Islam yang Ditunggu - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

21 Mei 2022

Islam yang Ditunggu

Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.

(Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta)

FATHUN Makkah merupakan etape sejarah akhir yang diukir oleh sang Rasulullah Muhammad SAW. Terjadi pada tahun 630 M, persisnya pada 20 Ramadhan 8 H. Pasukan Muslim dipimpin Nabi Muhammad SAW sebanyak 10.000 bergerak menuju Mekkah, melakukan pembebasan Mekkah untuk masuk ke dalam pangkuan kekuasaan pemerintah Madinah di bawah kepemimpinan Muhammad Rasulullah.

 

Penaklukan kota tanpa pertumpahan darah, gerakan non violence, tidak ada makhluk bernyawa yang mati, tidak ada benda yang bermanfaat terbuang. Ummat Islam hanya membuang dan menghancurkan simbol-simbol kemusyrikan yang ada pada jantung kota dan menyatakan secara de jure dan de facta bahwa Mekkah di bawah kekuasaan pemerintahan Madinah, pemerintah multi kultur dan mengayomi semua agama dan keyakinan yang hidup dalam pemerintahan, tegas terhadap pengkhianatan. 


Dalam kesuksesan dan kemenangan ummat Islam yang gilang gemilang tersebut Allah SWT menyampaikan “... pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmatKu untuk mu, dan telah Aku redhai Islam sebagai agamamu ...”.  

Ada tiga diksi yang sangat menarik dalam penggalan ayat 2 Surat Al-Maidah ini. Pertama, akmaltu, kusempurnakan, memang secara factual bahwa ajaran Islam telah sempurna diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW semenjak dari surah al-Alaq sampai dengan an-Nash dengan inspirasi kajian yang sangat komprehensif, langit menyapa dan memandu kehidupan bumi dan seluruh isinya, rahmat untuk sekalian alam. 


Kedua, atmam-TU, kecukupan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan ummat Islam secara keseluruhan. Nabi Muhammad SAW yang terlahir yatim piatu, diberikan kekayaan, kekuasaan dan kejayaan sehingga menjadi pemimpin super power.


Demikian juga halnya dengan ummat Islam yang dahulunya kelompok minoritas yang terpapa dan terboikot, migrasi dan minta suaka ke berbagai negara, sehingga pada akhirnya menjadi kekuatan superpower yang disegani berbagai bangsa di dunia, mulai dari jazirah Arab, kekuatan utama dunia, Romawi dan Persia, takut terhadap kekuatan Islam. 


Ketiga, rhadyTu, aku ridha, Allah SWT ridha, Allah SWT telah merestui bahwa Islam sebagai Agamamu, agama Muhammad SAW dan agama seluruh pengikut Muhammad SAW, ummat manusia yang beriman dan beramal shaleh. Agama alternatif penduduk dunia, bukan agama kelompok tertentu dan komunitas tertentu, tetapi agama universsal untuk menyelamatkan seluruh alam, manusia dan kemanusiaan, semesta dan kesemestaan. Agama yang menyelamatkan seluruh jagad alam raya ciptaan Allah SWT. 


Pertanyaan mendasar apakah keredhaan Allah SWT yang membuat Islam maju dan berkembang menjadi kekuatan utama dalam percaturan kehidupan di semesta ini? Atau apakah dengan kesuksesan ummat Islam dengan kreasi dan aksinya yang beradab dan menjunjung tinggi moralitas membuat Allah senang dan meridhai gerakannya? Apakah dengan keredhaan Allah SWT itu membuat Islam mengalami kejayaan yang sedemikian rupa?

 

Kejayaan Islam yang dirasakan di masa keemasan tersebut suksesnya membangun peradaban utama, rujukan masyarakat dunia dalam berbagai hal, terutama terkait dengan ilmu pengetahuan dan moralitas. Ilmuan Islam sukses besar menjadikan Al-Quran sebagai inspirasi pengembangan pengetahuan, berhasil memadukan wahyu dengan dialektika, logika, dan empirik.


Paradigma wahyu menuntun Ilmu berhasil dan jaya secara gilang gemilang di dalam dunia Islam. Ilmuan Islam sukses membangun fundamentasi keilmuan dalam berbagai bidang, sains, humaniora, dan sosial. Tercatat dalam sejarah beberapa ilmuwan muslim yang menjadi rujukan para ilmuwan klasik; Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Rusydi, Ibnu Sina, Ibnu Kaldun, Al-Kawarizmi dan berbagai ilmuwan Islam yang lainnya. 


Dalam pusaran masa dan perputaran zaman, segmentasi manusia dari berbagai belahan dunia merasakan kedigjayaan Islam perlu ditiru dan diminimalisasi pengaruhnya terhadap kehidupan di alam semesta ini. Mereka berusaha belajar dengan Islam dan mengubah paradigma wahyu menuntun ilmu diganti dengan ilmu berbasis empirik.


Pengetahuan tidak bisa dikaitkan dengan wahyu, karena wahyu adalah abstrak, kebenaran yang tidak dapat dibuktikan. Wahyu hanya dapat diterima dengan keyakinan. Inilah dasar pijakan para ilmuwan sekuler untuk menghabiskan otoritas wahyu dalam memandu pengetahuan. 


Segmentasi kelompok manusia yang berambisi untuk maju dan meninggalkan Islam ini, maju dan berjuang keras untuk membangun peradaban baru sebagai alternatif dari peradaban Islam. Ditambah dengan ummat Islam yang sudah merasa puas dengan warisan kemajuan masa lalu.


Ummat Islam terlena dengan kejayaan lupa dengan gelombang besar kemajuan pada belahan dunia yang lain, sehingga pada akhirnya tergilas oleh perputaran roda sejarah. Kemajuan Islam dapat disalib dengan santai oleh kelompok lain. Ummat Islam heboh dengan permasalahan domestik, pertikaian dan pertentangan yang tidak dibutuhkan untuk konstribusi peradaban. Bergulat dengan kepentingan dan kekuasaan yang cetek, pendek dan menguburkan Islam dalam limbo peradaban. Ummat Islam nyaris kembali ke titik nol kejayaan. 


Pertanyaan mendasar apakah ke-rhidha-an Allah SWT telah terangkat pada ummat Islam? Sehingga ummat Islam terhempas dan tergelupas dari kemasan yang begitu agung dan berjaya. Apakah ummat Islam sudah lari dan keluar dari labirin nikmat yang dicukupkan oleh Allah SWT? Pertanyaan yang kedua, kayaknya agak mendekati kebenaran. Ummat Islam sudah mulai mengejar kesenangan dunia dan mengabaikan nilai keikhlasan sebagai wujud dari keimanan kepada Allah. Perjuangan harus berbasis keikhlasan, dari dan untuk Allah SWT. 


Pejuang Islam pada keemasan berjuang bukan untuk diri dan keluarga, tetapi berjuang dari nikmat yang diberikan Allah SWT berupa hidayah, inayah dan maunah, dilakukan dengan sepenuh hati dan seoptimal daya dan kemampuan dipersembahkan kembali kepada Allah, sehingga menghasilkan kemajuan dan kejayaan Islam. 


Pertanyaan pertama terkait dengan keridhaan Allah, kayaknya Allah tetap meredhai Islam dan ummat Islam, tetapi jalan yang dibentangkan Allah bukan pada kuasa dan kekuasaan. Karena pada kekuasaan akhirnya menimbulkan fitnah dan maksiyah. Kekuasaan pada umumnya mengarah kepada kesombongan, keangkuhan dan kesenangan sementara. Maka Allah SWT tengah memberikan kekuatan kepada gerakan Islam Civilization untuk lebih maju dan berkembang cepat dengan membangun berbagai situs-situs peradaban masa depan; pertama, gerakan pendidikan, kemajuan masa depan banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan.


Siapa yang memimpin masa depan akan ditentukan siapa yang memiliki kualitas pendidikan masa sekarang. Pemimpin yang menentukan sekarang adalah yang berpendidikan dimasa lalu. Sekalipun permainan politiking banyak kekuasaan yang didapatkan oleh orang-orang yang minim pendidikan. Tetapi yakinlah bahwa penentu dan pelaksana teknisnya adalah kaum scholar dan terdidik. 


Kedua, pengembangan ekonomi, ekonomi lebih ditentukan oleh sekelompok orang yang mengusai sejumlah aset, tetapi hal ini adalah bentuk dari kecelakaan peradaban saja. Sumber daya perlu distribusi yang berkeadilan. Ketidak adilan, ketimpangan sosial ekonomi, akibat dari kesenjangan dunia pendidikan dan kesenjangan akses kekuasaan. Orang yang dekat kekuasaan mendapatkan askes sumber daya yang melebihi orang yang tidak terlalu dekat dengan kekuasaan. Ketimpangan ini perlu dihentikan dengan menegakkan keadilan. Penegakkan keadilan adalah perintah Allah SWT.


Ketiga, pengembangan budaya, kebudayaan eksistensi dan aktualisasi diri dalam pentas kehidupan. Budaya indikator kemajuan bangsa. Budaya inspirasi dan kreasi diri komunitas dan etnisitas yang melebur menjadi entitas kebangsaan. Budaya menjadi sebuah kekuatan untuk menguasai dan menginfiltirasi kekuatan lain. Masing-masing bangsa dunia saling melakukan transformasi budaya dengan berbagai media, sehingga satu budaya dengan budaya lain saling berakulturasi dan pada akhirnya terjadi penguatan satu dengan lainnya. 


Keempat, kemanusiaan, manusia diciptakan Allah SWT dalam turunan yang sama, keyakinan adalah hak manusia yang perlu dihormati, tidak ada hukuman bagi manusia untuk memeluk dan meyakini keyakinan tertentu. Manusia yang mulia adalah manusia yang menghormati manusia dan kemanusiaan serta menolong sesama manusia tanpa memandang keyakinan dan etnisitas serta bangsa yang melekat pada diri manusia tertentu.


Kelima, menjaga keharmonisan dan kelestarian lingkungan, alam diciptakan Allah SWT dalam keteraturan dan kesinambungan. Antar komponen, spesies, komunitas dan habitat saling tergantung satu dengan lainnya. Pada individu makhluk ada kesinambungan, regenerasi, berketurunan sehingga kehidupan lestari sampai pada hari yang dijanjikan Allah SWT. 

Kemajuan dan kejayaan Islam masa depan perlu dalam bingkai lima hal di atas, bukan kekuasaan dan kekuasaan. Inilah kebaikan yang perlu diajak dan kemungkaran yang perlu diantisipasi. Wallahu Alam.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad