lebih tinggi dibandingkan dengan male pada status sosial rendah.


Status sosial, dan gender berinteraksi dalam mempengaruhi tingkat coping strategy pada individu. Coping strategy tidak berdiri sendiri pada individu, tetapi dipengaruhi oleh tempat, waktu, situasi, kejadian dan gender yang ada pada dirinya. 


KESIMPULAN

Negara harus hadir mewujudkan perdamaian abadi di tengah masyarakat dengan melakukan apresiasi terhadap para tokoh masyarakat yang berpartisipasi membantu pemerintah. Melakukan edukasi kepada masyarakat terkait dengan dampak segala sesuatu hal yang akan menimpa masyarakat.


Melakukan sinergitas dengan segenap komponen sosial agar senantiasa bergotong groyong mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, dan mengembangkan regulasi yang mendekatkan masyarakat dalam keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Atmosfier sosial ini menyuburkan tumbuh dan berkembang coping strategy masyarakat untuk menggapai kebahagian hidup tanpa memandang status sosial dan gender. 


Tugas utama pemerintah sesuai dengan amanah konstitusi mewujudkan perdamaian abadi dengan memastikan terlaksana dengan baik dan efektif di tengah masyarakat ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah/kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad